Gadis yang Diputus Cintanya (Tentang Kita yang Tak Jodoh Part 2)

Aku harus yakin dengan pilihanku. Pilihan untuk menjadi orang baik. Aku langsung menelpon Nafia dan mengajak dirinya bertemu di pinggir sungai Krueng Aceh. 




DI tempat itu, aku pertamakali mulai mencintainya dan aku juga ingin mengakhirinya di tempat yang sama. 

Nafia setuju. Kami akan bertemu lima belas menit lagi. aku harus siap dengan semua ini. Sungai ini akan menjadi saksi pengorbananku. 

Bismillah. Tak berapa lama aku sudah bisa menatap wajah gadis itu. Matanya yang sayu membuat imanku sedikit goyah namun ku mantapkan diriku untuk tetap pada pilihanku. 

Pilihan untuk mengakhiri cinta ini. Aku mulai bicara sambil sesekali melihat air sungai yang jernih. Riak kecil mengalir indah di sepanjang sungai ini. 

Tempat ini akan menjadi saksi bisu cintaku. Bila nanti Nafia menangis aku tak peduli. Bukan aku tak punya naluri namun aku tak mau munafik. 

Cinta itu melindungi. Ya, menjaga kekasih kita dari dunia sampai akhirat nanti. Nafia, maafkan aku. 

Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu apalagi membuatmu menangis. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik buat kita berdua. 

Aku tau sudah dua bulan kita menjalin cinta meskipun kita baru dua kali bertatap muka langsung. 

Saat pertama kali aku melihatmu aku langsung mengatakan aku mencintaimu dan kedua adalah hari ini dimana aku akan melupakanmu. 

Aku tidak bermaksud jahat kepadamu ataupun mempermainkan perasaanmu namun aku ingin melakukan hal yang baik di sisa hidupku. Di sisa hidup kita berdua, Nafia. 

Saat itu Rafa berharap agar Nafia tidak menangis seperti gadis lain yang diputuskan cintanya. Ia harus bisa meyakinkan Nafia. 

Pencuri saja bila ingin berbuat jahat harus punya keinginan yang kuat dan keberanian yang tinggi. Mencuri itu perbuatan yang tidak baik. 

Nah, aku yang melakukan perbuatan baik seperti ini pasti juga membutuhkan pengorbanan. Meskipun ini masalah hati. Masalah perasaan yang susah untuk di mengerti. 

Nafia melihatku sambil tersenyum. Aku sepeti dibuat salah tingkah. Pandangan matanya yang sayu seperti meluluhkan imanku. Memang benar kata orang-orang. 

Pandangan wanita itu bagaikan panah beracun yang bisa merusak hati ataupun membunuh korbannya. 

Rafa, mendengar apa yang baru saja kamu katakan aku sangat bahagia sekali. Aku juga pernah memikirkan hal yang sama dimana aku ingin kita lebih baik bersaudara ataupun menjalin hubungan yang dibolehkan agama dan bukan menjalin cinta. 

Aku tau ayahku adalah imam masjid di desa. Jika ayah tau aku pacaran pasti ayah akan sedih sekali. Pesan terakhir ayah sebelum aku berangkat dulu adalah masalah perasaan. 

Masalah cinta. namun aku mengkhianati ayah. Aku seperti terbius dengan rayuanmu waktu itu. Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakan Nafia. 

Semoga kesalahan yang kita lakukan di maafkan Tuhan. Ku katakan pada Nafia kalau aku nanti malam akan pulang kampung. Aku sudah berhasil menyelesaikan sarjana disini. 

Aku ingin mengabdi didesa tercinta. Aku juga pulang kampung nanti malam bang Rafa. Kata Nafia sambil tersenyum manis sekali. 

Nafia memanggilku dengan sebutan abang. Dalam hati aku berkata amin. Semoga saja Nafia kau menjadi adikku. Adik yang ku cinta. 

Adik dengan sebutan manja buat seorang istri. Bila nanti kau jodohku maka aku memanggilmu adik. dik Nafia. Nama yang sangat indah. Sama seperti orangnya. 

Hmm Nafia, sebelum kita berpisah aku ingin megatakan sesuatu padamu. Jika nanti aku melamarmu. 

Apakah kau mau menikah denganku? Apakah kau mau menjadi ibu dari anak-anakku? Aku ingin meminta restu orangtuamu disana. bila nanti tidak sesuai impian. bagiku tak mengapa. 

Namun satu yang ku pinta, bila kau bukan jodohku maka aku akan tetap mencari gadis lain yang sama sepertimu. Gadis yang manis di mataku dan nyaman di hatiku. Ku lihat senyum indah dibibirnya. 

Aku tidak sanggup menatap matanya yang sayu. Aku langsung bergegas pergi dengan harapan Nafia bersedia menjadi gadis pilihanku. Gadis impian hatiku. 

Di desa Kuta Tuha. Hujan kembali membasahi bumi. Abi Khairil masih duduk diberanda rumahnya sambil menikmati secangkir kopi buatannya sendiri. Istri yang dicinta sudah lama meninggalkan dirinya seorang diri. 

Bukan karena sebuah pengkhianatan cinta atau tak setia. tapi semua karena kehendak yang kuasa. Sakit Jantung yang diderita istrinya itulah yang menjadi penyebab dari perpisahan itu. 

