Lokomotif Kemakmuran Terletak Pada Usahawan Inovator
Hambatan kemakmuran yang ditimbulkan oleh gejala deindustrialisasi, defisit perdagangan dan pembayaran, perangkap pendapatan menengah dan jebakan ekonomi ekstraktif menjadi wacana publik. Namun nyaris tak ada perhatian politik dan kebijakan strategis untuk melakukan transformasi perekonomian serta prioritas pengembangan industri.
JAKARTA- Ponco Sutowo, Ketua Aliansi Kebangsaan berpandangan Indonesia harus mentransformasikan diri dari perekonomian berbasis ekstraktif, pertanian tradisional dan manufaktur konfensional menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi.
"Selama ini ukuran yang berkaitan dengan total faktor produktivity ekonomi knowledge index menunjukkan betapa rendahnya kontribusi nilai tambah iptek dan tingkat inovasi Indonesia bagi pertumbuhan ekonomi," katanya dalam diskusi Pembangunan Ranah Material-Teknologi, FGD Aliansi Kebangsaan, di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (13/9).
Menurutnya, Arah kebijakan pengembangan teknologi dan industri kita bisa belajar dari bangsa lain, tetapi tidak perlu sama, kita bisa memberikan prioritas pada pengembangan iptek yang bisa memberi nilai tambah terhadap kekhasan potensi Indonesia.
Lautan yang luas menunggu sentuhan pengembangan teknologi dan industri kemaritiman, Tanah yang relatif subur perlu bioteknologi dan agro industri, tanaman yang beragam perlu rekayasa teknologi pangan dan industri pengolahan bahan makanan, kekayaan mineral menanti teknologi pertambangan dan ilmu /teknologi material.
Negara yang indah perlu teknologi dan industri kepariwisataan, jiwa estetik yang kuat perlu teknologi dan industri kesenian, kekayaan sumber energi terbarukan perlu pengembangan teknologi dan industri energi alternatif, Kekayaan keanekaragaman tanaman obat menunggu pengembangan teknologi dan industri farmasi, dan seterusnya.
"Dengan perioritas pengembangan teknologi dan industri seperti itu, lembaga pendidikan dan riset bisa menentukan area prioritas dan jenis SDM yang menjadi prioritas pengembangan, selain itu keterkaitan antara aktivitas riset dan dunia usaha juga perlu diperkuat," ujar Ponco.
"Kurang ada terobosan untuk membawa aktifitas dan hasil riset ke jantung masyarakat, oleh karena itu kegiatan riset dan inovasi mestinya menjadi bagian organik dari dunia usaha, di Amerika misalnya, anak-anak muda dengan ide teknologi inovatif bisa membangun start up dengan pinjaman modal ventura, walau tidak semua berhasil tapi ada yang sukses mengembangkan perusahaan berbasis pengetahuan berskala internasional seperti microsoft, apple, facebook," paparnya.
Berkaca dari pengalaman negara-negara yang berhasil bertransformasi bisa ditarik kesimpulan bahwa lokomotif kemakmuran terletak pada usahawan inovator yang berhasil mengembangkan inovasi teknologi yang dapat menciptakan pasar baru.
"Yakni usahawan yang dalam proses organisasi usahanya bisa mentranformasikan pekerja, modal, material dan informasi kedalam produk dan jasa dengan nilai tambah yang lebih besar, sehingga bisa menciptakan produk dan jasa yang belum ada dipasar, atau menciptakan produk dan jasa di pasar, namun lebih murah dan terjangkau oleh kalangan yang lebih luas," katanya.
|
JAKARTA- Ponco Sutowo, Ketua Aliansi Kebangsaan berpandangan Indonesia harus mentransformasikan diri dari perekonomian berbasis ekstraktif, pertanian tradisional dan manufaktur konfensional menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi.
"Selama ini ukuran yang berkaitan dengan total faktor produktivity ekonomi knowledge index menunjukkan betapa rendahnya kontribusi nilai tambah iptek dan tingkat inovasi Indonesia bagi pertumbuhan ekonomi," katanya dalam diskusi Pembangunan Ranah Material-Teknologi, FGD Aliansi Kebangsaan, di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (13/9).
Menurutnya, Arah kebijakan pengembangan teknologi dan industri kita bisa belajar dari bangsa lain, tetapi tidak perlu sama, kita bisa memberikan prioritas pada pengembangan iptek yang bisa memberi nilai tambah terhadap kekhasan potensi Indonesia.
Lautan yang luas menunggu sentuhan pengembangan teknologi dan industri kemaritiman, Tanah yang relatif subur perlu bioteknologi dan agro industri, tanaman yang beragam perlu rekayasa teknologi pangan dan industri pengolahan bahan makanan, kekayaan mineral menanti teknologi pertambangan dan ilmu /teknologi material.
Negara yang indah perlu teknologi dan industri kepariwisataan, jiwa estetik yang kuat perlu teknologi dan industri kesenian, kekayaan sumber energi terbarukan perlu pengembangan teknologi dan industri energi alternatif, Kekayaan keanekaragaman tanaman obat menunggu pengembangan teknologi dan industri farmasi, dan seterusnya.
"Dengan perioritas pengembangan teknologi dan industri seperti itu, lembaga pendidikan dan riset bisa menentukan area prioritas dan jenis SDM yang menjadi prioritas pengembangan, selain itu keterkaitan antara aktivitas riset dan dunia usaha juga perlu diperkuat," ujar Ponco.
"Kurang ada terobosan untuk membawa aktifitas dan hasil riset ke jantung masyarakat, oleh karena itu kegiatan riset dan inovasi mestinya menjadi bagian organik dari dunia usaha, di Amerika misalnya, anak-anak muda dengan ide teknologi inovatif bisa membangun start up dengan pinjaman modal ventura, walau tidak semua berhasil tapi ada yang sukses mengembangkan perusahaan berbasis pengetahuan berskala internasional seperti microsoft, apple, facebook," paparnya.
Berkaca dari pengalaman negara-negara yang berhasil bertransformasi bisa ditarik kesimpulan bahwa lokomotif kemakmuran terletak pada usahawan inovator yang berhasil mengembangkan inovasi teknologi yang dapat menciptakan pasar baru.
"Yakni usahawan yang dalam proses organisasi usahanya bisa mentranformasikan pekerja, modal, material dan informasi kedalam produk dan jasa dengan nilai tambah yang lebih besar, sehingga bisa menciptakan produk dan jasa yang belum ada dipasar, atau menciptakan produk dan jasa di pasar, namun lebih murah dan terjangkau oleh kalangan yang lebih luas," katanya.