Jubir Ombus-Fadil Serukan Pilkada Damai, Sesalkan Adanya Intimidasi Di Aceh

Intimidasi merupakan pelanggaran terhadap prinsip demokrasi
Juru Bicara pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh nomor urut 1, Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi, Hendra Budian, menyerukan pentingnya Pilkada berlangsung damai di Aceh. 

Juru Bicara pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh nomor urut 1, Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi, Hendra Budian. Foto: Isimewa

BANDA ACEH - Hendra Budian mengutuk keras segala bentuk ancaman dan intimidasi. Seperti ancaman pembunuhan yang dialami Safwan, Sekretaris Relawan Rumah Kita Bersama (RKB) di Aceh Tamiang.

Ancaman ini, sebut Hendra, diterima Safwan setelah menolak membuat video peralihan dukungan untuk paslon rival.

Menurutnya, ancaman tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap prinsip demokrasi dan kebebasan hak pilih.

“Pilkada Aceh harus berlangsung dalam suasana aman dan bebas dari tekanan. Pak Bustami Hamzah dan tim menentang segala bentuk intimidasi yang mencederai hak pilih rakyat Aceh,” ujar Hendra Budian dalam keterangannta kepada wartawan, Senin (11/11).

"Setelah perdamaian yang telah tercapai, rakyat Aceh berhak memilih sesuai hati nurani mereka, tanpa rasa takut," sambungnya.

Ia juga memuji keberanian Safwan dan relawan Bustami – Fadhil yang tetap teguh dalam mendukung pasangan nomor urut 1 meski menghadapi ancaman.

“Kami sangat mengapresiasi keteguhan hati Bang Safwan yang tetap mempertahankan dukungannya pada Bustami – Syech Fadhil, meski menghadapi ancaman serius,” tambah Hendra.

Hendra menegaskan bahwa intimidasi semacam ini tidak akan menggoyahkan semangat tim relawan Bustami Hamzah – Syech Fadhil. Sebaliknya, ancaman ini justru memperkuat dukungan kepada Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi, yang diyakini lebih layak memimpin Aceh ke arah yang lebih baik.

Ia juga mengajak semua pihak untuk berkompetisi secara sehat dan bersih, seperti yang selalu ditekankan oleh Bustami Hamzah. “Om Bus (Bustami Hamzah) selalu menekankan bahwa kita tidak ingin mengalahkan orang lain dengan cara yang salah, tetapi mencari cara agar kita bisa menang dengan prinsip dan cara yang benar,” jelas Hendra.

Hendra juga menegaskan bahwa perbedaan pandangan dalam politik adalah hal yang wajar dalam demokrasi, tetapi tidak seharusnya mengarah pada intimidasi atau menimbulkan rasa takut pada siapa pun.

Ancaman terhadap relawan Bustami bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, seorang relawan Bustami di Gampong Cot Kruet, Kecamatan Makmur, Bireuen, menjadi korban perusakan setelah memasang spanduk dukungan pada pasangan Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi.

Kebun cabai miliknya seluas 1.200 meter persegi dirusak oleh orang tak dikenal pada Sabtu malam (19/10) lalu. Kasus ini telah dilaporkan kepada pihak kepolisian setempat.

“Kami juga menerima laporan tentang perusakan alat peraga kampanye pasangan Bustami – Syech Fadhil di berbagai daerah. Ini menunjukkan bahwa ada pihak-pihak yang merasa terancam oleh kekuatan dukungan rakyat terhadap Pak Bustami,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Hendra menyampaikan keyakinannya bahwa aparat kepolisian akan menindaklanjuti laporan-laporan ancaman terhadap para relawan tersebut.

“Kami percaya pada proses hukum dan berharap tindakan tegas dari aparat penegak hukum untuk menuntaskan kasus ini. Keselamatan pendukung Pak Bustami adalah prioritas kami,” tegasnya.

Kepada para relawan dan pendukung, Hendra mengimbau untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi, serta terus menjaga kampanye yang damai dan positif.

“Intimidasi tidak akan mempengaruhi semangat tim. Teman-teman di lapangan justru lebih bersemangat mendukung Bustami Hamzah – Fadhil Rahmi, agar Aceh memiliki pemimpin yang peduli pada keadilan, demokrasi, dan keamanan rakyatnya,” pungkas Hendra.