Realisasi Luas Tanam Padi di Aceh 271 Ribu Hektar dari Target 507 Ribu Hektar

Propinsi Aceh menargetkan 507.549 hektar luas tanam padi untuk Musim Tanam (MT) 2017/2018, yang terbagi MT Rendeng dan MT Gadu. Dalam MT Rendeng Oktober 2017 sampai Maret 2018 (posisi 14 Maret 2018) telah terealisasi seluas 271.884 ha (data LTT harian). 

"Pada Periode yang sama jagung terealisasi 36.681 ha dan kedele 8.518 ha," kata Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono dalam acara pembukaan Pertemuan Percepatan Upsus Pajale dan Optimasi  Pemanfaatan Alat Mesin Pertanian serta Serapan Gabah di Aceh yang diselenggarakan di Grand Nangroe Aceh Hotel, Aceh (15/3).

Pertemuan ini juga di hadiri Kasdam Iskandar Muda, Sekretaris Badan SDM Pertanian, Danrem Teuku Umar, Kadivre Bulog, Seluruh Dandim se Aceh dan Kepala Dinas Pertanian kabupaten se Aceh. 

Mukti menambahkan, sesuai arahan Menteri Pertanian, pertemuan ini diharapkan dapat terus meningkatkan kinerja upsus untuk menjamin peningkatan produksi, meningkatkan serapan gabah petani untuk menjamin ketersediaan dan stock pangan pangan dan optimasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian yang telah didistribusikan ke petani dalam tiga tahun terakhir ini.

Saat ini Kementerian Pertanian telah membentuk Tim Optimasi Alsintan yang bertugas memantau pendistribusian dan pemanfaatan alsintan secara optimal diseluruh propinsi, karena secara quantity jumlahnya sudah sebanding dengan luas lahan, tinggal bagaimana alat dan mesin pertanian tersebut dioptimalkan pemanfaatannya. 

"Jika tidak dimanfaatkan, maka kami akan menarik dan memindahkannya kepada wilayah/kelompok tani lain yang lebih membutuhkannya," ujar Mukti.

Mukti juga meyampaikan bahwa Kementan saat ini telah berkoordinasi dengan Jajaran Dinas Partanian dan jajaran TNI AD untuk memantau secara harian pemanfaatan alsintan dalam pengolahan lahan dan pemanenan, katanya.

Sementara itu Kasdam Iskandar Muda Nangroe Aceh Achmad, Daniel Chardin menegaskan jajaran TNI AD terus mengawal dan berperan dalam peningkatan luas tanam, serapan gabah dan optimasi alsintan. 

"Sesuai pedoman teknisnya alsintan yang tidak dioperasionalkan setempat, kita dorong untuk dicabut  dan dipindahkan ke tempat yang lain yang membutuhkannya, alsintan tidak boleh berhenti pengoperasiannya, yang boleh berhenti manusianya atau berganti orang yang mengoperasikannya," kata Daniel.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan alsintan, Daniel mengusulkan agar dibuat jalan yang memadai. "Setiap beberapa blok sawah ada jalan untuk memudahkan alat-alat pertanian bisa melintas, tidak hanya panen dipinggir sawah tetapi mampu masuk kedalam," tukas dia.

Daniel juga mengatakan bahwa jajarannya tetap berkomitmen dengan Kementerian Pertanian dan Pemda Aceh untuk menjadikan Aceh sebagai salah satu lumbung pangan nasional. (*)