Kisah Jari Raja yang Teriris dan Pengawal yang Dikerangkeng

Alkisah, seorang raja ditemani pengawalnya singgah di pasar buah-buahan. Seketika itu, dia meminta pengawalnya membeli buah mangga. Lalu sang raja mengupas, mengiris dan memakan mangga tersebut dengan lahapnya.

Tak dinyana, di tengah keasikan mengiris mangga, salah satu jari tangannya pun ikut teriris dan meringis kesakitan. Lalu tanpa sungkan menyalahkan pengawalnya. Sang raja marah besar.

Menurut raja, jari tangannya tak akan teriris jika pengawalnya tidak membelinya mangga. Di tengah amarah bercampur rasa sakit jari yang baru teriris, pengawal raja yang disalahkan pun dengan enteng menjawab; Raja, teriris jari itu adalah yang terbaik.

Mendapap jawaban demikian, kemarahan raja pun memuncak. Lalu memerintahkan agar pengawalnya tersebut di kerangkeng.

Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, luka jari tangan sang raja yang pun berangsur-angsur mengering dan sembuh. Namun tak dapat disambung kembali. Sang raja mau tak mau harus merelakan kehilangan satu jari tangannya. Lalu dia kembali melakukan perjalanan ke suatu daerah.

Sesampainya raja di daerah yang dituju, dia ditangkap oleh warga setempat. Konon, warga daerah yang dituju itu ternyata adalah pemakan manusia, alias kanibal. Tapi ada pengecualian, mereka tidak akan memakan manusia yang cacat. Sebab ada kepercayaan di daerah tersebut, jika memakan manusia yang cacat akan turun cacat manusia yang dimakan kepada anak cucunya.

Jadi, sebelum dimakan, seluruh tubuh raja yang ditangkap tadi diperiksa terlebih dahulu. Lalu menemukan satu jari tangannya tidak ada. Tak ayal, mereka langsung menyimpulkan sang raja cacat dan batal memakannya. Raja pun dilepas oleh warga setempat.

Sepulang raja dari daerah yang nyaris merenggang nyawanya itu, dia menemui pengawal yang sempat dikerangkeng saat mendampinginya ketika jarinya terputus saat mengiris mangga. Ia minta maaf dan berterimakasih kepada pengawalnya tersebut.

Sang raja akhirnya mengakui apa yang dikatakan pengawalnya. Bahwa jari tangannya yang terputus itu terbaik bagi dirinya adalah benar. Jika jarinya itu tak terputus, tentu dia sudah dimakan hidup-hidup oleh warga kanibal yang menangkapnya.

Begitupun dengan sang pengawal, dia juga berterimakasih banyak kepada raja karena telah memenjarakannya. Alasan dia, karena bila dirinya tidak dikerangkeng, tentu Ia akan ikut mengawal sang raja ke daerah pemakan manusia. Lalu menjadi makanan warga setempat.

Sang Raja dan pengawalnya pun sumringah bahagia, mensyukuri dan ikhlas atas apapun takdir yang diberikan padanya.

Note: Cerita ini dikutip dari cuplikan khutbah Jum'at (7/7/2017) di Masjid Al-Ittihad Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.


Foto: Ilustrasi/ google image