Pemuda Ini, Rogoh Milyaran Rupiah, Demi Selamatkan Sejarah Aceh

Teungku Imam, itulah salah satu nama pemuda yang sedang memperjuangkan sejarah Aceh, baik itu naskah maupun artefak-artefak kuno. Namanya Memang tak se tenar Teuku Umar, Cut Nyak Meutia ataupun Cut Nyak Dhien. 

Namun kegigihan dalam mempertahankan sejarah perjuangan nenek moyang kita di masa lampau, patut di acungi jempol. Bayangkan saja, hampir 12 tahun dia berjalan menyusuri Aceh untuk mengumpulkan naskah-naskah kuno maupun artefak yang sudah mulai hilang, "Hampir 12 tahun mungkin saya jalan kesana-kemari untuk nyelamatkan peninggalan sejarah," cetusnya.

Siang kemarin, tepatnya 16 Agustus 2017, berkesempatan menemuinya. Sekilas tak terlihat yang istimewa, bahkan seram jika belum mengenal lelaki yang berkulit gelap itu. Tepat pukul 14.30 Wib, saya menghubungi Teungku untuk menagih janji agar diperlihatkan naskah-naskah kuno dan artefak peninggalan.



Tak jauh dari tempat pertemuan, saya diajak menuju salah satu tempat penyimpanan barang-barang tersebut, yaitu kawasan hutan lindung Kota Langsa. Yang jaraknya sekitar 2-3 km dari pusat kota. Takjub nan terharu ketika pertama kali melangkah kaki kawasan itu, dari jauh sudah terlihat sebuah rumah adat Aceh yang diperkirakan berumur ratusan tahun. Setelah berjalan menyusuri pinggiran danau, akhirnya kami sampai dirumah yang menyimpan sejarah.

Tak banyak menghabiskan waktu, Teungku bergegas memanggil petugas yang berjaga untuk membuka pintu. Lagi-lagi hal yg istimewa saya dapatkan, rupanya rumah yg berwarna hitam serta dihiasa ukiran warna mas bunga jeumpa khas Aceh, saat ini belum dibuka untuk pengunjung karena belum diresmikan oleh Pemkot setempat, "Sebenarnya belum kita buka untuk umum, karena belum diresmikan oleh Walikota, masih persiapan yang lainnya juga," ucap Teungku.



Ketika masuk, kembali berdecak kagum saat melihat beberapa Alquran dan kitab, hasil tulisan tangan para ulama masa dulu, "Inilah hasil karya tulisan tangan Indatu kita masa lampau untuk kita pelajari," tegasnya sambil memperlihatkan naskah yang sudah buram dimakan waktu.

Rumah yg berukuran 10x20 itu memiliki 2 kamar tidur, saat ini kedua kamar diisi artefak seperti piring, ceret, guci, sendok serta benda peninggalan lainya. Hampir 200 benda peninggalan ada di dalam rumah Aceh tersebut, serta 20 Alquran dan kitab tulisan tangan, "Lebih kurang ada 200 jenis benda-benda lama ini, belum pernah saya hitung," kata Teungku.

Sambil melangkahkan kaki Teungku terus bercerita tentang sejarah Aceh yang begitu panjang dan tak mampu di tangkap secara keseluruhan oleh saya, "Maklum usia mulai menua" hehe.. Akhirnya timbul sebuah pertanyaan dan spontan terucap, "Kira-kira berapa harga ini Teungku..?

Lelaki yang mengaku pernah masuk 5 besar Kontes Dangdut Indonesia (KDI) audisi kota Medan, kembali menebar senyum khasnya, "Harga jangan ditanya, kalau keseluruhan bisa milyaran," cetusnya.

Rasa penasaran kembali mencul, "Dari mana uang sebesar itu dia dapatkan". Sempat tak ingin membahas soal itu, akhirnya Teungku bersedia menceritakan dari mana dan berapa dana yang sudah dihabiskan untuk penyelamatan barang-barang kuno ini.

Kata Teungku, Penyelamatan benda-benda ini muncul dibenaknya ketika melihat beberapa benda saksi bisu sejarah Aceh ini mulai diperjual belikan kepada pihak investor asing. Menurutnya, jika ini dibiarkan terus menerus, tidak mustahil Aceh hanya tinggal nama. Sebab para investor asing, selalu memburu naskah-naskah dan artefak yang memiliki sejarah kelam, apalagi peninggalan sejarah Aceh, "Investor asing kalau soal sejarah di mata mereka sangat bernilai, apalagi kita bilang dari Aceh, pasti itu yang mereka tanyakan," jelasnya.

Lanjut Teungku, tidak sedikit para investor menghubungi dan meminta langsung untuk membeli beberapa barang yang bernilai sejarah itu, Malaysia, Singapore bahkan Brunei Darussalam pun ada, "Selama ini memang banyak yang hubungi saya ingin membeli, tapi tak saya jual," tandasnya.

Hampir 2 Milyaran lebih dirinya menghabiskan dana untuk penyelamatan benda-benda ini. Belum sempat terucap pertanyaan yang sama diatas, rupanya gerak gerik saya sudah terbaca, suara kecil dan terlihat wajah yang malu-malu keluarlah kalimat, "Alhamdulillah dengan izin Allah, peng pribadi lon gunakan mandum (Alhamdulillah dengan izin Allah uang pribadi saya gunakan semua)," singkatnya.

Berlahan Teungku juga mulai terbuka, asal muasal uang sebanyak itu ia dapatkan. Meskipun wajah tak bisa berbohong, setiap kata yang dikeluarkan terlihat sangat berhati-hati. Salah satunya berdagang permata, yang Untungnya ratusan juta dalam setiap transaksi, "Kebetulan saat itu saya dagang permata, jadi Alhamdulillah Untungnya lumayan dan saya gunakan kesini," ucap lelaki yang menjabat sebagai Kurator Wisata Rumoh Aceh dibawah Dispora Kota Langsa.

Diakhir pertemuan, kembali muncul pertanyaan yang memang enggan dirinya tanggapi secara serius, "Kemana pemerintah selama ini dalam menjaga peninggalan para ulama yang telah memperjuangkan negeri..?

Menurut Teungku, dirinya sudah beberapa kali mencoba komunikasi beberapa instansi pemerintahan di aceh yang enggan disebutkan, dalam menjaga aset sejarah, namun tak satupun menanggapi. Saat ini hanya Pemkot Langsa yang serius menanggapi, terutama Walikota yang terus mendukung, makanya seluruh benda yang dimiliki diletakkan wilayah kota Langsa, "Alhamdulillah saya senang, Walikota sendiri yang menemui saya dan memberi semangat untuk terus berjuang menyelamatkan benda sejarah ini," ujarnya.

Kedepan, ada sekitar 6 rumah Aceh peninggalan para ulama kembali didatangkan, "Insya Allah akan saya 
Bawa 6 rumah lagi, posisi rumah sudah saya beli tinggal kita persiapan tempat disini untuk meletakkan," tutupnya. 



Fachrurrazi