Mentan Amran Kesal, Harga Beras Naik Rp100 Diberitakan, Turun Rp12.000 Tidak Diberitakan

Pasokan beras medium dilaporkan menipis menyusul diterapkan nya harga eceran tertinggi (HET) oleh Pemerintah. Aturan itu berlaku sejak 1 September lalu. Akibatnya, di beberapa daerah harga beras kualitas medium tetap di atas HET.

Kementerian Perdagangan mematok HET beras berdasarkan zonasi. Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, NTB dan Sulawesi dianggap sebagai wilayah produsen beras. Sehingga di wilayah-wilayah tersebut harga beras medium ditetapkan Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg. 

Sementara untuk wilayah lainnya yang membutuhkan ongkos transportasi lebih, harga tersebut ditambah Rp 500

Namun, di pasar tradisional kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah saja misalnya, harga beras IR-64 sejak Senin (18/9), kualitas medium II naik dari Rp9.500 per kilogram menjadi Rp10.000/kg, kualitas medium I naik dari Rp10.000/kg menjadi Rp10.500/kg. Sedangkan IR-64 poles naik dari Rp10.500/kg menjadi Rp11.000/kg.

Padahal saat panen, dilaporkan harga beras IR-64 medium II hanya sebesar Rp8.500/kg, medium I sebesar Rp9.000/kg, dan IR-64 polos Rp9.500/kg.

Pasokan yang menipis itu pula yang dijadikan dasar oleh pedagang beras tetap nekad menaikkkan harga diatas HET. Menurut Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) Fatkhurrohman, harga beras mengikuti mekanisme pasar. Salah satunya bergantung pada ketersediaan pasokan gabah.

"Kalau barangnya (gabah, red.) sulit diperoleh, tentunya harga beras akan naik. Kemungkinan harga beras masih akan naik karena masa panen masih lama karena masa tanam padi diperkirakan paling cepat mulai akhir Oktober," kata dia seperti dilansir Antara.

Pertanyaannya benarkah pasokan beras, khususnya beras kualitas medium saat ini menipis?

Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat ditemui di sela-sela kunjungannya ke Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (23/9) meninjau sejumlah stand pameran pertanian di Hari Tani Nasional membantah stok beras kurang. Menurutnya stok beras justru bertambah dua kali lipatnya.

Tapi kenapa harga bisa naik?

Berikut petikan wawancara selengkapnya;


Kemarin diberitakan pasokan beras kualitas medium menipis di beberapa daerah. Kalau stoknya kurang, bagaimana kita paksa pedagang ikuti HET?
Sebetulnya begini, di Cipinang saja ya dulu stok normalnya itu 30 ribu ton. Sekarang ini sudah 49-50 ribu ton. Hampir dua kali lipat meningkat. Dulu ada harga Rp36.000, ada harga Rp25.000. Ini masuk yang Rp12.000 langsung habis. Sesak di sini. Sehingga ada kayak tegangan sedikit. Tapi ini nggak lama. Karena pasti akan mendesak turun lagi.

Kok yakin betul bisa turun lagi?
Karena volumenya ini, yang premium saja dulu harga Rp25.000, Rp28.000, bahkan ada yang Rp36.000. Ini sekarang langsung bisa turun di bawah Rp12.800. Artinya apa, itu turun 50 persen. Jangan yang naik Rp100 itu diberitakan, yang turun Rp12.000 tidak diberitakan. Karena tidak menarik, hati-hati ini harus berimbang. Justru positif sekarang.

Aku yakin harga beras ini nanti sesuai BPS ini turun. Yang medium naiknya Rp100 itu sifatnya sementara. Nggak bisa bertahan lama.

Nggak lama naiknya ini?
Iya, karena stoknya banyak. Kalau dijual banyak, nggak laku gimana [?]... Turunkan [?]. Dan nanti, ini yang Rp8.000 (beras di stand pameran Jawa Tengah, red) kami kirim lagi 100 ton per hari. Itu besar. Serapan Bulog perhari ini kurang lebih 10.000 ton. Ini musim gaduh. Yang biasanya 5.000 ton.




Maksud anda?
Artinya kebijakan pemerintah oleh perintah bapak Presiden, itu luar biasa. Beliau sangat cerdas, sederhana, visioner, tegas tapi bijak pada rakyat kecil.

Kemarin, Indonesia kirim 2 Juta Kilogram Beras ke Rohingya, apa itu indikator kita kelebihan beras?
Iya salah satu. Bukan saja itu, 5.000 ton, 5 juta kilo kita juga kirim ke Srilanka.

Jangan-jangan itu beras impor?
Masak beras dari negara lain terus kita kembali. Ini cari persoalan namanya. He-he-he. Ini Rohingya sudah kita kirim, Srilanka sudah kita kirim. Kita harus bangga. Ini dignity, kehormatan kita. Karena kita sudah mengirim beras ke negara saudara-saudara kita yang membutuhkan. Begitu perintah presiden. Kami sudah cek ke lapangan, aman-aman (stok beras).

Beberapa daerah dilanda kekeringan, areal pertanian terancam. Ini bagaimana?
Tadi malam aku malah disambut hujan (Di Semarang, red). 

Di Semarang saja?
Kita sudah hitung, Aceh sudah hujan, Kalimantan hujan, Sulawesi hujan. Ini belum masuk Oktober sudah hujan. 

Padahal belum masuk Oktober?
Iya, itu karena Pak Gubernurnya baik... He-he-he.

Banyak petani, ekonominya masih sulit. Konkretnya, bagaimana sih cara anda bikin petani sejahtera?
Suply chain (rantai distribusi, red) kita perpendek dengan IT, Kartu Tani programnya pak Gubernur. Harus diintegrasikan agar petani untung, konsumen tersenyum pedagang tetap untung. Disparitas yang terjadi selama ini adalah 300 persen dari petani ke konsumen.




Semacam aplikasi ya?
Ini kita mimpikan seperti Gojek. Nah ini kalau dilink-kan, ini bisa mensejahterakan petani Indonesia. Petani Jawa bisa men-support kebutuhan beras Jakarta. Begitupula Bandung dan lainnya. Ini masak Amerika men-support (kebutuhan pangan, red) Jakarta. 

Kabarnya, baru-baru ini ada benih padi tahan segala cuaca. Itu benar?
Iya, hari ini kami ada benih padi tahan wereng, tahan air.

Benih apa itu?
Inpari 42. Teknologi kita luar biasa. Kemudian kita bangun produktifitas dengan membangun embung. (***)