Daerah Terisolir di Papua Kini Bisa Nikmati Listrik dari Tenaga Mikro Hidro
Masyarakat di Distrik LLaga, pusat ibu kota Kabupaten Puncak Papua kini bisa menikmati listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) Pembangkit listrik tenaga air.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, listrik dari PLTMH ini menjadi kesempatan bagi penduduk di Papua untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan setempat.
Diharapkan, melalui pemanfaatan sumber energi lokal ini, Ilaga semakin produktif untuk dengan memenuhi kebutuhan listrik warganya.
"Ini wujud keseriusan dari Pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap listrik dan menunjang pertumbuhan ekonomi.
Dengan energi listrik yang cukup, kehidupan di Papua akan menjadi lebih baik, roda ekonomi akan berjalan dan yang paling penting adalah anak-anak kita bisa belajar di malam hari, sehingga ke depan sumber daya manusia kita bisa lebih baik," kata Arifin, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).
Distrik Ilaga merupakan kawasan tertinggi di Indonesia dan dikelilingi rangkaian pegunungan Jayawijaya. Menjadi wilayah dengan elevasi tertinggi di Indonesia. Kabupaten Ilaga menjadi daerah yang terisolasi, termasuk dalam hal listrik.
Bandara Ilaga menjadi satu-satunya jalur masuk dan keluar Ilaga, perjalanan ditempuh sekitar 40 menit menggunakan pesawat dari Timika.
Provinsi Papua sendiri tercatat memiliki rasio elektrifikasi sebesar 94 persen. Angka tersebut masih di bawah rata-rata rasio elektrifikasi nasional, yakni 98,86 persen.
Kondisi ini yang menjadi pertimbangaan utama pemerintah meningkatkan pembangunan infrastruktur energi di wilayah tersebut.
"Komitmen kami selaku pemangku kebijakan sangat tinggi terhadap program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di Papua dan Papua Barat agar energi listrik dapat dinikmati sampai ke pelosok perdesaan," ungkap Arifin.
Menurut Arifin, pemanfaataan sumber energi lokal yaitu air, sebagai sumber energi listrik dinilai cocok dengan topografi dan geografi wilayah terutama di daerah terpencil seperti di wilayah Ilaga.
"Pemerintah mendorong ketersediaan energi listrik dari sumber energi lokal terutama pemanfaatan energi baru
terbarukan," Imbuh Arifin.
Pembangunan PLTMH Ilaga sendiri menggunakan skema tahun berjalan dengan nilai kontrak sebesar Rp99 miliar. Pembangkit berbasis energi bersih tersebut saat ini baru melistriki sebanyak 600 Kepala Keluarga dari debit air 2 x 800 liter per detik dengan menggunakan 2 unit turbin.
Dengan PLTMH berkapasitas 2 x 350 kW ini, masih lebih banyak Kepala Keluarga yang dapat dialiri listrik.
Arifin berpesan kepada Bupati Kabupaten Puncak untuk terus meningkatkan jaringan distribusi agar lebih banyak masyarakat yang terlayani kedepannya.
"Ini contoh konkrit bagaimana energi bersih mampu dioptimalkan di daerah seperti Ilaga. Kementerian ESDM akan terus membantu dan mendukung peningkatan rasio elektrifikasi di Papua khususnya Kabupaten Puncak," tandasnya.
Foto: Instagram
|
JAKARTA, Bagus - Dengan memakai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), listrik berkapasitas 2 x 350 kilo Watt (kW) akhirnya bisa dioperasikan pada Jumat (20/12/2019) lalu.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, listrik dari PLTMH ini menjadi kesempatan bagi penduduk di Papua untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan setempat.
Diharapkan, melalui pemanfaatan sumber energi lokal ini, Ilaga semakin produktif untuk dengan memenuhi kebutuhan listrik warganya.
"Ini wujud keseriusan dari Pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap listrik dan menunjang pertumbuhan ekonomi.
Dengan energi listrik yang cukup, kehidupan di Papua akan menjadi lebih baik, roda ekonomi akan berjalan dan yang paling penting adalah anak-anak kita bisa belajar di malam hari, sehingga ke depan sumber daya manusia kita bisa lebih baik," kata Arifin, dikutip dari situs resmi Kementerian ESDM, di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).
Distrik Ilaga merupakan kawasan tertinggi di Indonesia dan dikelilingi rangkaian pegunungan Jayawijaya. Menjadi wilayah dengan elevasi tertinggi di Indonesia. Kabupaten Ilaga menjadi daerah yang terisolasi, termasuk dalam hal listrik.
Bandara Ilaga menjadi satu-satunya jalur masuk dan keluar Ilaga, perjalanan ditempuh sekitar 40 menit menggunakan pesawat dari Timika.
Provinsi Papua sendiri tercatat memiliki rasio elektrifikasi sebesar 94 persen. Angka tersebut masih di bawah rata-rata rasio elektrifikasi nasional, yakni 98,86 persen.
Kondisi ini yang menjadi pertimbangaan utama pemerintah meningkatkan pembangunan infrastruktur energi di wilayah tersebut.
"Komitmen kami selaku pemangku kebijakan sangat tinggi terhadap program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan di Papua dan Papua Barat agar energi listrik dapat dinikmati sampai ke pelosok perdesaan," ungkap Arifin.
Menurut Arifin, pemanfaataan sumber energi lokal yaitu air, sebagai sumber energi listrik dinilai cocok dengan topografi dan geografi wilayah terutama di daerah terpencil seperti di wilayah Ilaga.
"Pemerintah mendorong ketersediaan energi listrik dari sumber energi lokal terutama pemanfaatan energi baru
terbarukan," Imbuh Arifin.
Pembangunan PLTMH Ilaga sendiri menggunakan skema tahun berjalan dengan nilai kontrak sebesar Rp99 miliar. Pembangkit berbasis energi bersih tersebut saat ini baru melistriki sebanyak 600 Kepala Keluarga dari debit air 2 x 800 liter per detik dengan menggunakan 2 unit turbin.
Dengan PLTMH berkapasitas 2 x 350 kW ini, masih lebih banyak Kepala Keluarga yang dapat dialiri listrik.
Arifin berpesan kepada Bupati Kabupaten Puncak untuk terus meningkatkan jaringan distribusi agar lebih banyak masyarakat yang terlayani kedepannya.
"Ini contoh konkrit bagaimana energi bersih mampu dioptimalkan di daerah seperti Ilaga. Kementerian ESDM akan terus membantu dan mendukung peningkatan rasio elektrifikasi di Papua khususnya Kabupaten Puncak," tandasnya.