Sambil menikmati turunnya hujan sore ini beliau seperti merindukan seseorang. Ya, Nafia adalah gadis baik dan manis dari buah cintanya dengan sang istri. 

Anaknya itu sekarang sudah dewasa dan akan pulang nanti malam. Semoga saja kamu selamat sampai tujuan anakku. Ayah menunggumu disini. Dirumah kita. Istana kecil kita. 

Dibawah turunnya hujan. Abi Khairil melihat ada seorang lelaki datang menuju rumahnya. Kelihatannya itu adalah Halil. Pemuda yang sering berkebun dibelakang rumahnya. 

Halil pemuda yang giat dan rajin bekerja. Halil juga sering shalat berjamaah di masjid. Andaikan lelaki ini yang kan menjadi menantuku maka aku akan sangat senang sekali. 

Andaikan Halil yang menjadi pendamping hidup Nafia maka aku akan sangat bahagia. Bisiknya dalam hati. 

Assalamu’alaikum. Sapa Halil sambil memberikan rantang berisi gorengan yang masih hangat. 

Wa’alaikumussalam nak Halil. Silahkan masuk. Balas beliau. Ini. ada sedikit makanan. 

Ada gorengan buat Abi. Ini sengaja saya buatkan sendiri supaya bisa menyenangkan hati tetangga. Apalagi Abi sedang berbahagia karena Nafia akan pulang kesini. Iya kan? 

Hmm Kenapa nak Halil tau kalau Nafia akan pulang? Jangan-jangan kamu memang berjodoh dengan Nafia. 

Mendengar gurauan Abi Khairil, wajah Halil memerah. Ia seperti salah tingkah. Kenapa bisa seperti ini. 

Tidak abi. Aku kesini justru ingin mengatakan kepada abi kalau aku akan bertunangan minggu depan. Aku sudah memutuskan untuk melamar Rani. Anak dari penjaga sekolah di desa ini. Jelas Halil panjang lebar. 

Alhamdulillah. Baguslah nak Halil. Abi fikir kamu belum punya calon. Ya kalau belum punya kamu boleh menikah dengan Nafia dan abi setuju. 

Ah, abi jangan seperti itu. Aku tidak pantas bersanding dengan Nafia. Lagipun siapa tau Nafia sudah punya calon disana dan itu bukan aku. 

Aku kalau masalah cinta tidak mau yang rumit-rumit. Yang masuk-masuk akal saja biar tidak sakit hati kalau cinta kita di tolak. 

Hmm,. Itu prinsip kamu nak Halil dan abi mendukung itu. Bila nanti kamu sudah menikah dan sudah punya istri yang baik. 

Tetaplah kamu mencintainya dalam kondisi apapun dan bila rumah tangga kalian sedang dalam masalah. Berilah pengertian kepada istrimu karena seorang wanita itu memang harus banyak di nasehati. 

Tapi tetap dengan cara yang Kembali ke part 1. Terimakasih abi. Kalau Nafia nanti sudah pulang. Sampaikan salamku padanya. Sebagai salam seorang muslim kepada muslimah yang lainnya. Insya Allah akan abi sampaikan salammu padanya. 

Senja mulai menyapu bayang-bayang sinar mentari yang menerangi bumi. Langit sudah mulai menutup hari yang cerah dan menggantinya dengan malam yang indah. 

Usai shalat maghrib di masjid abi Khairil langsung pulang ke rumah dan membuatkan kopi sambil di temani sebuah buku berwarna biru. Buku itu sering mengingatkan dirinya akan masa lalu bersama istri tercinta. 

Ia tau itu adalah buku diary istrinya. Cut Liza. Meskipun Cut Liza sudah pergi untuk selamanya namun ada anugrah terindah yang di milikinya. Yaitu Nafia. 

Satu-satunya anak yang sangat di sayanginya dengan sepenuh jiwa. Nafia anakku. Malam ini kau akan pulang dan itu artinya abi tidak lagi sendiri di rumah. 

Sudah lama abi mengharapkan dirimu pulang dan menemani abi di setiap hari yang abi lalui dan baru sekarang abi bisa melewatinya bersamamu anakku. Semoga Allah melindungimu dan pulang dengan selamat. 

Nafia anakku. Jika kamu tidak keberatan. Abi akan menikahkanmu dengan lelaki yang menurut abi sangat pantas bersanding denganmu. Abi sangat mengenal lelaki itu dan keluarganya dan abi sangat menyukainya. 

Tapi jika kamu sudah punya pilihan sendiri abi juga tidak bisa menolak. Abi bahagia jika kamu bahagia. Dan abi yakin, pilihanmu adalah yang terbaik bagimu. 

Namun andaikan kau mau meikah dengan lelaki pilihan abi mungkin itu akan membuat abi senang denganmu. 

Nafia, pulanglah nak. Abi sudah sangat rindu ingin menatap wajahmu. Jika ibumu yang abi cintai telah pergi untuk selamanya. 

Namun Allah telah menggantinya dengan bidadari cantik sepertimu anakku. Anakku, kau sangat mirip dengan ibumu. Melihatmu membuatku merindukan ibumu. 

Klik: 
Lanjut ke part 3
Atau:
Kembali ke part 1