Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar, Jadi Destinasi Wisata Sejarah yang Sering Dikunjungi di Aceh Barat
Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Aceh.
ACEH BARAT – Kawasan ini merupapakan tempat yang begitu penting bagi sejarah perjuangan masyarakat Aceh ketika melawan penjajah.
Kabupaten ini memiliki banyak sekali destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan yang datang dari berbagai daerah.
Wilayah ini dulunya merupakan salah satu wilayah dari Kesultanan Aceh Darussalam, dan pastinya daerah ini punya banyak sekali kebudayaan dan kearifan lokal yang menarik jika diamati.
Selain itu, banyak tempat bersejarah juga yang jadi saksi bisu perjalanan Aceh Barat, sehingga membuat para wisatawan penasaran dan ingin mengunjunginya.
Teuku Umar, Foto: Instagram @arsipnasionalri99 |
ACEH BARAT – Kawasan ini merupapakan tempat yang begitu penting bagi sejarah perjuangan masyarakat Aceh ketika melawan penjajah.
Kabupaten ini memiliki banyak sekali destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan yang datang dari berbagai daerah.
Wilayah ini dulunya merupakan salah satu wilayah dari Kesultanan Aceh Darussalam, dan pastinya daerah ini punya banyak sekali kebudayaan dan kearifan lokal yang menarik jika diamati.
Selain itu, banyak tempat bersejarah juga yang jadi saksi bisu perjalanan Aceh Barat, sehingga membuat para wisatawan penasaran dan ingin mengunjunginya.
Baca Juga: Fakta Unik dari Museum Rumoh Aceh yang Jadi Destinasi Wisata Sejarah Terfavorit di Pidie Jaya
Salah satu tempat yang sering dikunjungi adalah Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar. Seorang pahlawan yang pernah hidup sebagai daging dan darah berani dengan lantang menantang para penjajah dari Barat.
Lokasi Makam Teuku Umar terletak di Desa Meugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
Saat menuju makam ini, para pengunjung akan disuguhkan pemandangan indah hutan lindung yang dipenuhi pepohonan rindang. Sehingga udara di tempat itu pun terasa lebih segar dan sejuk.
Para wisatawan harus menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 43 kilometer atau sekitar 1 jam lebih dari Kota Meulaboh, yang merupakan ibukota Aceh Barat.
Sesampainya di lokasi, para wisatawan harus berjalan kaki melewati tangga yang naik-turun sejauh 100 meter.
Kemudian barulah para wisatawan akan sampai di makam seorang pahlawan yang berjasa dalam sejarah Indonesia melawan para penjajah Belanda di bumi Aceh.
Di sekitaran makam, terdapat beberapa balai-balai atau bangunan yang dipergunakan untuk beribadah dan beristirahat. Selain itu disediakan juga toilet umum dan fasilitas lainnya.
Salah satu tempat yang sering dikunjungi adalah Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar. Seorang pahlawan yang pernah hidup sebagai daging dan darah berani dengan lantang menantang para penjajah dari Barat.
Lokasi Makam Teuku Umar terletak di Desa Meugo Rayeuk, Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
Saat menuju makam ini, para pengunjung akan disuguhkan pemandangan indah hutan lindung yang dipenuhi pepohonan rindang. Sehingga udara di tempat itu pun terasa lebih segar dan sejuk.
Para wisatawan harus menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 43 kilometer atau sekitar 1 jam lebih dari Kota Meulaboh, yang merupakan ibukota Aceh Barat.
Sesampainya di lokasi, para wisatawan harus berjalan kaki melewati tangga yang naik-turun sejauh 100 meter.
Kemudian barulah para wisatawan akan sampai di makam seorang pahlawan yang berjasa dalam sejarah Indonesia melawan para penjajah Belanda di bumi Aceh.
Di sekitaran makam, terdapat beberapa balai-balai atau bangunan yang dipergunakan untuk beribadah dan beristirahat. Selain itu disediakan juga toilet umum dan fasilitas lainnya.
Baca Juga: Taman Putroe Phang Peninggalan Kesultanan Aceh jadi Destinasi Wisata Sejarah yang Banyak Dikunjungi di Banda Aceh
Sehingga dengan disediakannya berbagai fasilitas ini, para pengunjung yang ingin melihat Makam Teuku Umar akan merasa nyaman.
Teuku Umar sendiri lahir di Meulaboh pada 1854 dan meninggal pada tahun 1899 karena gugur saat melawan penjajah Belanda. Teuku Umar juga dikenal akan strategi perang gerilyanya yang bisa membuat pasukan Belanda kewalahan.
Pahlawan ini merupakan anak seorang Uleebalang yang bernama Teuku Achmad Mahmud. Nenek moyang Teuku Umar bernama Datuk Makhudum Sati yang berasal dari Minangkabau.
Ia merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang jadi perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman.
Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Umar ikut berjuang bersama para pejuang Aceh lainnya. Saat itu umurnya masih sangat muda.
Saat usianya 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan anak Uleebalang Glumpang yang bernama Nyak Sofiah. Kemudian Teuku Umar menikah lagi dengan Nyak Malighai, yaitu putri Panglima Sagi XXV Mukim.
Sehingga pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi Cut Nyak Dhien yang merupakan putri pamannya yang ditinggal wafat oleh suaminya, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga.
Kemudian keduanya berjuang bersama melancarkan berbagai bentuk aksi serangan terhadap pos-pos Belanda yang dibangun di Aceh.
Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar bersama dengan para pasukannya tiba di pinggiran Meulaboh. Para pejuang Aceh sangat terkejut ketika mendapati posisi mereka sudah terkepung oleh pasukan Van Heutsz.
Sehingga terjadilah pertempuran antara dua pasukan tersebut, kemudian pada pertempuran ini membuat Teuku Umar gugur sebagai pejuang.
Sehingga dengan disediakannya berbagai fasilitas ini, para pengunjung yang ingin melihat Makam Teuku Umar akan merasa nyaman.
Teuku Umar sendiri lahir di Meulaboh pada 1854 dan meninggal pada tahun 1899 karena gugur saat melawan penjajah Belanda. Teuku Umar juga dikenal akan strategi perang gerilyanya yang bisa membuat pasukan Belanda kewalahan.
Pahlawan ini merupakan anak seorang Uleebalang yang bernama Teuku Achmad Mahmud. Nenek moyang Teuku Umar bernama Datuk Makhudum Sati yang berasal dari Minangkabau.
Ia merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang jadi perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman.
Ketika perang Aceh meletus pada tahun 1873, Teuku Umar ikut berjuang bersama para pejuang Aceh lainnya. Saat itu umurnya masih sangat muda.
Saat usianya 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan anak Uleebalang Glumpang yang bernama Nyak Sofiah. Kemudian Teuku Umar menikah lagi dengan Nyak Malighai, yaitu putri Panglima Sagi XXV Mukim.
Sehingga pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi Cut Nyak Dhien yang merupakan putri pamannya yang ditinggal wafat oleh suaminya, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga.
Kemudian keduanya berjuang bersama melancarkan berbagai bentuk aksi serangan terhadap pos-pos Belanda yang dibangun di Aceh.
Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar bersama dengan para pasukannya tiba di pinggiran Meulaboh. Para pejuang Aceh sangat terkejut ketika mendapati posisi mereka sudah terkepung oleh pasukan Van Heutsz.
Sehingga terjadilah pertempuran antara dua pasukan tersebut, kemudian pada pertempuran ini membuat Teuku Umar gugur sebagai pejuang.