Cetak Petani Muda Modern, Kementan Bekali Pelatihan ini

Menindaklanjuti hasil pertemuan antara manajer Kelompok Usaha Bersama (KUB) se Indonesia yang digerakan oleh Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Kepala Balai Besar Mekanisasi Pertanian Kementan RI Andi Nuralam, pemuda tani melakukan praktek langsung pengenalan dan pengoperasian jenis-jenis alat mesin pertanian kepada para petani muda. Hadir pada kegiatan ini tenaga ahli Perekayasa dari Balai Mekanisasi Pertanian, DR. Azhari.

Pada kesempatan tersebut, DR. Azhari menjelaskan bahwa kebutuhan akan Mekanisasi pertanian itu sudah sangat mendesak, mengingat luasnya lahan dan sumberdaya petani Indonesia yang jumlahnya semakin menurun. Penggunaan alat mesin pertanian ini diharapkan mampu membangkitkan gairah anak-anak muda untuk terjun bertani.

Selain itu, penerapan mekanisasi pertanian memberikan berbagai keunggulan, di antaranya, musim tanam dapat dilakukan secara serentak, pengolahan tanah jauh lebih luas, dan waktu yang relatif singkat. Dibandingkan dengan alat tradisional, mesin pertanian dengan kapasitas sedang, dapat menggarap lahan satu hektar dalam waktu satu hari. Dengan begitu, pengolahan lahan pertanian menjadi efektif dan efisien.

Pada kesempatan tersebut, para petani muda dari berbagai daerah diperkenalkan pada alat pembajak tanah hinga alat tanam. Para petani muda dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan instruktur pengoperasian mesin masing-masing. Mereka sangat antusias, dan menyambut positif semua dukungan yang diberikan Pemerintah khususnya kepada KUB-KUB Gempita dalam hal pemberdayaan petani dan regenerasi petani yang kini semakin memprihatinkan jumlah keberadaannya.

Lebih jauh, ketua KUB Gempita Nasional, Deni Rusdiana menyampaikan harapan kepada seluruh anggota KUB se-Indonesia agar semua bentuk dukungan dari pemerintah ini dapat diaplikasikan di daerahnya masing-masing, sehingga KUB Gempita mampu menjadi pioneer dalam hal modernisasi pertanian yang didukung dengan penggunaan alsintan tadi.

KUB Gempita, bukan seperti kelompok tani atau gabungan kelompok tani biasa, yang hanya mampu mengolah lahan, akan tetapi mampu manage semua sumber-sumber informasi pertanian dari hulu sampai hilir, sehingga mampu menjadi cikal bakal terbentuknya korporasi petani Indonesia. (*)