Demi Umat, Chairul Tanjung: Kita Harus Punya Musuh Bersama

Pemilik CT Corp Chairul Tanjung mengatakan bahwa saat ini umat Islam punya momentum yang tepat untuk kebangkitan ekonomi. Rumusnya; Harus punya musuh bersama.

Hal itu disampaikan saat menjadi narasumber di Kongres Ekonomi Umat 2017, bertajuk: Arus Baru Ekonomi Indonesia yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tadi malam (23/4) di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

Di hadapan para ulama dan saudagar Islam seluruh Indonesia, CT mempresentasikan sebuah slide berjudul: Momenttum Kebangkitan Umat Islam. Di situ memperlihatkan jumlah umat Islam yang mayoritas, yakni 87,2 persen di Indonesia. Tapi yang duduk dalam daftar orang kaya versi majalah Fox, hanya delapan orang dengan kekayaan USD 11 miliar. Selebihnya, semua non muslim.

"Tidak ada satupun saham-saham perusahaan besar di bursa efek, yang dipimpin oleh orang muslim," tandasnya.

Namun, Ia memaparkan saat ini umat Islam punya momentum untuk bangkit. Pertama, dengan momentum meningkatnya kelas menengah dari kalangan muslim di Indonesia.

"Kalau dulu kan yang ke mall banyak yang non muslim," imbuhnya.

Kedua, meningkatnya rasa kebersamaan umat. Khususnya pasca-aksi damai 411 dan aksi 212. Unjukrasa besar-besaran umat Islam terkait kasus penistaan agama. "Dulu ada jarak antara NU dengan Muhammadiyah, kalau di Bandung ada Persis dengan yang lain lagi, daerah lain beda lagi. Tapi sekarang relatif nggak ada lagi," kata CT.

Terakhir, momentumnya adalah munculnya para pemimpin pilihan umat. "Dan ini adalah sebuah keniscayaan," terang pengusaha ritel dan bos media ini.

"Kita jangan sampai kehilangan momentum ini. Kalau sampai kehilangan, kita nggak tahu akan muncul momentum ini berapa puluh tahun lagi," tambahnya. 

Karena itu, menurut CT momentum ini harus dikelola dengan baik. Salah satu rumusnya; Umat Islam harus punya musuh bersama. "Siapa musuh kita? Musuh kita bukan Ahok. Ahok itu terlalu kecil, musuh kita adalah kesenjangan ekonomi, musuh kita adalah kebodohan, dan kemiskinan," urainya.

Hal itu, kata Chairul Tanjung juga disampaikan saat dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. "Saya bilang, bapak yang terjadi di 411, 212 bukan persoalan muslim non muslim, China atau pribumi. Tapi masalah kesenjangan," sambungnya.

Penulis buku Si Anak Singkong ini mencontohkan betapa menciptakan adanya musuh bersama itu perlu. Seperti permusuhan yang dibangun antara Jepang dengan Amerika Serikat, juga antara Jepang dengan Korea Selatan. Rivalitas yang sengit itu ternyata berdampak pada persaingan ekonomi yang ketat dan memunculkan inovasi-inovasi.

"Jepang beli mobil-mobil Amerika lalu di-kloning, dibikin lebih bagus dan lebih murah. Juga Korea Selatan, mereka sangat memusuhi Jepang. Mereka bela-belain buat telepon seluler yang mampu mengalahkan kedigdayaan Sony. Merek telepon seluler made in Korea itu Samsung. Begitupula dengan persaingan JPOP versus KPOP," runutnya.

Namun, saat ini kata CT umat Islam punya beberapa tantangan. Diantaranya budaya. Seperti sikap: Kalau miskin, itu sudah kehendak Allah, kemudian; Santai saja, nanti juga akan akan beres. Lalu juga penyakit tidak terbiasa disiplin dan tepat waktu. Sering mengalah untuk menghindari konflik. Terakhir, hanya mau tau kulitnya saja.

"Padahal kaya itu halal, bahkan wajib kalau menurut saya," sebutnya.

Lebih lanjut, Ia mengakui bahwa banyak umat Islam yang ingin kaya, tapi terjebak dengan cara-cara instan. Seperti, ingin cepat kaya, kemudian korupsi. Ingin nilai bagus, nyontek. Bahkan ada yang ingin jadi pengusaha, lewat jalan jadi penguasa.

"Umat jangan didik umat tangan di bawah. Umat harus dididik mampu berjuang, dan sukses dengan kerja kerasnya sendiri, bukan karena belas kasihan orang lain," tandas CT.

Di akhir pemaparannya, CT mengimbau agar kongres ini bukan sekedar menghasilkan kesimpulan atau rekomendasi-rekomendasi.

"Itu tidak penting. Yang penting itu berubah nggak ekonomi umat setelah kongres ini," tegasnya. 

Koresponden: Muhammad