Pasokan Pangan Calon Ibu Kota Aman, Rawa Disulap Jadi Sawah

Amran mengatakan rawa-rawa yang belum dimanfaatkan secara maksimal di wilayah IKN dan sekitarnya akan disulap menjadi sawah. Menurutnya optimalisasi rawa adalah solusi masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Salah satu kekhawatiran banyak pihak akan tingginya harga bahan pangan di ibu kota negara (IKN) baru, dijawab oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Ia menjamin, IKN nantinya tidak akan kekurangan bahan pangan.

  • Menteri Pertanian Amran Sulaiman. (Muhammad/Bagus.co)


Amran optimis, dengan strategi baru yang dikembangkannya saat ini, ibu kota bisa mandiri dalam hal pangan. Tidak lagi tergantung pada daerah lain. Bahkan untuk kebutuhan beras, Amran memprediksi bisa surplus.

Bagaimana caranya?

Amran mengatakan rawa-rawa yang belum dimanfaatkan secara maksimal di wilayah IKN dan sekitarnya akan disulap menjadi sawah. Menurutnya optimalisasi rawa adalah solusi masa depan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

"Kita siapkan dari sekarang infrastrukturnya," tuturnya kepada Rakyat Merdeka di sela-sela kunjungannya ke Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/10) lalu.

Selain itu, pihaknya juga akan menyiapkan alat mesin pertanian (alsintan) khusus untuk menggarap lahan rawa. Pihaknya juga sudah menyiapkan varietas tanaman yang cocok ditanam di daerah rawa, misalnya varietas Inpara (inbrida padi rawa).

"Kita siapkan alat mesin pertanian yang untuk membantu di sana, termasuk persiapan rawa kita garap untuk memenuhi (kebutuhan, red) beras dan kami yakin (pasokan beras di ibu kota) surplus nanti," tandasnya.

Sejauh ini, Kementan, kata Amran sudah melakukan uji lapangan terkait tanaman padi yang bisa tumbuh baik di areal rawa. Hal itu penting, mengingat tidak semuanya cocok.

Sebab, bibit padi dari Jawa yang mayoritas sistem airnya irigasi, sulit jika dipaksakan ditanam di daerah rawa.

Dan hasilnya, lanjut Amran cukup fantastis. Padi yang dikembangkan di lahan rawa bisa berproduksi hingga 3 kali lipat dari biasanya.

"Apalagi umurnya padi di sana enam bulan, kami jadikan tiga bulan. Produksinya 6-8 ton, berarti tiga kali lipat, yang satu kali jadi tiga, petani sejahtera," kata dia.

Selama ini, diketahui sejumlah kebutuhan pokok di Kalimantan Timur (Kaltim); antara lain beras, daging, telur, bawang putih, dan cabai, umumnya masih didatangkan dari Jawa dan Sulawesi.

Termasuk tetangga dekat ibu kota baru, yakni Balikpapan. Sebanyak 90 persen kebutuhan pokoknya, masih dipasok dari luar pulau Kalimantan. Akibatnya, harga sembako di Kaltim tidak stabil. Fluktuatif.

Kebutuhan pangan akan semakin mendesak, mengingat Kaltim yang pada tahun 2018 dihuni 3,8 juta penduduk diperkirakan akan mendapat tambahan sekitar 1,5 juta penduduk lagi setelah perpindahan ibu kota.

Menilik data BPS yang dirilis tahun 2019, produksi beras setara nasi pada 2018 di Kaltim baru sekitar 139 ribu ton. Dari total pasokan produksi beras itu, Kutai Kartanegara menyumbang 85.849 ton. Sedangkan Penajam Paser Utara memproduksi 21.254 ton.

Sementara kebutuhannya ketika ibu kota pindah ke Kaltim, diperkirakan melonjak menjadi 445 ribu ton. Itu jika dihitung rata-rata kebutuhan beras tiap penduduk Kaltim 84,1 kg/tahun. Kekurangan beras bisa mencapai 306 ribu ton.