Kementan Bantah Masih Impor Beras Medium

Menanggapi berita "BPS: Awal 2017 Indonesia Impor Beras 14 Ribu Ton" pada media Rakyat Merdeka, Jum'at 17/3, Kementerian Pertanian, menyatakan bahwa memang benar Indonesia impor beras jenis khusus bulan Januari-Februari 2017 sebesar 14.473 ton.  

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian , Agung Hendriadi, mengatakan impor terdiri dari gabah untuk benih sebesar 2.213 ton dan beras jenis pecah 100  persen untk untuk memenuhi kebutuhan khusus  seperti industri,  penderita diabates, dan lainnya. Indonesia tidak impor beras umum atau beras medium.  Publik saat ini sudah mengetahui persis membedakan antara beras khusus dengan beras umum.

Sementara itu menanggapi statemen Sugiono dari INDEF pada Rakyat Merdeka 17/3, bahwa dalam perdagangan global, ekspor impor beras khusus merupakan hal yang wajar karena impor beras khusus tersebut tidak di produksi petani kita. Sebaliknya kita pun juga ekspor beras premium dan organik ke negara lain. 

"Ekspor beras Indonesia tahun 2016 naik 29% dibandingkan tahun 2015.  Beras khusus ini tidak mengganggu kedaulatan pangan, karena porsinya sangat kecil sekali, hanya 0,03 persen dan produknya pun berbeda dengan yang diproduksi petani kita," ujar Agung.

Agung lebih lanjut mengatakan sejak tahun 2016 hingga sekarang Indonesia tidak impor beras umum/medium. "Sejak awal tahun 2016 hingga kini Kementerian Pertanian tidak menerbitkan rekomendasi impor dan Kementerian Perdagangan tidak menerbitkan ijin impor beras medium," ungkap Agung.

Untuk diketahui produksi gabah tahun 2016 sebesar 79,3 juta ton gabah kering kering (GKG) atau setara 44,4 juta ton beras berlebih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk sekitar 33 juta ton pertahun. "Bahkan stock beras Bulog saat ini sekitar 1,7 juta ton cukup aman sampai tujuh bulan ke depan dan ditambah lagi kini memasuki panen raya padi yang berarti pangan cukup aman tanpa impor", tambah Agung.

Bahkan bulan Februari 2017 Kabupaten Merauke sudah ekspor beras premium ke Papua Nugini dan memberikan bantuan kemanusiaan 5 ribu ton beras ke Srilangka. Indonesia sudah bekerjasama dengan Malaysia dan merencanakan akan ekspor beras organik dari Kalimantan ke Malaysia.

Impor pangan kita semakin menurun, buktinya saat ini sudah tidak impor cabai segar, tidak impor bawang merah konsumsi, impor jagung 2016 turun 66,6% persen dan tahun 2017 tidak akan impor jagung untuk pakan ternak, karena produki melimpah.

"Jadi janganlah bicara tentang impor saja. Coba lihat nilai ekspor pertanian kita tahun 2016 jauh lebih tinggi dibandingkan impor sehingga surplus. Neraca perdagangan kita tahun 2016 surplus US$ 10,89 miliar, tetapi tidak pernah diberitakan", lanjut Agung.
Kondisi pertanian kita sekarang maju pesat, FAO mengakui Indonesia sudah swasembada, tidak akan impor beras medium.  

"Kini sudah waktunya berfikir dan bekerja keras untuk menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir beras dan mewujudkan visi menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045," pungkas Agung‎. (*)