Epidemiolog UI: Puncak Covid-19 Bisa Lebih Mundur Dari Prediksi Menkes
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono memprediksi puncak peningkatan kasus Covid-19 bisa lebih mundur dari yang diprediksi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin: akhir Juni.
Foto: Twitter @drpriono1 |
JAKARTA - Prediksi Pandu, merujuk pada meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa daerah secara signifikan. Khususnya, yang terparah di Kudus, Jawa Tengah dan Bangkalan, Jawa Timur.
Melihat penyebarannya yang cepat dan tingginya angka kematian kasus Covid-19 di kedua daerah itu, dugaan Pandu, virus yang menyebar bukan lagi Covid-19 yang lama. Melainkan varian baru.
"Kalau hasil genome sequencing-nya memang menunjukkan ada varian baru, sudah pasti akan tinggi sekali. Jadi, ramalan Menkes bahwa kita akan mencapai puncak kasus pada akhir Juni, bisa jadi akan mundur," kata Pandu, ketika dihubungi.
"Karena masih naik. Kalau masih naik kan, belum sampai puncak," tambahnya.
Karena itu, ia meminta agar pemerintah menggeber upaya genome sequencing untuk mengetahui varian virus apa yang tengah menjangkiti Indonesia. Sehingga diketahui, apa langkah yang tepat dalam penanganannya.
Pandu juga meminta semua pihak untuk tidak meremehkan kasus Covid-19 varian baru yang diyakini sudah menyebar di banyak daerah Indonesia. Untuk itu, narasi-narasi yang terkesan meremehkan virus tersebut, khususnya oleh pejabat, dan kepala daerah perlu direm.
Dikatakan juga bahwa, data resmi kasus Covid-19 yang dirilis pemerintah tidak bisa dijadikan patokan utama. Karena masih rendahnya testing dan tracing yang dilakukan. Sehingga, di lapangan angka penularannya lebih tinggi dari yang dilaporkan.
"Data resmi itu berdasarkan testing. Kalau testingnya masih terbatas, ya akan terjadi gab data antara yang riil dan yang ditemukan," pungkasnya.
Wajar, jika kemudian kasus Covid-19 di suatu daerah tiba-tiba meledak. "Kasus di Madura selama ini mungkin ditutupi, Tes juga ditekan. Lonjakan kasus di Madura sulit dibendung, nakes sudah terdampak, terutama bila varian baru juga ikut kontribusi," cuit Pandu di akun Twitternya @drpriono1. (*)