Lagu Pengobar Semangat Juang NU ini Dibikin Dalam Bahasa Arab, Agar Belanda Gagal Paham

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengobarkan semangat merah putih dan nasionalisme saat bersapa dengan warga Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dalam Harlah Muslimat NU ke-71 di Kalimantan Barat, bertempat di Aula pendopo  Kabupaten Kayong Utara.

"Saya minta ibu-ibu semua berdiri menyanyikan lagu _Ya Ahlal Wathon_(wahai anak bangsa) sambil kita bentangkan bendera merah putih bersama-sama," kata perempuan yang juga menjabat Ketua Umum Muslimat NU. 

Sebanyak 20 orang diminta maju ke depan, berdiri berjajar sambil membentangkan bendera merah putih. Dipimpin oleh Khofifah, seluruh undangan menyanyikan lagu Ya Ahlal Wathon. 

Lagu yang diciptakan Kyai Wahab Hasbulloh pada tahun 1916 ini telah menjadi lagu wajib yang dinyanyikan dalam setiap acara-acara NU dan badan otonom NU termasuk  Muslimat NU, IPNU, IPPNU, maupun Fatayat NU. 

"Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon. Hubbul Wathon minal Iman. Wala Takun minal Hirman. Inhadlu Ahlal Wathon.....," senandung sekitar 1.000 warga Muslimat NU. 

Dikatakan Khofifah, lagu ini terinspirasi salah satu tokoh penting NU yang berperan dalam masa revolusi  kemerdekaan yakni Kyai Hasyim Asy'ary dan Kyai Wahab Hasbullah. Keduanya merupakan pendiri NU. Beliau yang merumuskan konsep hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagian daripada iman) dan Kyai Wahab Hasbulloh yang menciptakan lagu berjudul Ya Ahlal Wathon (Syubhanul Wathon). 

"Mengapa syairnya dalam Bahasa Arab? Pada waktu itu tujuannya adalah agar tidak diketahui oleh penjajah Belanda. Mereka tidak mengerti arti liriknya. Padahal maknanya sangat dalam dan mengobarkan semangat juang yang dahsyat di kalangan para santri dan rakyat," terang ibu empat anak ini. 

Khofifah mengungkapkan menjelang peringatah Hari Kemerdekaan Indonesia, merupakan momentum yang tepat untuk menanamkan kembali jiwa merah putih di benak setiap individu. Pasalnya, saat ini banyak orang yang mengaku Indonesia namun hatinya tidak mencerminkan merah putih sejati. 

"Ada gerakan radikal, ada yang menebar isu berkedok agama namun bertujuan memecah-belah persatuan bangsa, ditambah lagi tantangan bangsa ini seperti  narkoba, pornografi, korupsi dan lain-lain.

"Jangan nodai merah putih dengan narkoba, jangan nodai merah putih dengan  terorisme, dan jangan nodai merah putih dengan tindakan intoleransi. Jaga jiwa kita agar tetap merah yang berarti berani dan jaga hati kita agar tetap putih yang berarti suci," tuturnya. 

Setelah selesai menyanyi, khofifah meminta bendera merah putih tersebut dibawa pulang dan dikibarkan di halaman rumah masing-masing sampai puncak HUT RI  tanggal 17 Agustus nanti.

Harlah Muslimat NU kali ini diikuti 14 cabang Muslimat NU se-Kalbar. Dalam pidatonya, Khofifah menyampaikan sangat terkesan atas semangat warga Muslimat yang hadir dari berbagai daerah dengan semangat kemandirian. Ada yang perjalanan darat sekitar 18 jam, ada yang naik ferry 12 jam dan sebagainya.

"Ibu-ibu semua, teruskan berjuang untuk agama dan bangsa dengan tulus ikhlas lillahi ta'ala. Jaga persatuan dan persaudaraan. Semoga Allah meridhoi perjuangan kita," doa Khofifah di akhir pidatonya. (*)