Mensos Berkantor di Kota Bima, Pastikan Bantuan Terdistribusi Merata

‎Usai melihat langsung sejumlah titik pengungsian dan perkampungan warga yang diterjang banjir bandang di Kota Bima, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memutuskan menunda kembali ke Jakarta, yang semestinya dijadwalkan hari ini. Ia ingin memastikan semua titik terdistribusi bantuan. 

"Penyisiran ini kita lakukan untuk memastikan distribusi bantuan bisa merata karena bencana banjir itu sangat berat bagi warga Bima," tegasnya ‎di Kelurahan Tanjung, Bima siang tadi (27/12).

Menurutnya, hal mendesak yang harus segera disediakan saat ini adalah kebutuhan air bersih dan alat berat untuk membantu membersihkan sampah sisa banjir yang masih berserakan di sepanjang jalan dan gang – gang  padat penduduk. Oleh karena itu, ia mengaku telah melakukan koordinasi dengan Kementrian PUPERA untuk mendatangkan eskavator mini yang dapat menjangkau pemukiman.

"Kita butuh eskavator mini guna membersikan puing-puing dan sampah bekas banjir karena jika tidak dibersihkan khawatir penyakit akan menjangkiti masyarakat," tutur Khofifah.

Tinjauannya, masih banyak tumpukan sampah dan lumpur memenuhi halaman dan rumah warga. Bau tidak sedap mulai menyengat akibat lumpur dan sampah. Dikhawatirkan akan muncul penyakit jika tidak ditangani segera.

Selain menyisir kamp pengungsian, dan perkampungan yang terdampak, Kho‎fifah juga bertemu perwakilan relawan yang sudah turun ke Kota Bima guna menyamakan persepsi. Diantaranya relawan Baznas (Badan Zakat Nasional), MDMC (Muhammad‎iyah Disaster Management Center), PMI (Palang Merah Indonesia), PKPU, Save The Children, Sakti Peksos, Surfaid, dan lainnya.

"Seluruh relawan kita kumpulkan untuk memastikan langkah-langkah yang efektif dalam mempercepat penyelesaian masalah korban pembersihan kota," jelasnya.

Dalam pertemuan itu, Khofifah minta dibuatkan grup Whatsapp bersama relawan, agar dirinya mendapat input dan informasi terkait kondisi rill di lapangan. Khususnya terkait distribusi bantuan, dan upaya pembersihan lumpur maupun puing-puing‎ banjir. Selain menyalurkan bantuan, menurutnya peran relawan sangat strategis, karena bisa membangkitkan semangat warga yang tertimpa bencana. ‎Khususnya anak-anak.

"Anak-anak berada pada situasi yang serba tidak menentu usai terjadinya bencana. Mereka pun juga harus menerima kenyataan ada yang rumahnya berantakan, sekolahnya rusak tertimbun lumpur, kehilangan harta benda," kata Khofifah.

Mensos bersama kak Heni (psikolog) memberikan trauma healing kepada anak-anak di posko pengungsian, Desa Tanjung, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima. "‎Dari awal terjadinya bencana saya sudah perintahkan agar tim psikososial segera melakukan assessment terhadap anak-anak," jelasnya.

Pantauan Khofifah, kondisi posko pengungsian yang minim fasilitas dan tidak ada hiburan cenderung membawa anak berada dalam keadaan depresi dan stres. Trauma healing yang dilakukan Kementerian Sosial berupa hiburan kepada korban, terutama anak-anak dan kepada korban berusia dewasa akan dilakukan konseling.

"Trauma healing sangat penting agar kepanikan bisa berkurang dan mempermudah proses penanggulangan banjir secara komprehensif. Jangan sampai mereka mengalami stres maupun depresi," imbuh Ketua Muslimat NU ini.

Dirinya juga menyatakan bahwa persiapan menghadapi bencana adalah hal penting untuk mengurangi trauma terjadi pasca bencana. "Jadi kesiapan menghadapi bencana jauh lebih penting dilakukan, agar tidak ada trauma berlebihan," tutur Khofifah.

Kementrian Sosial katanya, akan memberikan jaminan hidup atau Jadup, setiap warga dampak bencana akan diberikan santunan sebesar Rp 900.000. Dan jaminan hunian tetap (huntap) sebesar Rp 3 juta. Ia meminta, pemerintah untuk mendata jumlah korban bencana serta jumlah rumah yang rusak akibat banjir bandang tersebut.

Lebih lanjut, Mensos meminta warga untuk bersabar dalam menghadapi ujian dari Tuhan tersebut. "Ujian ini ibarat anak sekolah. Siapa yang lulus ujian maka dia akan naik kelas. Kita semua berdoa agar seluruh warga Kota Bima naik kelas," ujar Khofifah. Seraya disahut amien serempak ‎oleh seluruh pengungsi yang memadati kamp pengungsian di dalam komplek Masjid Sultan Muhammad Salahuddin Kota Bima.