Hadiri Sewindu Haul Gus Dur, Khofifah: Pemikiran dan Keteladannya Tetap Hidup di Hati Rakyat

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan pemikiran-pemikiran Gus Dur tetap hidup dalam keseharian dan melekat di hati rakyat kendati Bapak Bangsa itu telah sewindu meninggalkan kita. 

"Banyak orang belajar dari Gus Dur. Mereka tidak hanya dari Indonesia,
namun berbagai belahan dunia turut belajar dari beliau tentang toleransi, pluralisme, cinta damai, dan selalu berpikiran inklusif atau terbuka," kata Khofifah kepada
wartawan usai menghadiri Sewindu Haul Gus Dur di kediaman Gus Dur,
Jalan Warung Silah No. 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat malam.

Mensos mengatakan haul kali ini mengambil tema "Semua Demi Bangsa dan Negara." Tema ini bermakna bahwa apa yang dipikirkan dan dilakukan Gus
Dur merupakan sebuah bentuk kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gus Dur sangat menghargai perbedaan dan senantiasa mendorong masyarakat dapat hidup berdampingan dengan rukun dan damai di tengah berbagai perbedaan.

"Pemikiran itu adalah teladan yang bisa kita ambil dari beliau dan diterapkan saat ini di tengah kondisi bangsa yang menghadapi banyak tantangan dan persoalan," ujar Khofifah yang pernah menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Kepala BKKBN di era pemerintahan Gus Dur. 

Dikatakan Khofifah, dalam pandangan Gus Dur bangsa Indonesia menjadi besar seperti sekarang karena keragaman atau kebinekaan yang dijaga dan ditempatkan sebagai potensi efektif bangsa. 

Perbedaan itu ada dan menjadi bagian dari kekayaan kearifan bangsa. Suku, agama, warna kulit, tradisi, bahasa dan perbedaan pendapat satu kelompok dengan yang lain dapat berjalan secara harmoni. 

"Perjalanan sejarah bangsa mencatat bahwa Indonesia berdiri di atas keberagaman, dan kita dapat hidup berdampingan secara  damai. Itu yang pernah dipesankan beliau dalam berbagai kesempatan," paparnya.  

Sewindu Haul Gus Dur dihadiri sejumlah tokoh di antaranya Jenderal Gatot Nurmantyo, Mahfud MD, KH Mustofa Bisri dan Gurutta M Sanusi Baco yang didaulat menyampaikan tausiyah. 

Khofifah sendiri hadir dan menyampaikan testimoni kenangan bersama mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut. Khofifah menyampaikan testimoni saat menjadi sekretaris fraksi MPR-RI.  

Ia menuturkan sesaat setelah laporan pertanggung jawaban Presiden Habibie ditolak MPR,  sekira 30 menit kemudian Gus Dur menelponnya yang masih berada di ruang sidang MPR. Dini hari itu pula semua persiapan administratif pencalonan disiapkan karena jam 07.00 WIB sudah penutupan pendaftaran. 

"Saat itu saya hanya berdua bersama Arifin Junaidi mendaftarkan di gedung KK-1 MPR RI. Setelah terpilih sekira jam 2 siang Gus Dur perintahkan agar saya (yang saat itu sekretaris FKB MPR RI, red) menyiapkan lima nama untuk disiapkan surat pencalonannya. Ahirnya Gus Dur perintahkan yang diusulkan FKB MPR RI adalah Ibu Megawati Soekarnoputri," kenang Khofifah. 

Mensos mengungkapkan ada hal menarik saat ia meminta kelengkapan persyaratan pencalonan Wapres, tidak ada tokoh PDIP yang memberikan karena mereka hanya mencalonkan ibu Megawati sebagai Presiden. Akhirnya keesokan harinya Khofifah mendaftarkan pencalonan Megawati tanpa persyaratan pelengkap. 

"Ketika panitia pendaftaran tanya mana kelengkapannya saya jawab 'kan kemarin sudah mendaftarkan untuk Presiden, jadi sama dengan kemarin'. Di situlah alasan saya diterima dan akhirnya Ibu Mega terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Gus Dur yang terpilih sebagai Presiden," paparnya. 

Sewindu Halur Gus Dur dihadiri ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas berbusana serba putih dan tumpah ruah hingga ke jalan raya. Khofifahpun harus berjalan kaki sekira 1 km untuk sampai ke panggung acara. 

Selain diisi pembacaan tahlil dan istighosah, acara haul dimeriahkan
penampilan Queen Marry grup biola asal Temanggung dan grup musik Bimbo. (*)