Partai Baru Bikinan Anis Matta, Akan Manis Atau Berair Mata?
Kabar tentang akan lahirnya sebuah partai baru ini, sudah sejak lama digembar-gemborkan oleh konconya Anis yakni Fahri Hamzah. Awalnya publik mengira partai baru itu adalah Garbi, singkatan dari Gerakan Arah Baru Indonesia.
Rakyat Indonesia kembali akan disuguhkan kehadiran partai baru. Namanya Gelora. Namun, banyak yang bertanya-tanya, akan seberapa beruntung partai yang kabarnya akan dipimpin oleh Anis Matta ini? Apakah akan berbuah manis, atau justru berlinang air mata?
JAKARTA - Kabar tentang akan lahirnya sebuah partai baru ini, sudah sejak lama digembar-gemborkan oleh konconya Anis yakni Fahri Hamzah. Awalnya publik mengira partai baru itu adalah Garbi, singkatan dari Gerakan Arah Baru Indonesia.
Ormas bersimbol bulan bintang yang didirikan pada 2017 lalu oleh duet eks petinggi PKS; Fahri dan Anis Matta itu, ternyata batal bermetamorfosis menjadi partai politik.
Sebagaimana Nasdem di awal kemunculannya. Yang bermula dari Ormas. Namanya tidak berubah ketika menjadi partai.
Sebelumnya, Fahri mengatakan bahwa Partai Gelora ini juga hadir atas aspirasi dari teman-temannya di Garbi. Mereka beralasan, apa salahnya juga mendirikan partai politik, setelah Ormas. Meskipun dengan nama yang berbeda.
"Mudah-mudahan, Oktober akan kami konkretkan di lapangan," kata Fahri, 10 September lalu, sebelum pensiun dari DPR.
Kepastian bahwa Gelora akan dijadikan partai baru terkonfirmasi lewat cuitan Fahri di Twitter, Senin (4/11) lalu. Mereka diketahui mulai melakukan proses pendaftaran badan hukum. Sebelum itu, Fahri juga membagikan foto-foto logo partai baru tersebut.
"Ijin Teman2 hari ini sebagian penggagas; Ketum, Waketum, Sekjen, Bendum dan para ketua bidang. Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau #GeloraIndonesia bertemu dengan Notaris. Dan memulai sebuah proses pendaftaran badan hukum. Doakan ya, semoga diperlancar oleh Allah SWT," kicau Fahri.
Lalu, seberapa prospek sebetulnya Gelora sebagai parpol baru di Pemilu 2024 nanti?
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro menarik pengalaman dari Pemilu 2019 lalu. Dimana ada 4 partai baru, yakni Perindo, Garuda, Berkarya dan PSI. Namun tak satupun dari mereka mampu meloloskan kadernya masuk ke DPR.
Bahkan partai lama pun, lanjut Siti yang sebelumnya punya kursi yakni partai Hanura juga terpental dari DPR. Ditambah partai-partai lama yang selalu ikut pemilu, tapi juga tak mampu memenuhi ambang batas yaitu PBB dan PKPI.
"Hal ini menunjukkan bahwa tak mudah bagi partai untuk mendapat suara atau dukungan yang signifikan," kata Siti tadi malam.
Ia menerangkan bahwa tinggi rendahnya dukungan rakyat ke parpol sangat dipengaruhi oleh preferensi dan perilaku pemilih yang sangat variatif. Mulai dari pemilih tradisional, pemilih yang memilih karena terafiliasi alasan etnis, suku, agama, dan pemilih rasional.
"Parpol yang memiliki infrastruktur yang kuat sampai tingkat bawah dipastikan kuat pula pendukungnya," lanjutnya, kemudian mencontohkan PDIP, Golkar dan Gerindra. Menurutnya, ketiga parpol ini menunjukkan basis massa yang relatif mantap.
Tak ingin mengecilkan Gelora, Siti menyebutkan partai yang digagas Anis dan Fahri itu punya kemungkinan untuk punya prospek cerah. Asalkan partai ini mampu menentukan segmen pemilih yang tepat.
Segmen yang dimaksud adalah ceruk dukungan pemilih yang akan disasar Gelora. Apakah kader PKS, orang muda atau pemilih yang kecewa terhadap partai-partai yang ada?
