Ditopang Sawit, Hantaman Ekonomi Selama Covid Tak Begitu Terasa
Hitungan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), multiplier effect dari 1 hektare sawit rakyat, setara dengan 1.000 hektare sawit korporasi.
Focus Group Discussion Peremajaan Sawit sekaligus pengukuhan pengurus DPW Apkasindo Aceh periode 2019-2024 di Banda Aceh, 14-15 Juni 2021. FOTO: IST |
Catatannya, sekitar 44,92 persen perkebunan kelapa sawit dikelola oleh masyarakat. Lebih tinggi 10-20 persen dibandingkan provinsi lain.
Dampak berganda atau multiplier effect dari sawit rakyat ini, sebut Gulat cukup besar. Perbandingannya 1:1.000 sawit korporasi
“Artinya, jika Rakyat berkebun sawit 1 ha sudah memberikan dampak yang luar biasa kepada petani dan masyarakat setempat," kata Gulat, dalam keterangannya Selasa (15/6).
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2019, total luas perkebunan sawit di Aceh mencapai 535.002 hektare. Atau 3,27 persen dari total luas sawit di Indonesia.
Sekitar 44,92 persen dari total luas perkebunan sawit tersebut, yakni 240.366 hektare diantaranya adalah milik masyarakat.
Disayangkan, peran strategis perkebunan sawit ini masih dipandang sebelah mata. Sehingga dampak berganda yang diharapkan tidak maksimal.
"Padahal, perekonomian ditopang oleh kelapa sawit. Sehingga dampak pandemik Covid-19 tidak begitu terasa di Provinsi Aceh, dibandingkan dengan provinsi non sawit," terang kandidat Doktor Lingkungan ini.
Pantauannya, produktivitas sawit rakyat di Aceh hanya kisaran 30-60 persen dari produksi normal. Penyebabnya, antara lain; umur tanaman, jenis bibit yang tidak hybrid, umur tanaman dan rendahnya pemahaman petani akan aspek GAP atau good agriculture practice.
Bab ini, APKASINDO mengupasnya Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Kiat Sukses Peremajaan Sawit Rangka Mendukung Percepatan PSR 500.000 Hektar" di Banda Aceh, 14-15 Juni 2021. Sekaligus mengukuhkan kepengurusan DPW APKASINDO Aceh periode 2019-2024. Ketua Umum dijabat oleh Sofyan Abdullah dan Sekretaris Fadhli Ali. (AL)