Bela Ahok Jadi Bos BUMN, Fahri Justru Salahkan Erick
Kesalahan ada di pihak Menteri BUMN Erick Thohir. Fahri menilai Erick masih kurang berbicara tentang strategi kelembagaan.
Pernyataan Fahri Hamzah yang membela Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, terkait kontroversi penunjukannya sebagai bos di salah satu BUMN, terbilang mengejutkan. Fahri justru menyalahkan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai penyebab terjadinya kontroversi penunjukan orang-orang di BUMN.
JAKARTA - Fahri yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) beralasan bahwa yang dibelanya bukan orang atau Ahok. Tapi yang dibelanya adalah hukum dan kebijakan yang dibuat oleh negara.
Sejauh ini, status mantan narapidana kasus penodaan agama menjadi salah satu dasar penolakan sejumlah kalangan, Ahok jadi bos salah satu BUMN. Selain sejumlah kasus hukum lainnya yang diduga turut melibatkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Maka disitu saya mengatakan harus ada penyadaran menyeluruh bahwa seorang mantan narapidana bukan narapidana," kata Fahri tadi malam.
Kecuali, kata dia dalam pidana tertentu, ada yang dihukum melebihi 5 tahun. Maka tidak boleh mendaftarkan diri menjadi pejabat politik, atau elected official. Namun, beda kasus dengan Ahok. "Orang yang pernah dihukum oleh negara, setelah bebas maka bebas lah dia secara penuh," jelasnya.
Fahri kemudian merujuk Pasal 27 UUD 1945. Bahwa segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan. Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan tanpa ada kecuali. Pasal tersebut, kata Fahri adalah pondasi daripada seluruh regulasi anti diskriminasi di Indonesia.
"Kita tidak hanya membuat undang-undang nya tapi juga meratifikasi konvensi-konvensi internasional terutama anti diskriminasi," sebutnya.
Itu sebabnya, lanjut Fahri tidak boleh ada orang yang didiskriminasi secara permanen. Apalagi pada dirinya tidak ada lagi sangkut paut hukum.
Lalu bagaimana dengan kasus hukum lainnya yang juga diduga melibatkan Ahok?
"Kalau dia dituduh, ada yang buat buku tentang dia dan sebagainya itu semua dugaan yang belum masuk ranah hukum. Ia baru bisa di-stop apabila hukum telah berbicara untuk membatasinya," terang mantan Wakil Ketua DPR ini.
Justru, kata Fahri kesalahan ada di pihak Menteri BUMN Erick Thohir. Dia menilai Erick masih kurang berbicara tentang strategi kelembagaan. "Dia langsung berbicara orang seperti Ahok yang oleh sebagian publik dianggap kontroversial," ungkapnya.
Padahal, sambung Fahri, kalau Erick memulai pembenahan BUMN dengan menyampaikan pilihan strategi kebutuhan yang disiapkan oleh Kementerian BUMN di masa yang akan datang, baru kemudian menyebutkan nama-nama yang disiapkan untuk menjalankan perbaikan dunia BUMN kita, dia meyakini kontroversi masuknya orang-orang seperti Ahok dalam jajaran calon bos BUMN tidak akan sebesar ini.
Fahri melihat pengelolaan dan penataan BUMN tidak mudah. Karena BUMN, kata dia tidak privat murni dan juga tidak negara murni. "Ini memerlukan kombinasi pengetahuan yang memang luar biasa," tandasnya.
Kemarin, Fahri terpantau memosting setidaknya 13 cuitan mengenai Ahok dan BUMN kemarin. Isinya rata-rata membela Ahok. Namun respons netizen di kolom komentar, juga masih ramai menolak Ahok. Bahkan, banyak yang heran dan curiga, ada apa Fahri dengan Ahok?
"Bung, Saya cuman sekali ketemu Ahok di acara PDIP (di toilet lagi pipis) tapi kalau dia dinyatakan bersih oleh hukum maka dia punya haknya sementara tidak ada halangan," bunyi penggalan cuitan Fahri membalas salah satu cuitan warganet.
Dukungan untuk Ahok agar masuk BUMN juga banyak. Salah satunya datang dari penyanyi Iwan Fals. Di akun Twitternya @IwanFals, ia memosting kalikatur Ahok menenteng sejumlah perlengkapan bersih-bersih. Mulai dari sikat, pel, penyemprot air, hingga vakum kloset. Di atas foto itu ditulis: "Sang Pendobrak!". Sementara di bawah foto, memuat tulisan: Sikat Bersih!!.
Iwan hanya memberi emoji tertawa di postingan tersebut. "Yah kita doakan saja beres kerjanya, merah putih jadi tambah berkibar," sambungnya di cuitan kedua. "...luar biasa Ahok ini baru diusulin aja udah geger lagi, ada apa ya..," tutupnya di kicauan ketiga.
