Hai Gubernur Papua, Nao Megamoarat Negel Jombei Pembei!
Nao Megamoarat Negel Jombei Pembei. Mungkin kata-kata ini tidak lazim di telinga orang Papua selain suku Amungme, apalagi gubernur Papua. Demikian pula sebutan Gunung 'Nemangkawi'.
Kata ini tidak asing banyak orang. Saya mendengarnya sejak saya masih kecil, ketika nenek perempuan saya Amungme Beanal/ Dogopia di Duma, gendong saya sambil tunjuk berkata 'Ao Megamoarat Negel Jombei Pembei'.
Ia menyatakan dengan lantang bahwa kamu berasal dari gunung itu, namanya "Gunung Nemangkawi" yg menjulang terjal, cahaya2 kristal menyilau, sambil nyanyikan syair lokal dalam bahasa Amungme campur Moni dan mee.
Gunung Nemangkawi, nenek saya dalam bahwa Moni menyebut juga 'Ngelapigupa (batu besar yang hidup) atau bahasa ibu kandung saya sebut 'Dakamogopa (batu berkilau putih). Thom Beanal Menagawan Amungme yang terkenal seantero negeri ini bahkan di Amerika, lahir di gubuk wanita di pangkuan 'Mutiwo' Kakak Kandung Ibu Saya.
Eltinus Omaleng, Bupati Timika saat ini, ada di dunia ini karena Tete Kandung saya "Dabatuma Pigai". Bapaknya dipelihara, dibesarkan dan taruh mass kawin.
Jadi Pak Gubernur Papua, saya mau sampaikan dalam bahasa nenek saya " Nao Megamoarat Jombei Pembei" saya berasal dari gunung Nemangkawi atau Ngelapigupa yang dunia saat ini seluruh dunia sebut Puncak Cartenz.
Jadi sebagai cucu sulung yang kebetulan saat ini saya di Komnas HAM, merupakan tugas saya sebagai komisioner Komnas HAM tetapi juga kewajiban luhur untuk membela keluarga besar dan rakyat kita di Papua yang menderita permanen selama 50 tahun.
Mengapa saya dilarang Gubernur Papua bicara masalah Freeport? Jadi jangan panik!, mari kita bersatu membela rakyat Papua.
Natalius Pigai
Komisioner Komnas HAM