Bicara Kondisi Terkini Indonesia, Din Syamsuddin Tekankan Ukhuwah dan Redam Fanatisme

Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2005-2015, Prof Dr HM Din Syamsuddin, didaulat membawakan ceramah pada Tabligh Akbar dan silaturahim ormas Islam yang diadakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, di Masjid Raya Makassar, Sabtu (13/5) kemarin.

Din tampil setelah AGH Dr Sanusi Baco, yang pada kesempatan tersebut juga didaulat menjadi narasumber. Hadir sejumlah ormas dalam tabligh akbar tersebut diantaranya, Nakhdatul Ulama (NU), Wahdah Islamiyah, Hidayatullah, IKADI, PITI, hingga Front Pembela Islam (FPI).

Memulai ceramahnya, Din mengungkapkan pentingnya ukhuwah dan silaturahim. Kenapa ukhuwah, menurut Din, karena kita seiman dan sesama manusia.

Tentang ukhuwah, mengaitkan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini, Din memaparkan sifat dan kodrat manusia perihal fanatisme, primordialisme hingga solidaritas.

Menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, ada tiga hal yang membuat orang memiliki fanatisme. Pertama, karena persamaan darah, yakni keturunan. Kedua, karena kesamaan tanah kelahiran, karena ia sekampung atau sedaerah, dan ketiga, karena kesamaan keyakinan, yakni agama, umat.


"Kesamaan salah satu, dua, atau ketiganya bisa melahirkan solidaritas, yaitu solidaritas kesukuan, kedaerahan, dan agama," ujarnya.

Din melanjutkan, kehadiran Rasul Muhammad SAW dizamannya, adalah mengatasi fanatisme karena persamaan darah dan persamaan daerah melalui persamaan keyakinan. Din mengutip Surah Al Hujurat ayat 10, "Sesungguhnya semua muslim itu bersaudara."

Jadi kedatangan Islam, kata Din, adalah menawarkan solidaritas atas kesamaan keyakinan atau agama di atas solidaritas klan, etnis, dan kedaerahan. Itulah yg kemudian melahirkan ukhuwah imaniyah.

"Ukhuwah itu persaudaraan, kerena sesungguhnya kita semua satu, manusia keturunan Adam dan Hawa. Apalagi bila kita seiman, seyogianya  tidak ada perbedaan apapun bangsanya, apapun organisasinya," tandasnya.

Din pun mengaku bersyukur karena umat Islam di Indoensia adalah umat yang satu, yakni secara teologis ahlu sunnah wal jamaah. Meskipun juga diakunya, ada paham lain tapi tetap harus saling menghormati.

Sementara tentang organisasi, kata Din, organisasi itu bukan tujuan tapi alat. "Ia hanyalah alat untuk kita dengan satu tujuan yang sama, kejayaan Islam."

Guru besar Pemikiran Islam UIN Syarif Hidayatullah menutup bahwa organisasi itu memudahkan perjuangan sambil mengutip surah Al Imran 104.

Rep: Kasri R