"Bila gelora dinilai mampu menjadi wadah bagi mereka, tak tertutup kemungkinan prispeknya cerah karena Gelora diminati," katanya.
Sebaliknya, jika Gelora dinilai hanya sebagai partai hasil friksi, maka prospeknya, kata Siti bisa jadi tidak cerah. Selain karena belum jelas siapa basis pemilihnya, Gelora juga belum membumi dan belum jelas apa yang akan ditawarkan.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago juga bilang demikian. Untuk mendaftarkan partai ke Kemenkumham, kata dia siapa saja bisa. Tapi untuk meloloskan partai ke parlemen itu yang sulit. "Apalagi nanti tantangannya makin berat, adanya wacana 5 persen ambang batas parlemen," kata Pangi ketika berbincang tadi malam.
Lalu bagaimana respons warganet terkait partai baru ini?
Akun @suarakadrun menilai ide yang diusung dari partai ini bagus. Tapi ia mengaku masih ragu, jika Gelora bisa lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) di Oemilu 2024. "Karena di Indonesia, penopang partai bisa dapat suara signifikan ada 3: duit, jaringan, dan ketokohan. Di ketiga faktor itu GELORA belum terlihat keunggulannya," cuitnya.
"Biasanya kalo didirikan oleh para sempalan, keok. Terlebih ga punya modal spt PKPI (sempalan Golkar). Lain halnya dgn Nasdem sempalan Golkar yg koceknya penuh," nilai @MuslikhMohamad. "Laku tdk ni Partai baru ni ye," tanya @DavidAripaddin2.
Selebihnya, mempersoalkan logo Gelora yang mirip Perindo dan merk minuman bersoda Pepsi. Ada juga yang kepingin gabung, tapi masih ragu dengan singkatan partainya yang mirip dengan organisasi agama tertentu.
"Bang Fahri itu nama Partainya, Partai Gelora Indonesia disingkat PGI, mohon izin saran bang sebelum resmi didaftarkan agar cari nama yang lebih enak dan lebih berkelas. Terima kasih," usul @Nandar05973831. "PGI...itu ..singkatannya..bukan PG. Ada jg PGI...Persekutuan Gereja-gereja Indonesia," sentil @Joyanle2.
Menjawab masalah itu, akun @Alex_ryan07 menawarkan singkatan lain. "Kalo disingkat jadi Pageri," tanya dia.
![]() | |||
|
JAKARTA - Kabar tentang akan lahirnya sebuah partai baru ini, sudah sejak lama digembar-gemborkan oleh konconya Anis yakni Fahri Hamzah. Awalnya publik mengira partai baru itu adalah Garbi, singkatan dari Gerakan Arah Baru Indonesia.
Ormas bersimbol bulan bintang yang didirikan pada 2017 lalu oleh duet eks petinggi PKS; Fahri dan Anis Matta itu, ternyata batal bermetamorfosis menjadi partai politik.
Sebagaimana Nasdem di awal kemunculannya. Yang bermula dari Ormas. Namanya tidak berubah ketika menjadi partai.
Sebelumnya, Fahri mengatakan bahwa Partai Gelora ini juga hadir atas aspirasi dari teman-temannya di Garbi. Mereka beralasan, apa salahnya juga mendirikan partai politik, setelah Ormas. Meskipun dengan nama yang berbeda.
"Mudah-mudahan, Oktober akan kami konkretkan di lapangan," kata Fahri, 10 September lalu, sebelum pensiun dari DPR.
Kepastian bahwa Gelora akan dijadikan partai baru terkonfirmasi lewat cuitan Fahri di Twitter, Senin (4/11) lalu. Mereka diketahui mulai melakukan proses pendaftaran badan hukum. Sebelum itu, Fahri juga membagikan foto-foto logo partai baru tersebut.
"Ijin Teman2 hari ini sebagian penggagas; Ketum, Waketum, Sekjen, Bendum dan para ketua bidang. Partai Gelombang Rakyat Indonesia atau #GeloraIndonesia bertemu dengan Notaris. Dan memulai sebuah proses pendaftaran badan hukum. Doakan ya, semoga diperlancar oleh Allah SWT," kicau Fahri.
