Siapa Yang Berhak Menelusuri Asal Muasal Virus Covid-19?
Sejak merebaknya pandemi covid-19 yang berawal dari Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, jumlah warga dunia yang terpapar virus covid-19 dan variannya telah mencapai 218.262.216 orang, dan yang meninggal dunia sebanyak 4.528.900 orang atau 2,07 persen.
Prof Rokhmin Dahuri |
Itu data yang dirilis The University of John Hopkins, per September 1, 2021. Dari data itu terlihat bahwa pandemi Covid-19 ini bukan hanya telah merenggut nyawa jutaan orang dan berdampak buruk terhadap sektor kesehatan, tetapi juga telah mengakibatkan dampak negatif dan penderitaan terhadap semua sektor pembangunan, seperti pangan, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan politik serta semua aspek kehidupan manusia.
Hampir semua negara dan penduduk dunia terkena dampak pandemi Covid-19 ini. Yang sangat mencemaskan, sampai sekarang belum terlihat tanda-tanda kapan pandemi ini berkahir.
Tidak ada satu ahli atau lembaga kesehatan di dunia yang dapat memperkirakan dengan penuh keyakinan, kapan pandemi virus corona ini akan usai.
Sebagai bentuk ikhtiar untuk segera mengakhiri pandemi virus corona ini, mestinya setiap warga dunia dan setiap negara di dunia harus melakukan vaksinasi dan protokol kesehatan yang telah disusun oleh pemerintah masing-masing negara secara patuh dan disiplin.
Agar setiap negara mencapai herd community (kekebalan komunal), tingkat vakninasi minimal mencapai 70 persen dari total penduduk di setiap negara. Sayangnya, terjadi ketimpangan tingkat vaksinasi antara negara-negara maju dan makmur dengan negara-negara berkembang (miskin).
Negara-negara maju dengan cara memproduksi dan menimbun vaksin jauh melebihi dari kebutuhannya. Sementara, negara-negara berkembang sangat kekurangan vaksin dan susah membeli dari negara - negara maju (Sundaram and Chowdury, 2021).
Contohnya, Uni Eropa menimbun 3 milyar dosis vaksin (6,6 dosis/orang); AS punya 1,3 milyar dosis vaksin (5 dosis/orang); Kanada memiliki 450 juta dosis vaksin (12 dosis/orang); Inggris punya 500 juta dosis vaksin (8 dosis/orang); dan Australia mengamankan 170 juta dosis vaksin (7 dosis/orang).
Hingga 7 Juli 2021; lebih dari 3,32 milyar dosis vaksin telah diproduksi dan terdaftar, yang rencananya 85 persen akan dijual kepada negara-negara kaya dan berpendapatan menengah, sedangkan negara miskian hanya akan kebagian sebanyak 0.3 persen.
Mestinya negara-negara maju di bawah koordinasi PBB (WHO) membantu negara-negara miskin dan berkembang untuk mendapatkan dosis vaksin yang cukup agar mencapai herd community.
Alih-alih membantu negara-negara miskin, salah satu negara maju nan kaya dan adidaya, Amerika Serikat (AS) malah membuat dunia gaduh, dengan mengirimkan tim dari komunitas intelejennya ke Wuhan, Tiongkok untuk menyelidiki dan membuktikan apakah virus corona itu alamiah (dari alam) atau sengaja dibuat oleh manusia di laboratorium di Wuhan.
Hasil penelitian komunitas intelejen AS itu ternyata menyimpulkan bahwa virus corona ini dipastikan bukan untuk senjata biologis (bioweapon). Tetapi, mereka tidak dapat menyimpulkan apakah virus corona ini berasal dari alam atau dari laboratorium dari alam.
Sementara itu, di awal 2021 tim ilmuwan dan pakar WHO bersama beberapa ilmuwan melakukan penelitian tentang asal usul Covid-19. Hasilnya menyatakan bahwa virus Covid-19 bukan berasal dari bocoran (leakages) dari laboratorium di Wuhan, kemudian menginfeksi manusia. Tetapi, kemungkinan besar berasal dari alam (hewan).
Oleh karena itu, sebaiknya AS dan seluruh bangsa di dunia menyerahkan dan mempercayakan penyelidikan tentang asal usul virus Covid-19 kepada Lembaga internasional yang punya otoritas dab kredibel, yakni Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain itu, semua negara-bangsa harus tidak saling curiga. Sebaliknya, harus bekerjasama secara sinergis untuk melawan Covid-19 secara tuntas dan secepat mungkin berakhir.
Melalui kerjasama vaksinasi untuk mencapai herd community di setiap negara di dunia, dan menjalankan protocol kesehatan secara disiplin, tentu diiringi doa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan, juga tetap kerjasama untuk memulihkan perekonomian di negara masing-masing dan dunia.
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS
Ketua DPP PDI-Perjuangan