Melamar Nafia (Tentang Kita yang Tak Jodoh Part 3)

Nafia sangat senang sekali mendengar berita ini. Rafa akan melamarnya minggu depan. Itu sebuah janji dari lelaki yang di cintainya.


IA tau Rafa malam ini juga akan pulang ke kampung halaman. Namun mereka tidak satu mobil. Ia tau Rafa pulang dengan mobil temannya.

Dalam hati, Nafia berkata: Kekasihku, jagalah keselamatanmu untukku karena aku hanya bisa menjaga cintamu tapi tidak dengan nyawamu.

Yaa Allah, jodohkanlah aku dengan lelaki yang aku cintai dan bila itu terjadi maka aku sangat bahagia sekali. Satukanlah aku dengan bang Rafa dalam naungan cinta suci. Cinta yang Engkau ridhai, yaitu cinta istri kepada suaminya ataupun cinta suami kepada istrinya.

Jadikanlah aku istrinya dan jadikanlah dia suamiku. Satu jam telah berlalu. Mobil yang di tumpangi Nafia melaju dengan cepat.

Diluar sana sudah mulai gerimis dan itu artinya sebentar lagi akan turun hujan. Semoga hujan malam ini memberi berkah dan bukan musibah.

Sesaat kemudian Nafia mendapat telpon dari Mutia, teman satu kuliahnya dan malam ini juga pulang kampung. Tapi Mutia pulang dengan mobil keluarganya.

Assalamu’alaikum. Ada apa Mutia. Apa ada berita bagus tentang kita? Kamu sekarang sudah sampai dimana?

Wa’alaikumussalam. Kamu sabar ya Nafia. Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Tapi kamu janji kamu harus sabar dan tidak boleh panik.

Memangnya apa yang terjadi Mutia? Cepat katakan. Aku janji aku akan sabar.

Mobil yang di tumpangi Rafa dan teman-temannya masuk ke jurang. Mereka kecelakaan.

Dan kemungkinan besar mereka tidak ada yang selamat karena mobil terjun bebas ke jurang yang sangat dalam.

Kejadiannya di gunung Kulu. Aku mohon kamu bersabar ya. Mendengar itu semua hati Nafia hancur berkeping-keping.

Disaat ia baru jatuh cinta kepada seorang lelaki yang baik hatinya namun Allah telah lebih dulu memanggilnya.

Semua terasa sangat memilukan hati. Yaa Allah, mengapa terlalu cepat Engkau menghapus kebahagiaan ini dengan kesedihan yang ku rasa.

Aku sangat mencintainya namun aku harus kehilangannya. Inikah cinta yang selama ini ku puja. Sepanjang perjalanan pulang Nafia terus mengingat kata-kata terakhir yang di katakan rafa kepadanya.

Nafia, sebelum kita berpisah aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Jika nanti aku melamarmu. Apakah kau mau menikah denganku? Apakah kau mau menjadi ibu dari anak-anakku? Aku ingin meminta restu orangtuamu disana.

Bila nanti tidak sesuai impian. bagiku tak mengapa. Namun satu yang ku pinta, bila kau bukan jodohku maka aku akan tetap mencari gadis lain yang sama sepertimu. Gadis yang manis di mataku dan nyaman Lanjut ke part 4 hatiku.

Bang Rafa. Jika ku tau kau pergi begitu cepat dari hidupku. Aku tidak akan membuka hatiku untuk mencintaimu.

Kamu tau, perbuatan yang paling sadis dan paling menyiksa adalah apa yang di sebabkan oleh cinta.

Dan bila nanti aku berjodoh dengan lelaki lain. Aku berharap lelaki itu adalah wujudmu yang terlahir kembali untukku. Namun aku yakin itu semua tidak mungkin. Tapi inilah yang ku rasa. Semua seperti tak ada logika.

Cinta itu aneh. Seperti yang ku rasa. Sejatinya aku tak tau apakah ini anugrah ataukah musibah yang diberikan Tuhan kepadaku.

Cintaku kepadamu ternyata mengundang airmata yang sampai saat ini belum bisa aku hentikan rasa sedihku. Nafia mencoba menyapu airmata di pipinya.

Sekarang ia tidak bisa berharap apa-apa lagi. Semua sudah takdirnya. Ia mencoba menepis bayangan Rafa yang terus ada di fikiranya.

Yaa Allah. Hilangkanlah rasa cinta ini kepada makhluk_Mu yang bernama Rafa Abdullah itu. Dan berikanlah aku pengganti yang lebih baik darinya.

Tak ada kebaikan yang bisa ku lakukan kecuali atas izin Mu. Amin. Mobil yang ia tumpangi terus berjalan cepat membelah kota Meulaboh.

Dua jam lagi ia akan sampai di kota Blang pidie dan itu artinya ia akan bertemu dengan orang yang sangat ia cintai dalam hidup ini.

Nafia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayahnya ia ingin menceritakan semua ini. semoga ada solusi untuknya. Di sudut kota Banda Aceh.

Rafa terlihat tegang. Mendengar mobil yang ditumpangi teman-temannya masuk ke jurang. Rafa yang menunda pulang malam ini sungguh sangat bersyukur.

Ia tidak jadi pulang karena ia lupa membelikan hadiah ulang tahun untuk Ravi. Adiknya yang sangat ia sayangi.

Alhamdulillah yaa Allah. Engkau telah menyelamatkanku. Tetapi jika aku pulang satu mobil bersama teman-teman. Mungkin saja aku tidak akan bisa melihat wajah ibuku lagi. Mungkin aku akan meninggal dunia dan aku tidak bisa bertemu dengan Nafia untuk selamanya. Namun Allah berkehendak lain.

Terimakasih yaa Allah. Saat ini ingin rasanya aku menelpon Nafia dan memberitahu bahwa ada yang kecekaan. Ah, lebih baik aku mengurungkan niat ini.

Klik: 
Lanjut ke part 4
Atau:
Kembali ke part 2