Lalu, seberapa prospek sebetulnya Gelora sebagai parpol baru di Pemilu 2024 nanti?
Pengamat politik LIPI Siti Zuhro menarik pengalaman dari Pemilu 2019 lalu. Dimana ada 4 partai baru, yakni Perindo, Garuda, Berkarya dan PSI. Namun tak satupun dari mereka mampu meloloskan kadernya masuk ke DPR.
Bahkan partai lama pun, lanjut Siti yang sebelumnya punya kursi yakni partai Hanura juga terpental dari DPR. Ditambah partai-partai lama yang selalu ikut pemilu, tapi juga tak mampu memenuhi ambang batas yaitu PBB dan PKPI.
"Hal ini menunjukkan bahwa tak mudah bagi partai untuk mendapat suara atau dukungan yang signifikan," kata Siti tadi malam.
Ia menerangkan bahwa tinggi rendahnya dukungan rakyat ke parpol sangat dipengaruhi oleh preferensi dan perilaku pemilih yang sangat variatif. Mulai dari pemilih tradisional, pemilih yang memilih karena terafiliasi alasan etnis, suku, agama, dan pemilih rasional.
"Parpol yang memiliki infrastruktur yang kuat sampai tingkat bawah dipastikan kuat pula pendukungnya," lanjutnya, kemudian mencontohkan PDIP, Golkar dan Gerindra. Menurutnya, ketiga parpol ini menunjukkan basis massa yang relatif mantap.
Tak ingin mengecilkan Gelora, Siti menyebutkan partai yang digagas Anis dan Fahri itu punya kemungkinan untuk punya prospek cerah. Asalkan partai ini mampu menentukan segmen pemilih yang tepat.
Segmen yang dimaksud adalah ceruk dukungan pemilih yang akan disasar Gelora. Apakah kader PKS, orang muda atau pemilih yang kecewa terhadap partai-partai yang ada?
"Bila gelora dinilai mampu menjadi wadah bagi mereka, tak tertutup kemungkinan prispeknya cerah karena Gelora diminati," katanya.
Sebaliknya, jika Gelora dinilai hanya sebagai partai hasil friksi, maka prospeknya, kata Siti bisa jadi tidak cerah. Selain karena belum jelas siapa basis pemilihnya, Gelora juga belum membumi dan belum jelas apa yang akan ditawarkan.
Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pangi Syarwi Chaniago juga bilang demikian. Untuk mendaftarkan partai ke Kemenkumham, kata dia siapa saja bisa. Tapi untuk meloloskan partai ke parlemen itu yang sulit. "Apalagi nanti tantangannya makin berat, adanya wacana 5 persen ambang batas parlemen," kata Pangi ketika berbincang tadi malam.
Lalu bagaimana respons warganet terkait partai baru ini?
Akun @suarakadrun menilai ide yang diusung dari partai ini bagus. Tapi ia mengaku masih ragu, jika Gelora bisa lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) di Oemilu 2024. "Karena di Indonesia, penopang partai bisa dapat suara signifikan ada 3: duit, jaringan, dan ketokohan. Di ketiga faktor itu GELORA belum terlihat keunggulannya," cuitnya.
"Biasanya kalo didirikan oleh para sempalan, keok. Terlebih ga punya modal spt PKPI (sempalan Golkar). Lain halnya dgn Nasdem sempalan Golkar yg koceknya penuh," nilai @MuslikhMohamad. "Laku tdk ni Partai baru ni ye," tanya @DavidAripaddin2.
Selebihnya, mempersoalkan logo Gelora yang mirip Perindo dan merk minuman bersoda Pepsi. Ada juga yang kepingin gabung, tapi masih ragu dengan singkatan partainya yang mirip dengan organisasi agama tertentu.
"Bang Fahri itu nama Partainya, Partai Gelora Indonesia disingkat PGI, mohon izin saran bang sebelum resmi didaftarkan agar cari nama yang lebih enak dan lebih berkelas. Terima kasih," usul @Nandar05973831. "PGI...itu ..singkatannya..bukan PG. Ada jg PGI...Persekutuan Gereja-gereja Indonesia," sentil @Joyanle2.
Menjawab masalah itu, akun @Alex_ryan07 menawarkan singkatan lain. "Kalo disingkat jadi Pageri," tanya dia.