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai sikap Fahri yang tiba-tiba membela Ahok ini adalah hak Fahri sepenuhnya. Meskipun, ada kemungkinan, punya tujuan tertentu di baliknya. "Mungkin karena sama-sama politisi. Jadi berfikirnya pragmatis. Atau bisa juga Fahri sedang mencari perhatian pemerintah," terang Ujang, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini tadi malam.
![]() |
|
JAKARTA - Fahri yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) beralasan bahwa yang dibelanya bukan orang atau Ahok. Tapi yang dibelanya adalah hukum dan kebijakan yang dibuat oleh negara.
Sejauh ini, status mantan narapidana kasus penodaan agama menjadi salah satu dasar penolakan sejumlah kalangan, Ahok jadi bos salah satu BUMN. Selain sejumlah kasus hukum lainnya yang diduga turut melibatkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Maka disitu saya mengatakan harus ada penyadaran menyeluruh bahwa seorang mantan narapidana bukan narapidana," kata Fahri tadi malam.
Kecuali, kata dia dalam pidana tertentu, ada yang dihukum melebihi 5 tahun. Maka tidak boleh mendaftarkan diri menjadi pejabat politik, atau elected official. Namun, beda kasus dengan Ahok. "Orang yang pernah dihukum oleh negara, setelah bebas maka bebas lah dia secara penuh," jelasnya.
Fahri kemudian merujuk Pasal 27 UUD 1945. Bahwa segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan. Wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan tanpa ada kecuali. Pasal tersebut, kata Fahri adalah pondasi daripada seluruh regulasi anti diskriminasi di Indonesia.
"Kita tidak hanya membuat undang-undang nya tapi juga meratifikasi konvensi-konvensi internasional terutama anti diskriminasi," sebutnya.
Itu sebabnya, lanjut Fahri tidak boleh ada orang yang didiskriminasi secara permanen. Apalagi pada dirinya tidak ada lagi sangkut paut hukum.
Lalu bagaimana dengan kasus hukum lainnya yang juga diduga melibatkan Ahok?
"Kalau dia dituduh, ada yang buat buku tentang dia dan sebagainya itu semua dugaan yang belum masuk ranah hukum. Ia baru bisa di-stop apabila hukum telah berbicara untuk membatasinya," terang mantan Wakil Ketua DPR ini.
Justru, kata Fahri kesalahan ada di pihak Menteri BUMN Erick Thohir. Dia menilai Erick masih kurang berbicara tentang strategi kelembagaan. "Dia langsung berbicara orang seperti Ahok yang oleh sebagian publik dianggap kontroversial," ungkapnya.
Padahal, sambung Fahri, kalau Erick memulai pembenahan BUMN dengan menyampaikan pilihan strategi kebutuhan yang disiapkan oleh Kementerian BUMN di masa yang akan datang, baru kemudian menyebutkan nama-nama yang disiapkan untuk menjalankan perbaikan dunia BUMN kita, dia meyakini kontroversi masuknya orang-orang seperti Ahok dalam jajaran calon bos BUMN tidak akan sebesar ini.
Fahri melihat pengelolaan dan penataan BUMN tidak mudah. Karena BUMN, kata dia tidak privat murni dan juga tidak negara murni. "Ini memerlukan kombinasi pengetahuan yang memang luar biasa," tandasnya.
Kemarin, Fahri terpantau memosting setidaknya 13 cuitan mengenai Ahok dan BUMN kemarin. Isinya rata-rata membela Ahok. Namun respons netizen di kolom komentar, juga masih ramai menolak Ahok. Bahkan, banyak yang heran dan curiga, ada apa Fahri dengan Ahok?
"Bung, Saya cuman sekali ketemu Ahok di acara PDIP (di toilet lagi pipis) tapi kalau dia dinyatakan bersih oleh hukum maka dia punya haknya sementara tidak ada halangan," bunyi penggalan cuitan Fahri membalas salah satu cuitan warganet.
Dukungan untuk Ahok agar masuk BUMN juga banyak. Salah satunya datang dari penyanyi Iwan Fals. Di akun Twitternya @IwanFals, ia memosting kalikatur Ahok menenteng sejumlah perlengkapan bersih-bersih. Mulai dari sikat, pel, penyemprot air, hingga vakum kloset. Di atas foto itu ditulis: "Sang Pendobrak!". Sementara di bawah foto, memuat tulisan: Sikat Bersih!!.
Iwan hanya memberi emoji tertawa di postingan tersebut. "Yah kita doakan saja beres kerjanya, merah putih jadi tambah berkibar," sambungnya di cuitan kedua. "...luar biasa Ahok ini baru diusulin aja udah geger lagi, ada apa ya..," tutupnya di kicauan ketiga.
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai sikap Fahri yang tiba-tiba membela Ahok ini adalah hak Fahri sepenuhnya. Meskipun, ada kemungkinan, punya tujuan tertentu di baliknya. "Mungkin karena sama-sama politisi. Jadi berfikirnya pragmatis. Atau bisa juga Fahri sedang mencari perhatian pemerintah," terang Ujang, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini tadi malam.