Air Mata Khofifah Tumpah di Talakar

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa tak kuasa membendung air mata usai diminta menyenandungkan lagu 'Keramat' atas permintaan ibu-ibu penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di Takalar, Sulawesi Selatan Sabtu (24/12) lalu.

Lagu yang dipersembahkan sebagai kadonya di Hari Ibu mengandung pesan untuk menghormati ibu. Tak bisa dipungkiri, baginya lagu karya Rhoma Irama ini cukup menyentuh. Sebab, Ia mengakui bahwa perjuangan ibu-ibu khususnya yang di garis kemiskinan sangatlah berat. Apalagi menjelang masuknya tahun ajaran baru sekolah. "Ada yang sepatu anaknya sudah jebol, yang diminta beli baru, juga baju dan kebutuhan sekolah lainnya," imbuh Ketua Muslimat NU ini.

Namun Khofifah meminta agar air mata yang tumpah pada hari itu bukan air mata kesedihan.

"Saya tidak ingin melihat ibu-ibu menangis, kalau pun meneteskan air mata, air mata bahagia. Saya jadi speachless," ujar Khofifah terbata-bata, sambil menyekat air mata.

"Sebab, rezeki atau uang itu akan datang pada kita yang bahagia. Kemudian besarkan, kawal, dan didik anak-anak ibu dengan baik. Bertutur yang baik, yang positif. Karena apapun yang keluar dari mulut kita adalah doa-doa kita. Kita adalah panutan anak-anak kita," tutur ibu yang dikaruniai tiga putra ini.

Di kampung halaman almarhum Indar Parawansa, Suaminya, Khofifah mengatakan, Pemerintah saat ini terus berupaya mengentaskan kemiskinan di seluruh pelosok tanah air melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Pemerintah, lanjutnya terus menambah jumlah ibu-ibu penerima bantuan PKH. Di Talakar ada penambahan sebanyak 2.824 pada tahun 2016. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan.

"Jadi total keseluruhan mencapai sudah 6.351 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) dengan adanya penambahan baru tersebut," rinci Mensos. 

Ia melanjutkan, pencairan pada Desember ini merupakan bansos PKH tahap ke-4 melalui PT POS senilai Rp 7,8 miliar. Diharapkan dana ini bisa membantu ibu-ibu penerima manfaat untuk memenuhi kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, pemenuhan gizi dan kebutuhan sehari-hari lainnya. 

Untuk diketahui, bantuan sosial PKH merupakan bansos bersyarat, karena penerima PKH juga mempunyai kewajiban antara lain menyekolahkan anak-anaknya, melakukan imunisasi bagi balita, ibu hamil, dan memperbaiki gizi anak.

Khofifah mengatakan, penyaluran bantuan Program Keluarga Harapan pada tahun ini lebih dari 90 persen telah tersalurkan. Program ini akan tetap dilanjutkan untuk 2017 dengan target tiga juta KPM secara tunai melalui Kantor Pos dan tiga juta KPM lagi secara non tunai melalui Bank-bank HIMBARA (Himpunan Bank Milik Negara).

Melihat kompleksnya permasalahan kemiskinan,  Khofifah meminta agar Pemda juga membantu dan dan mendukung upaya pengentasan kemiskinan melalui APBD, khususnya untuk program PKH. Kab Luwu Utara misalnya sudah menambah insentif buat pendamping sampai Rp 1 juta per bulan selain biaya operasional lainnya. "Ini patut diapresiasi," tandas Khofifah.

Selain PKH, tahun 2016 ini warga Kab Takalar menerima bantuan beras sejahtera senilai Rp 23,4 miliar yang diperuntukkan bagi 17 ribu lebih keluarga. 
"Beras yang diterima masyarakat kualitasnya harus baik dan tidak boleh yang berkutu. Saya selalu sempatkan cek di gudang Bulog keberadaan dan kualitas beras yang akan dibagikan kepada masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat menjelaskan jumlah Bansos yang diberikan pemeritah di kabupaten Takalar tahun ini selain PKH dan Rastra juga meliputi Bantuan kompensasi WNI eks Timtim di luar Provinsi NTT Rp 320 juta, Bansos Lansia Rp 212 juta untuk 106 jiwa, dan Bansos penyandang disabilitas Rp 999 juta.

"Semua bantuan ini merupakan komitmen pemerintah untuk membantu warganya di seluruh tanah air," jelas Harry.