Drummer Alexa Band Pecinta Kacang Mete



Selain menekuni dunia musik, Fajar Arifan, penabuh drum grup musik Alexa ternyata juga hobi berolahraga. Sejak 2011, Fajar telah menggandrungi olahraga lari. Dari lari dan mengikuti kompetisi maraton, Fajar mulai mengembangkan sayapnya dengan menggeluti olahraga triatlon yang terdiri dari olahraga lari, renang, dan bersepeda. Setelah menjalani selama beberapa tahun, Fajar kini sering berpartisipasi dalam kompetisi triatlon bergengsi di Taiwan, Thailand, dan Australia.

Selain membutuhkan ketahanan fisik yang kuat, olahraga yang ditekuninya juga memerlukan asupan nutrisi yang cukup. Pada khususnya, Fajar membutuhkan banyak protein untuk mendukung aktivitasnya. Tak hanya ketika sarapan, makan siang dan makan malam, Fajar juga memastikan konsumsi snack-nya mengandung protein tinggi. Varian kacang East Bali Cashews, olahan kacang mete menjadi pilihan snack Fajar sejak tahun lalu. Selain proteinnya yang tinggi, Fajar juga merasakan manfaat lainnya dari kacang mete seperti meningkatkan stamina dan memelihara daya tahan tubuh.

Setelah mengonsumsi secara rutin, Fajar kemudian menggali lebih lanjut tentang East Bali Cashews dan mengetahui bahwa seluruh produknya diproduksi oleh kelompok masyarakat di Desa Ban, sebuah desa terpencil di Bali Timur. Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para petani dan penduduk Desa Ban, East Bali Cashews mulai membangun fasilitas pengolahan kacang mete di tahun 2012 dan kini telah menyediakan lapangan pekerjaan untuk lebih dari 250 penduduk desa. Mengetahui hal ini, Fajar menjadi tertarik untuk bekerja sama, “Ketika tahu visi dan misi East Bali Cashews, saya langsung dukung dan jadi ingin banyak bantu juga.” ujar pria berusia 35 tahun ini.

Oleh sebab itu, dari akhir tahun lalu Fajar sering mempromosikan beragam produk olahan kacang mete kepada teman-teman terdekat serta fans-nya di media sosial sebagai bentuk dukungan terhadap East Bali Cashews. Tak hanya sampai disitu, Fajar pun memutuskan untuk menyambangi pabrik East Bali Cashews untuk belajar lebih lanjut mengenai pengolahan kacang mete dan bertemu langsung dengan masyarakat Desa Ban. Pada Bulan Maret lalu, Fajar berangkat ke Bali Timur, Kabupaten Karangasem, sebuah tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Untuk mencapai pabrik East Bali Cashews, Fajar harus menempuh perjalanan selama 3 jam dari Bandar Udara Ngurah Rai, melewati lereng gunung, menerobos lumpur kering, serta masuk ke jalan off-road yang cukup menantang. Meskipun demikian, Fajar sangat menikmati perjalanannya, keindahan alam Bali Timur serta pemandangan Gunung Agung dari jarak dekat membuat Fajar lupa akan rasa lelahnya.

Di pabrik East Bali Cashews, Fajar belajar mengenai proses pengolahan kacang mete mulai dari penyortiran kacang mete gelondong, penguapan, shelling kulit luar, pemanggangan, pengupasan kulit ari, pemberian rasa, hingga pengemasan produk. Seluruh proses ini memakan waktu dua hingga tiga hari yang juga selalu melewati proses quality assurance yang ketat. Fajar cukup kaget sekaligus kagum ketika mengetahui panjangnya proses pengolahan kacang mete yang satu per satu dilakukan oleh tim East Bali Cashews di Desa Ban, “Ternyata prosesnya panjang dan sulit. Sekarang saya sangat menghargai setiap butir kacang mete yang saya makan.” ujarnya sambil tersenyum.

Fajar juga sempat melihat pohon-pohon mete yang berada di sekitar pabrik. Bersumber lokal, East Bali Cashews menggunakan kacang mete dari Desa Ban dan desa-desa sekitar di Kabupaten Karangasem. Setiap tahunnya, Kabupaten Karangasem mampu menghasilkan lebih dari 3.000 ton mete saat musim panen. Sehingga hal inilah yang mendorong East Bali Cashews untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Ban dengan mengolah kacang mete. Selain kacang mete, East Bali Cashews juga menggunakan bahan lokal alami lainnya seperti cokelat, pisang, lontar, kelapa, dan banyak lagi.