Mensos: Jangan Takut Dibilang Jomblo Kalau Masih Mahasiswa

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan menjadi mahasiswa merupakan proses menuju lahirnya "manusia baru" yakni pribadi yang mandiri, kritis, produktif dan penuh optimistis serta berkepribadian positif. 

"Menjadi mahasiswa berarti harus siap untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih fokus pada studi, belajar dengan tekun dan menyerap ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya serta membangun jaringan seluas-luasnya. Kelak ini sangat berguna bagi kalian," kata Mensos saat memberikan Kuliah Tamu dalam rangka Orientasi Mahasiswa Baru, Universitas Trunojoyo, Bangkalan, Madura, Sabtu. 

Dikatakan Mensos, kesuksesan seseorang di masa depan, salah satunya juga tergantung pada kerja keras dan aktivitasnya di kampus.




"Fokuslah pada studi. Jangan takut dibilang jomblo karena kalau masih mahasiswa tidak ada istilah jomblo karena tugasnya memang belajar.  Dunia mahasiswa adalah dunia belajar. Tugas kalian adalah belajar. Tolong hilangkan apa yang bisa menjadi  gangguan dalam mencapai prestasi ," tegas Mensos disambut tawa mahasiwa yang memenuhi aula kampus. 

Kepada 3.368 mahasiswa baru di kampus ini, Mensos berpesan agar mereka membangun komitmen, kemauan dan kesiapan untuk menjadi "manusia baru".

"Kita harus terbang. Seperti kata Bung Karno berhati putih berkemampuan baja seperti elang sang rajawali yang terbang ke angkasa. Dan kita harus meningkatkan daya saing  agar tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia," ucap Mensos menyemangati. 




Dikatakannya proses untuk mencapai masa depan yang baik biasanya banyak ditentukan proses pada saat  dijenjang Strata Satu. 

"Ini fondasi yg sangat penting untuk menapak kehidupan ke depan," katanya. 

Kuliah Tamu bersama Mensos diikuti 3. 368 mahasiswa baru Universitas Trunojoyo. Mereka tersebar di tujuh  fakultas di antaranya Fakultas Hukum, Ekonomi dan Bisnis, Pertanian, Ilmu Sosial dan Politik, serta Fakultas Keislaman. 

Kegiatan ini dilaksanakan mulai 17 Agustus 2017 untuk  menumbuhkan rasa cinta tanah air dan rasa memiliki Indonesia. 

Para mahasiswa baru ini menyambut Mensos dengan mengangkat tinggi-tinggi bendera merah putih plastik seraya menyanyikan lagu "Gebyar Gebyar" yang pernah dipopulerkan Gombloh. 

Nuansa merah putih kental terasa. Mahasiswa tampak memakai baju putih dan celana panjang hitam. Di kepala, tersemat Odeng. Yakni ikat kepala kain batik Madura. Sementara mahasiswi mengenakan atasan putih rok panjang hitam, dipadukan kerudung merah dan selendang batik Madura. 

"Suasananya sangat nasionalis. Semangat mereka juga luar biasa. Saya bahagia berada di tengah-tengah mereka," ujarnya. 

Di akhir ceramahnya tidak lupa Khofifah kembali mengingatkan agar para mahasiswa menjaga merah putih dan NKRI dengan membangun moderasi dan toleransi yang saat ini sedang dirakit kembali. Khofifah mengajak seluruh mahasiswa menyukuri nikmat 72 tahun kemerdekaan Republik Indonesia  yang telah diperjuangkan para pahlawan kusuma bangsa. 

"Hari ini problem rasisme muncul di Amerika dan Australia. Saya ajak kalian semua yang hidup di Indonesia untuk menyukuri kekayaan bahasa, suku dan pulau kita, juga beragamnya budaya termasuk baju daerah. Masing-masing menunjukkan representasi budaya mereka. Ini unik dan indah. Yang berbeda jangan disamakan, sebaliknya yang sama jangan di beda-bedakan. Jangan memaksakan kebhinnekaan ini dengan  diseragamkan," papar Khofifah.

Sehari sebelumnya, saat membuka Musyawarah Nasional Persatuan Keluarga Putra Putri Perintis Kemerdekaan Indonesia (PKP3KI) di Jakarta, Jumat (18/9) Mensos mengungkapkan sebagai "manusia baru" juga harus lebih mawas diri mengingat tantangan dan persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin berat. Ada intoleransi, radikalisme, terorisme, narkoba. 

"Akan tetapi, kita tidak boleh putus pengharapan. Para founding fathers kita telah mengajarkan arti penting perjuangan, ketabahan dan harapan. Bahwa barang siapa yang ingin memiliki mutiara harus kuat menahan nafas, dan berani terjun menyelami samudera yang sedalam-dalamnya," katanya. (*)