Bawang Merah Ekspor Lagi! Kali ini ke Singapura dan Thailand
Kementerian Pertanian (Kementan) kembali melepas ekspor bawang merah ke Thailand dan Singapura sebanyak 9 kontainer (247.5 ton) dengan nilai mencapai USD 436.500 atau setara dengan Rp 4,7 Milyar di Surabaya, Senin (28/8/2018). Pelepasan ekspor ini dilakukan Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura, Spudnik Sujono.
Pada kegiatan ini, Spudnik didampingi Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Tata Hubungan Antar Negara, Baran Wirawan, Kepala Satgas Pangan Jawa Timur Kombes.Pol, Widodo, pejabat lingkup Kemenko Perekonomian dan Kemendag. Lalu, beberapa pejabat Dinas Pertanian di Provinsi Jawa Timur serta pimpinan dari dua eksportir yakni PT Aman Buana Putera dan CV Bawang Mas 99. Bahkan, turut dihadiri petani bawang merah dari Bima, Probolinggo, Nganjuk dan Batu.
Dirjen Hortikultura, Kementan, Spudnik Sujono mengatakan ekspor bawang merah dari Surabaya ini membuktikan bahwa Kementan tidak hanya berhasil mewujudkan swasembada, akan tetapi tepatnya mewujudkan kedaulatan bawang merah. Tercatat, sejak tahun 2016 hingga saat ini, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor bawang merah, akan tetapi terus mencatatkan diri sebagai pengekspor bawang merah.
"Kita patut bersyukur dan berbangga hati, bahwa saat ini Indonesia tidak hanya telah mewujudkan swasembada bawang merah, tapi telah mampu mencapai kedaulatan bawang merah. Hari ini kita lepas ekspor yang kedua selama bulan Agustus tahun ini dari Surabaya ke Thailand dan Singapura," kata Spudnik di lokasi pelepasan ekspor.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2014 Indonesia masih mengimpor bawang merah untuk konsumsi dan benih sebesar 74.903 ton. Kemudian di tahun 2015 total impor sebesar 17.429 ton, namun di tahun 2016 tidak ada impor (NOL) untuk bawang merah Konsumsi, dan bahkan tetap mampu mengekspor sebesar 735 ton.
"Ini pencapaian yang luar biasa dari kinerja kita bersama di bawah komando Bapak Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Prestasi ini tentunya harus kita pertahankan dan tingkatkan di masa-masa mendatang. Tidak ada lagi kata impor, tapi kita terus ekspor," ujarnya.
Tentang hal ini, Spudnik optimis pada tahun 2017 ini dan tahun yang akan datang, volume ekspor bawang merah dapat bertambah dan pasar ke luar negeri dapat diperluas. Pasalnya tegas Spudnik, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan bawang merah yang saat ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia.
"Sentra produksi yang semula terkonsentrasi hanya di Pulau Jawa, saat ini sudah mulai menyebar ke berbagai daerah seperti Bima, Solok, Enrekang, Bantaeng, Tapin, Maluku Tengah dan masih banyak lagi daerah lainnya," ungkap Spudnik.
Lebih lanjut Ia menyebutkan, di tahun 2016 luas panen bawang merah Indonesia mencapai 149,6 ribu ha dengan produksi mencapai 1,45 juta ton serta luas tanam naik menjadi 22,5% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 target produksi bawang merah naik 17,7% dari tahun 2016.
"Dengan jumlah produksi tersebut kita dapat memenuhi sendiri kebutuhan di dalam negeri 1,1 juta ton per tahun atau rata-rata sekitar 88.000 ton per bulan," sebutnya.
Untuk diketahui, Sebelumnya pada momentum HUT RI ke 72 pada tanggal 18 Agustus 2017, Kementan melepas ekspor perdana bawang merah ke Thailand dan meningkatkan ekspor ke beberapa negara Asia lainnya seperti Vietnam, Taiwan, Malaysia, Singapura, Timor Leste dan negara lainnya sebanyak 12 kontainer. Ekspor ini dilakukan di Brebes, Jawa Barat oleh PT. Bawang Merah Indonesia. Adapun total target ekspor bawang merah di tahun 2017 sebanyak 5.600 ton.
Sementara, Kepala Satuan Tugas (Satgas) Pangan Jawa Timur, Kombes Widodo, menyatakan pihaknya siap mendukung pemerintah, khususnya Kementan dalam menjaga stabilitas harga dan stok bawang merah. Caranya, pertama-tama melakukan pemantauan di lapangan dengan menerjunkan personel Polda, Polres, sampai Polsek ke sejumlah titik secara bersamaan.
"Kita enggak mau merazia. Justru kita mau membantu distribusi," katanya.
Kedua, apabila berdasarkan temuan di lapangan terjadi kenaikan harga, maka Satgas Pangan segera berkoodinasi dengan instansi terkait, seperti dari Kementan, Kemendag dan Bulog. Satgas Pangan mencari tahu tentang kendala dan penyebabnya, sehingga semua pihak yakni petani, pedagang dan konsumen sama-sama mendapatkan keuntungan yang layak.
"Jadi, kita menjaga kesejahteraan petani, pedagang, dan konsumen melalui upaya-upaya di lapangan, tidak bisa hanya melihat data," beber Widodo.
Ketiga, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim ini sebutkan bahwa dalam rangka mengantisipasi selundupan, Satgas Pangan pun telah melakukan pemetaan komoditas pangan yang berpotensi masuk dengan cara ilegal. Tak sekadar itu, Satgas Pangan juga turut mendukung program ekspor bawang merah, mengingat di Jatim banyak daerah sentra produksinya, seperti di Probolinggo, Malang, Sampang, Kediri, Pamekasan, Nganjuk, dan Brojonegoro.
"Karena polisi bertugas polisi menstimulasi teman-teman di pertanian," tandasnya. (*)