Respons Rocky Gerung Sama Konsep 'Geloranomic' Anis Matta, Atasi Krisis
Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengusulkan konsep 'Geloranomics' sebagai narasi peta jalan baru dalam mengatasi krisis berlarut saat ini.
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta ketika diskusi dengan pengamat politik dan filsafat Rocky Gerung. FOTO: IST |
JAKARTA - Fokus dari konsep Geloranomics ini adalah mengusung keadilan lingkungan dan keadilan sosial dengan dua tema besar, yakni bumi dan manusia.
"Yang saya maksud dengan Geloranomics ini ada dua tema besar yang kita perjuangkan, pertama bumi dan kedua manusia," kata Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia dalam keterangannya, Jumat (20/8/2021).
Konsep 'Geloranomics' itu sudah disampaikan Anis Matta dalam diskusi Kopi Gelora pada Rabu (18/8/2021) malam, yang dihadiri pengamat politik dan filsafat Rocky Gerung sebagai bintang tamu.
Diskusi ini dihadiri oleh 800-an jajaran fungsionaris DPN, MPN, MP, DPW, DPN dan DPC yang digelar secara virtual.
Menurut Anis Matta, persoalan bumi dan manusia pada dasarnya saling mengikat satu sama lain. Dimana maknanya, adalah pertumbuhan atau kesejahteraan.
Namun, pertumbuhan ini menimbulkan persoalan dengan adanya keadilan lingkungan dan keadilan sosial. Saat ini, lingkungan mengalami kerusakan parah akibat eksploitasi berlebihan yang dilakukan manusia, tanpa melibatkan ahli lingkungan.
Sementara distribusi pertumbuhan dari eksploitasi tersebut, hanya dinikmati segelintir orang saja, dan tidak membawa dampak pada kesejahteraan bersama, sehingga terjadi kesenjangan antara si kaya dan miskin.
"Jadi outputnya harus ada pertemuan yang seimbang antara bumi dan manusia. Pertama bumi adalah rumah kita, sehingga harus kita rawat dan kita jaga. Kedua adalah pemberdayaan masyarakat manusianya sendiri," ujarnya.
Anis Matta menegaskan, kemakmuran kolektif bisa tercapai asalkan kedua unsur pertumbuhan tersebut terpenuhi. Partai Gelora, lanjutnya, mengusulkan satu tema besar lagi dalam konsep 'Geloranomics, yakni kesejahteraan sebagai sumber kemakmuran.
"Hal itu tercapai jika sumber pengetahuan dan teknologi digabungkan dalam menciptakan pertumbuhan. Pada waktu yang sama menjaga keselamatan bumi dan di lain waktu memberi ruang secara politik bagi seluruh masyarakat itu menjadi sejahtera bersama," tegasnya.
Kemakmuran kolektif, lanjutnya bisa menjadi komponen utama dalam mensejahterakan umat manusia dan bisa menjadi proposal Indonesia untuk dunia, asalkan bisa menyatukan agama, demokrasi dan kebebasan.
"Amerika yang kapitalis sudah mulai mengarah kepada sosialis, sedangkan China yang sosialis mengarah ke kapitalis. Sementara Rusia meski kuat secara militer, tapi kelemahannya tidak punya proposal untuk ekonomi dunia. Dan Indonesia punya peluang dan bisa mengajukan proposal itu," katanya.
Pengamat politik dan filsafat Rocky Gerung menilai pokok pikiran-pikiran Anis Matta tentang 'Geloranomics' dan Arah Baru Indonesia bisa menjadi Garis Besar Haluan Negara (GBHN), karena cara pandangnya jauh kedepan mengikuti perubahan-perubahan yang ada.
"Jadi kalau nanti misalnya ada Sidang Istimewa ini bisa jadi GBHN, dan Anis Matta bisa menerangkannya di MPR. Kenapa Covid-19 ini ada, karena paru-paru bumi dirampas manusia dan pindah ke paru-paru manusia. Itu sudah sunnatullah, hukum sebab akibat. Agama sudah perintahkan berpikir itu berdoa untuk masa depan, baca-baca-bacalah, bukan kerja-kerja-kerja," kata Rocky.
Rocky Gerung sepakat dengan cara berpikir Anis Matta dalam memandang masa depan dunia dan Indonesia. Pikiran-pikiran tersebut, tidak dimiliki oleh partai-partai lain maupun para ketua umumnya.
Sebab, mereka hanya berpikir bagaimana mengamankan kursi di parlemen dan mendapatkan kekuasaan.
"Ini bagian dari merawat ulang Indonesia dan ini menumbuhkan harapan baru buat masyarakat. Partai Gelora punya pikiran alternatif, apa yang disebut menerobos kebekuan oleh Anis Matta," katanya.
Pakar filsafat lulusan Universitas Indonesia dan Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarsa ini menegaskan, banyak pihak yang salah paham dalam menilai sosok seorang Anis Matta.
"Anis Matta kan dulu dikenal sebagai 'kanan', 'radikal', segala macam. Begitu bikin partai, akhirnya orang melihat, bahwa lho kok jadi lain. Orang jadi kaget. Padahal sebetulnya saya kenal dari awal Anis Matta sebagai orang yang pikirannya tajam, selain kepandaian dalam agama dan kepiawaian ceramahnya. Itu yang tidak dilihat orang," pungkasnya