Mensos Tinjau Gudang Bulog Kota Bima, 70 Persen Beras Terendam


Datang ke Kota Bima Senin Pagi (26/12), gudang Divre Bulog adalah tempat pertama yang disambangi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Ia mengaku ingin memastikan persediaan beras di dapur umum pengungsian cukup. Pantauannya, kondisi gudang Bulog itu, rusak parah, ribuan ton beras terendam dihantam banjir bandang.

"Dari 2.200 ton beras, yang bisa diamankan tinggal 500 ton. Tadi malam saya ketemu kepala Bulog NTB, 70 persen memang nggak bisa dipakai lagi," ungkap Khofifah di Kota Bima kemarin.

Namun demikian, Ia memastikan bahwa persediaan beras di Gudang Divre Bulog yang membawahi Kota dan Kabupaten Bima serta Kabupaten Dompu masih aman sampai delapan bulan ke depan. beras dari tiga lokasi ini untuk delapan bulan ke depan cukup aman. 

"CBP dari kota 100 ton memang sudah terpakai. Kalau itu sudah terpakai mohon Skep (Surat Keputusan) dari Gubernur untuk mencairkan 200 ton. Kalau itu habis baru nanti kita keluarkan dari Mensos. Seperti di Pidie Jaya, ternyata memang kemensos harus mengeluarkan hingga 240 ton," urainya.

Selain memastikan ketersediaan pangan di pengungsian, Kemsos lanjutnya juga berkonsentrasi pada persoalan psiko-sosial. "Tim trauma healing dan tim trauma konseling, mereka berikhtiar membangun semangat, khususnya bagi anak-anak," tandasnya.

Sejauh ini, pantauannya masyarakat korban banjir bandang Kota Bima masih banyak terkonsentrasi di masjid-masjid. Menurutnya, mengungsi di masjid jauh lebih rapi, karena setiap masjid pasti sudah dilengkapi fasilitas MCK (Mandi, Cuci, Kaku) dan sumber air. "Dari berbagai tempat pengungsian yang ada, yang di masjid lebih bisa tertangani. Sekarang delivery logistiknya untuk bisa terus dijaga. Karena ini tanggap daruratnya sampai dengan tanggal 5 Januari," imbuh Khofifah.

Untuk mempercepat pemulihan akibat kerusakan banjir, Khofifah juga mengaku sudah menelepon Menteri PU/ PERA untuk menambah eskavator kecil. Karena menurutnya banyak sekali sampah-sampah menumpuk dan lumpur cukup tebal di gang-gang kecil. Sebab, kata Khofifah, akan sangat lama kalau dibersihkan secara manual.

"Saya sudah langsung telpon pak Menteri PU Pera. Ini membutuhkan eskavator yang cukup banyak. Karena di gang-gang ini kan harus ditembus dengan eskavator. Kalau tidak, proses yang manual itu pasti kita bayangkan butuh waktu yang cukup lama. Kemudian truk-truk pengangkut sampah, lumpur, peralatan rumah tangga dan seterusnya. Kami sudah koordinasikan semua itu, Pemko masing-masing juga sudah bergerak untuk bisa membersihkan perabotan rumah tangga yang sudah tidak memungkinkan. Membersihkan lumpur di dalam rumah juga tidak mudah, mereka harus bergantian selang, intinya penambahan infrastruktur untuk percepatan pembersihan ini memang sudah sangat mendesak. Kalau dibersihkan secara manual pasti lama.

"Beliau katanya beberapa perangkat sudah ada, besok ditambah lagi dari Kupang. Mudah-mudahan masyarakat bisa sabar, karena ini kan ada onggokan sampah campur lumpur. Membutuhkan kebersamaan dan ksabaran dan motivasi kita untuk sama-sama membersihkan. Karena memang cukup banyak," ujarnya.

Khofifah menjelaskan, usai rekonstruksi pihaknya akan menganggarkan Rp 3 juta per rumah untuk mengisi perlengkapan hunian tetap (Huntap) dan masyarakat akan mendapatkan Jadup (Jatah Hidup) Rp 900 ribu per jiwa per bulan. "Menurut SOP (Standar Operasional Prosedur) nya memang disahkan setelah tanggap darurat. Baru retelah selesai rekon huntapnya diberikan," tandasnya.

Laporan sementara ada 72 jiwa yang mendapat perawatan akibat banjir bandang pertama, dan 15 orang diantaranya harus dirawat inap. Namun pascabanjir bandang susulan ke dua yang lebih besar, 2.000 jiwa terpaksa harus menjalani rawat jalan. Pemkot setempat menegaskan tidak ada laporan korban jiwa sebagaimana diisukan di sosial media