Felipus, IQ Boleh Di Bawah Rata-rata, Tapi Prestasi dan Cinta di Atas Rata-rata
Kata teman-temannya, Felipus Kolymau tidak mudah diajak bicara. Ia pemarah dan mudah tersinggung. Namun di lintasan atletik, suami Feby Priskila Fransie ini merupakan andalan Indonesia di nomor lari 400 meter.
"Targetnya emas," kata Slamet Widodo, pelatih pelatih atletik National Paralympic Committee (NPC) Indonesia belum lama ini terkait peluang Filipus di Asian Para Games 2018 mendatang.
Felipus merupakan pelari T20, kode untuk atlet dengan klasifikasi Intellectual Impairment (II), atlet penyandang disabilitas mental. Prestasi teranyar, Felipus berhasil mendulang perak di ajang Asean Para Games 2017 di Malaysia lalu.
Namun tak banyak informasi yang bisa diperoleh Bagus.co saat berbincang dengan penyandang tuna grahita ini. Ia bahkan mengaku tidak tahu berapa usianya.
"Di bawa sama istri KTP nya," celutuk atlet asal Kupang, Nusa Tenggara Timur ini di sela-sela istirahat latihannya di Solo, Jawa Tengah belum lama ini.
Ia juga mengaku tidak tahu berapa bonus yang Ia terima dari setiap ajang olahraga yang berhasil dimenangkannya. "Biasa kan diminta nomor rekening, dikirim ke istri," lanjut pria yang pernah menyumbang empat emas untuk NTT di Peparnas XV 2016 lalu.
Kini, Ia bersama sang istri 'ngekos' di Solo untuk menjalani pemusatan latihan jelang Asian Para Games 2018. "Kalau mau belanja begitu ditulis di kertas," kata Felipus. "Biasanya diikasih uang ditulis baru suruh ke kios," tambahnya.
Soal hitung-hitungan, Felipus memang bukan jagonya. Ia sempat berhasil menjawab hasil penjumlahan bilangan satu desimal yang diajukan Bagus.co. Namun ketika masuk ke bilangan ratusan dan ribuan, Ia mulai kewalahan dan mulai menerka-nerka.
Meskipun IQ rendah di bawah rata-rata, namun cintanya terhadap sang istri bisa dibilang di atas rata-rata. Sanking Cintanya, Ia menyablon foto dirinya tengah bergandengan dengan sang Istri di baju latihan bagian depan. Di belakang, nama lengkap keduanya dicetak tebal diapit simbol cinta.
Ketika ditanya apa punya rencana untuk menikah lagi, Felipus dengan tegas menolaknya. "Dulu kata di gereja satu saja, sampai meninggal," tandas Felipus, sekitar setahun yang lalu melangsungkan pernikahannya.
Sederet prestasi yang berhasil diraih Felipus patut diacungkan jempol. Ia mampu mengharumkan nama Indonesia di tengah keterbatasannya. Orang tua Felipus tentu bangga.
"Tapi mama sudah meninggal," tutup Felipus dalam perbincangan kami yang teduh dan santai.
Beruntung, ketika kami temui, hari itu Felipus sangat ramah. Tak ada amarah dan sikap yang menunjukkan ketersinggungannya. Good luck Felipus!