Homepage Widgets (ATF)

Homepage Widgets

MBG Jadi Tantangan dan Peluang Baru bagi Pelaku Bisnis di Abdya

Kordinator KOBAR yang aktif memantau dinamika pasar dan mendorong pelaku usaha lokal bergerak lebih cepat

Kordinator Komunitas Bisnis Andalan Rakyat (KOBAR), Elizar Lizam, menilai hadirnya Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Aceh Barat Daya (Abdya) membuka peluang besar bagi pelaku usaha lokal. Penilaian itu ia sampaikan di Blangpidie, Senin (17/11/2025), setelah melihat langsung dinamika baru yang muncul di sektor pangan daerah.

Kordinator Komunitas Bisnis Andalan Rakyat (KOBAR), Elizar Lizam. Foto: Ist

BLANGPIDIE - Elizar menjelaskan, dari total 17 dapur yang direncanakan, sembilan di antaranya kini telah beroperasi dan mulai mempengaruhi pasokan bahan pangan. Aktivitas dapur tersebut membuat sejumlah komoditas sayur tampak berkurang di pasar. Ia menyebut mentimun, selada, kacang panjang, dan wortel sebagai komoditas yang paling cepat menyusut dalam beberapa pekan terakhir.

“Saat ini sudah berjalan 9 dari 17 dapur MBG sudah mulai terasa bahan pangan mulai berkurang di pasar, terutama sayuran seperti Mentimun, Selada, Kacang Panjang, Wortel dan lain-lain,” ujarnya.

Menurutnya, kondisi ini menjadi sinyal bagi pelaku usaha untuk segera meningkatkan pasokan agar tidak terjadi kekosongan suplai di tingkat pedagang pasar.

Pria yang akrab disapa Adoen itu menilai kebutuhan pangan kini meningkat signifikan setelah beberapa dapur MBG aktif beroperasi.

“Kebutuhan akan sayur, buah dan daging ayam meningkat saat ini setelah beberapa dapur MBG mulai aktive,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa peluang tersebut bisa saja direbut pemasok dari luar daerah jika pelaku usaha lokal tidak cepat bergerak.

“Ini merupakan peluang sekalian tantangan bagi pelaku bisnis, apakah kita mampu mensupply kebutuhan dapur MBG atau peluang ini kita biarkan diambil oleh pihak lain diluar Abdya,” katanya.

Adoen juga mendorong pelaku usaha untuk memantau perkembangan pasar dan memahami kebutuhan tiap dapur secara lebih detail.

Adoen juga menyarankan pelaku bisnis agar menjalin komunikasi dengan Satuan Pengolahan dan Penyajian Gizi (SPPG) di setiap dapur MBG.

“Coba gali dari Satuan Pengolahan dan Penyajian Gizi (SPPG) di dapur dapur MBG dan pantau juga di pedagang yang ada di pasar,” pungkasnya.

Secara terpisah, RS Darmansyah atau Cek Dar, yang juga koordinator KOBAR, memberikan pandangan serupa terkait perkembangan dunia usaha di Abdya. Ia menilai MBG telah menciptakan pola permintaan pangan yang lebih stabil.

“MBG ini telah menciptakan pola permintaan pangan yang lebih stabil dan terarah, terutama untuk sayur, buah, dan protein hewani,” kata Cek Dar saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin (17/11/2025).

Ia memandang meningkatnya konsumsi di dapur MBG sebagai peluang bagi petani, peternak, dan pedagang lokal untuk memperluas pasar mereka.

“Pelaku usaha harus segera meningkatkan kapasitas produksi agar dapat memenuhi kebutuhan tanpa bergantung pada suplai dari luar daerah,” ujarnya.

Menurut Cek Dar, menjaga perputaran ekonomi di dalam wilayah menjadi bagian penting memperkuat ketahanan ekonomi lokal. Ia menekankan pentingnya menjaga kualitas, ketepatan waktu, dan konsistensi suplai.

“Pelaku usaha diminta lebih disiplin dalam menjaga kualitas dan konsistensi supply. Bila tidak mampu memenuhi kebutuhan harian MBG, maka kemungkinan besar pedagang dari daerah lain akan masuk mengambil celah tersebut,” ucapnya.

Ia mendorong petani, pedagang pasar, hingga UMKM memperkuat koordinasi serta memanfaatkan informasi yang tersedia melalui SPPG di setiap dapur MBG. Dengan kolaborasi yang baik, potensi ekonomi yang muncul dari program tersebut diyakini dapat memberikan manfaat yang lebih merata.

“Ini kesempatan yang tidak boleh dilewatkan,” ujarnya.