Orangtua, Inilah Pernyataan Yang Kerap Kali Ingin Disampaikan Anak

Menjadi orangtua menjadi kebanggaan tersendiri bagi semua pasangan, terlebih jika berhasil mendidik anak hingga sang buah hati berhasil menggapai cita-citanya. Namun, dalam mendidik anak tentulah komunikasi menjadi hal pertama dan utama yang harus diperhatikan. Komunikasi menjadi hal yang tak boleh luput dari perhatian orangtua, yakni bagaimana menjalin komunikasi dengan anak.

Seorang peneliti komunikasi nonverbal, Albert Mehrabian, mengatakan bahwa komunikasi tidak selalu berfokus pada komunikasi verbal atau hanya menggunakan kata-kata, namun juga melibatkan perasaan dan sikap. Dimana sekitar 7 persen pesan dikomunikasikan melalui kata-kata yang diucapkan, 38 persen melalui bahasa tubuh dan nada suara, dan 55 persen melalui ekspresi wajah.

Jika dilihat dari sudut pandang orangtua, maka kita hanya menangkap sekitar 7 persen pesan dari kata-kata anak, dan 93 persen terungkap dari bagaimana anak menyampaikan pesannya melalui bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah. Disinilah dapat kita lihat bahwa ungkapan komunikasi nonverbal lebih dominan.

Lalu adakah pernyataan atau komunikasi yang tak terucap/yang kerap kali ingin disampaikan oleh anak?

1. 'Cintai aku sepenuh hati ma, pa.'
Cinta ibarat bahan bakar dalam kehidupan manusia, saat perasaan cinta penuh dalam diri manusia maka ia dapat beraktifitas dengan baik dan penuh semangat. Begitu pulalah yang dibutuhkan anak-anak, setiap anak membutuhkan rasa cinta. Ketika anak merasa dicintai maka ia akan tumbuh dan berkembang dengan rasa aman, penuh cinta dan tentunya bahagia.

Memberikan anak cinta yang berlimpah akan membuatnya menjadi pribadi yang mudah berbagi cinta dalam bentuk perilaku yang menyenangkan, mudah bekerja sama, dan bersemangat menjalani hari-harinya. Namun, tidak berarti memanjakan anak ya.

2. 'Aku ingin menjadi diri sendiri ma, pa.'
Ayah, ibu jangan selalu memaksakan anak untuk menjadi seperti apa yang kita inginkan. Biarkan anak menjadi diri mereka sendiri. Karena setiap anak memiliki keunikan yang berbeda dengan anak lainnya. Tugas kita sebagai orangtua adalah memahami keunikan anak, yang artinya orangtua memahami dan mengerti lebih dalam tentang diri dan kehidupan anak.

Seringkali orangtua gagal dalam hal ini, sehingga membuat anak lebih nyaman dengan teman sebayanya karena teman sebayanya dianggap lebih mudah memahami dan mengerti akan hal ini. Inilah mengapa banyak kasus orangtua dan anak yang gagal membangun hubungan yang baik karena tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

3. 'Cobalah mengerti aku dan cara belajarku'
Seperti hal nya poin nomor 2 diatas, setiap manusia puny acara atau pola belajar yang berbeda, begitu juga anak. Ada yang suka melihat gambar dan membaca, ada yang suka mempraktekkan apa yang dipelajari, ada yang senang mendengar saja, ada yang senang belajar dengan musik, dan masih banyak lagi variasi belajar lainnya.

Ayah, Ibu, belajar tidak melulu dengan duduk dan membaca buku. Jika orangtua hanya berdefinisi demikian tentang belajar, maka ini bisa jadi masalah besar antara orangtua dan anak. Bijaklah menjadi orangtua, karena sebagai orangtua tidak otomatis kita tahu segalanya.

Pengetahuan hanya dapat diperole dengan proses belajar, akan lebih bijak rasanya jika orangtua mau belajar, dan meningkatkan pemahaman agar tumbuh kembang anak tidak terhambat karena 'kekurang pahaman' orangtua.

4. 'Ma, pa, jangan memarahi ku didepan orang banyak'
Berbicara harga diri, tidak hanya orang-orang dewasa yang membutuhkannya, anak-anak pun demikian. Saat anak lahir, ia sudah dibekali dengan harga diri yang tinggi, sayangnya seringkali karena ketidaktahuan orangtua harga yang tinggi ini direndahkan tahap demi tahap.

Misalnya, memarahi anak didepan orang banyak atau teman-temannya akan membuat dirinya rendah dihadapan orang banyak tersebut. Akan muncul perasaan tidak berharga, tertolak, dan tidak aman dalam dirinya. Jika hal ini terus berlanjut, maka harga diri anak akan rusah dan akan menjadi semakin rendah. Dengan demikian, anak akan susah dalam pencapaian yang tinggi dan besar dalam kehidupannya.

Ingat, harga diri seorang manusia berharga sangat mahal. Semakin mahal dan tinggi harga diri, maka potensi suksesnya akan semakin baik.

5. 'Jangan membandingkan aku dengan orang lain'
Ketika orangtua membanding-bandingkan anak dengan orang lain, ketahuilah anak sangat tidak menyukai hal itu. Dari poin-poin diatas telah kita jelaskan bahwa anak memiliki keunikan, cara belajar, dan kecerdasannya tersendiri, akan sangat menyedihkan rasanya jika orangtua membandingkan hal-hal tersebut dengan orang lain. Meskipun respon setiap anak berbeda-beda mengenai hal ini, misalnya ada anak yang hanya diam, cuek atau bahkan ada yang reaktif (marah) ketika dibandingkan, janganlah membandingkan anak kita dengan anak-anak lainnya.

Bukankah, kita sendiri lebih senang diakui keunikan dan diterima atas perbedaan itu? Lantas mengapa membandingkan.


By : Chairunnisa Dhiee