Mensos Minta Karang Taruna Jadi Pemuda Pelopor Perdamaian dan Persatuan
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta organisasi sosial Karang Taruna untuk menjadi pemuda pelopor perdamaian dimulai dari lingkungan sekitar.
"Hari ini bangsa Indonesia membutuhkan energi saudara-saudara menjadi pelopor perdamaian dengan memperkuat toleransi dan persaudaraan, hidup rukun di tengah keberagaman dan kebhinnekaan," ujar Khofifah dalam pidatonya membakar semangat karang taruna, bertempat di Ruang Terbuka Hijau Rantau Baru, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Selasa (19/9).
Hal tersebut disampaikan Mensos saat menutup
Kemah Karya Bakti Wisata Karang Taruna ke-29 yang diikuti 3.500 karang taruna di 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan.
"Saya mengapresiasi upaya yang telah saudara untuk lingkungan sekitar. Teruslah melakukan yang terbaik. Dedikasikan diri pada masyarakat, berikan layanan sosial sebaik-baiknya," tambah Khofifah.
Ia mencontohkan layanan sosial yang dimaksud seperti memanfaatkan momentum Bulan Bakti Karang Taruna dan menyongsong Hari Pahlawan dengan aksi nyata membersihkan Taman Makam Pahlawan di wilayah masing-masing.
"Berbanggalah karena karang taruna adalah satu-satunya organisasi sosial kepemudaan di negeri ini yang bisa menembus level RT/RW, peran saudara sangat strategis. Maka saya mengajak Anda bertekad dan bersatu meneguhkan NKRI harga mati. Sampai kapanpun dan di manapun," tegasnya.
Karya Bakti Wisata Karang Taruna Provinsi Kalimantan selatan dilaksanakan pada 16--20 September 2017 di Tapin.
Selama empat hari mereka mengikuti berbagai kegiatan di antaranya bakti sosial pengecatan tempat ibadah, pemberian bantuan untuk masyarakat tidak mampu, dan penghijauan di Kecamatan Tapin Selatan.
Bersamaan dengan itu juga digelar Karang Taruna Expo se-Kalimantan Selatan menampilkan beragam Usaha Ekonomi Produktif (UEP) misalnya tanaman cabai rawit Desa Hiyung, kerajinan tangan dari rotan dan bambu, serta ragam kuliner khas Kalsel.
Di akhir arahan, Khofifah meminta agar kegiatan karang taruna harus dimaknai secara luas. Kegiatan bakti sosial di lingkungan sekitar harus dimaknai sebagai kesatuan sosial.
"Tidak sekedar bakti sosial memberi sembako, tidak sekedar membersihkan sungai atau lingkungan rumah, tapi harus berwujud satu kesatuan sosial. Artinya hati kita yang hadir di situ. Bukan beras kita saja. Lakukan dengan sepenuh hati," tegas Mensos.
*Perkuat Sinergi dalam Payanan Sosial*
Sementara itu, sehari sebelumnya, dalam Musyawarah Nasional ke-8 Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) di Banjarmasin (18/9), Mensos mengungkapkan segenap komponen bangsa harus bekerja sama dalam menyelesaikan bebagai persoalan kesejahteraan sosial.
"Urusan sosial bukan urusan ecek-ecek. Perlu kekompakan berbagai elemen sosial untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Kemitraan sangat penting. Pemda, swasta, pergiruan tinggi, organisasi sosial, semuanya harus punya komitmen yang sama," kata Mensos.
Ia lantas menyontohkan peran DNIKS dalam membantu
Kementerian Sosial dalam melakukan koordinasi dan
mensinergikan kegiatan dan program kesejahteraan sosial.
"Tahun 2016 DNIKS bekerja sama dengan Baznas mengarahkan penggunaan zakat, shodaqoh dan infak yang dihimpun dari
masyarakat untuk membantu pembangunan sumber daya
manusia, pemberdayaan sosial dan pengentasan kemiskinan," terangnya.
Mensos berharap upaya DNIKS dapat menginspirasi berbagai mitra kerja Kemensos dalam pembangunan sosial.
DNIKS adalah Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Tingkat Nasional. DNIKS adalah organisasi nonpemerintah, bersifat terbuka, independen, serta mandiri.
Organisasi ini didirikan pertama kali tanggal 15 Juli 1970 melalui Musyawarah Nasional Badan Pembina dan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BPKKS). (*)