Mencari Pemimpin di Tengah Krisis Kepemimpinan
Banyak yang berkata bahwa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan. Kondisi ini terjadi hampir di semua level sehingga proses reformasi yang mengubah hampir semua tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara sampai sekarang masih belum mendekati cita-cita para founding fathers (bapak bangsa) untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Alih-alih menjadi mesin pendorong perubahan, pemimpin kadang menjadi faktor penghambat. Faktanya sangat gamblang. Lihatlah berita akhir-akhir ini. Puluhan pejabat dan kepala daerah tertangkap tangan oleh KPK atau menjadi tersangka kasus korupsi.
Itulah sebabnya tema kepemimpinan, meskipun era terus berganti, menjadi tema yang selalu aktual untuk didiskusikan dan diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaanya adalah kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin nasional? Apakah mereka yang terpilih lewat pemilihan presiden (pilpres, pemilihan kepala daerah (pilkada), atau pemilihan legislatif otomatis memiliki ciri-ciri kompetensi pemimpin nasional?
Sebelum membahas lebih jauh, saya ingin membatasi dulu pengertian kepemimpinan nasional sebagai kelompok pemimpin bangsa pada segenap strata kehidupan nasional di dalam setiap gatra (Asta Gatra) pada bidang/sektor profesi baik di suprastruktur, infrastruktur dan substruktur, formal dan informal yang punya kemampuan dan kewenangan mengarahkan/mengerahkan kehidupan nasional (bangsa dan negara) menuju tercapainya tujuan nasional sesuai Pancasila dan UUD 1945. Konsep ini diambil dari Pokja Kepemimpinan Nasional yang tertuang dalam Modul Kepemimpinan Nasional tahun 2017.
Banyak aspek yang mengantarkan seseorang muncul sebagai pemimpin nasional. Dia bisa saja berhasil mencapai puncak kariernya lantaran kharisma, keturunan, kekayaan atau popularitas yang dimilikinya. Tetapi, semuanya itu tidak akan pernah ada artinya apabila dia tidak memiliki kompetensi. John H. Zenger dan Joseph Folkman dalam bukunya Extraordinary Leader: Turning Good Managers into Great Leadersmenyembutkan kompetensi kepemimpinan yang unggul dikelompokkan dalam lima klaster, dimulai dari karakter, kemampuan personal, keahlian interpersonal, fokus pada hasil, dan memimpin perubahan organisasi.
Kelima kompetensi tersebut berfungsi sebagai tiang penyangga dan pengungkit kepemimpinan ke level lebih tinggi yang unggul. Dari kelima kompetensi tersebut, karakter menjadi titik sentral sedangkan elemen lainnya adalah komponen pendukungnya.Elemen keempat dari kompetensi kepemimpinan, yaitu fokus pada hasil (outcome) mencakup kemampuan mewujudkan gagasan menjadi serangkaian aksi yang berkelanjutan (sustainable) dan harus beretika. Itu menjadi bagian substansial dari kepemimpinan unggul yang memimpin dengan aksi. Harapannya seorang pemimpin bukan menjadi nato "no action talk only" atau napo "no action plan only".
Pemimpin jenis itu mudah untuk dirumuskan tetapi sulit ditemukan. Apalagi terbentuknya kepemimpinan nasional yang baik bukanlah proses yang sederhana. Dalam buku Human Capabily yang ditulis Elliot Jacques , Tuhan menciptakan manusia dengan "potential capability" yang berbeda-beda dan yang memiliki leadership capability lebih sedikit sehingga menjadi suatu piramida kognitif di masyarakat. Ini terkait dengan bagaimana bangsa ini mempersiapkan calon pemimpin nasional yang baik tersebut. Maka, semua elemen mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan sampai partai politik bertanggungjawab untuk mempersiapkan dan melahirkan pemimpin yang baik tersebut.
Melangkah lebih jauh dari kompetensi yang disebutkan dua tokoh tersebut di atas, saya ingin menyebut dan mengelompokkan kompetensi seorang pemimpin atas dua bagia besar yakni kompetensi manajerial (soft competency) dan kompetensi teknis (hard competency). Kedua kompetensi ini kemudian dijabarkan dalam kemampuan-kemampuan dibawah ini.
Pertama, pemimpin harus memiliki kemampuan manajerial secara aktual (Current actual capacity). Seorang pemimpin harusnya dipilih berdasarkan kualitas pribadi dan rekam jejaknya. Pemimpin bukanlah tetiba muncul, tetapi buah dari proses pencarian, pembinaan dan pematangan yang kontinyu. Pemimpin yang menjunjung kebenaran dalam kepemimpinannya akanberbicara dari apa yang dibuatnya. Tidak ada jarak antara perkataan dan tindakannya. Karakter kebenaran hanya dapat ditemukan dalam rekam jejak dan praksis hidupnya, bukan dari kecakapan berkata-kata tanpa pembuktian konkret. Pemimpin yang benar mampu menunjukkan, apa yang dikatakan kongruen dengan apa yang dilaksanakan.
Dia dapat bersikap demikian karena dia turun ke lapangan, mengkaji dan memetakan persoalan, menyusun langkah perbaikan, lalu mengeksekusinya tanpa keraguan. Kebenaran, ketepatan, kejelasan, dan ketegasan menjadi kriteria bagi rakyat Indonesia dalam memilih, mendukung dan melangkah maju bersama pemimpin-pemimpin berkarakter unggul demi terwujudnya pembangunan nasional.
Kemampuan kedua dari seorang pemimpin adalah tingkat kecerdasan yang tinggi. Kecerdasan adalah titik tertentu yang idealnya harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kecerdasan merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah, baik bersifat lokal, masalah nasional, dan masalah internasional.
Pemimpin nasional harus cerdas dalam membawa diri yang didukung dengan keunggulan berfikir dan peka terhadap hal-hal sekitar. Dalam menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang cerdas akan mampu berfikir luwes dan memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan nasional. Singkatnya seorang pemimpin harus punya tiga kecerdasan yakni kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.
Kemampuan ketiga seorang pemimpinan harus melaksanakan pekerjaan sesuai nilai-nilai Pancasila.Pemimpin nasional yang yang mendasarkan kepemimpinan pada nilai-nilai Pancasila adalah pemimpin yang ber-Tuhan, bermoral dan benar-benar menjalankan kehadirannya di dunia untuk mensejahterakan manusia dan menjaga keutuhan alam.
Dalam pembahasan kepemimpinan modern, terkenal istilah spiritual leadership, authentic and practical leadership, morality leadership, ataupun prophetic leadership. Inti dari semua itu, bahwa kepemimpinan adalah amanah dan pemberian Tuhan harus dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Bukti dari pertanggungjawaban itu dapat terlihat dari kesejahteraan manusia dan lestarinya alam.
Seorang pemimpin harus menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila yang diwujdukan dalam sikap pro rakyat, pro poor, pro kesejahteraan, pro pengentasan kemiskinan, pro pendidikan murah dan berkualitas, pro kesehatan gratis. Pemimpin memberi jaminan keadilan sosial bagi anak-anaknya sehingga fakir miskin dan anak terlantar walaupun ada tetapi tidak ditelantarkan. Mereka tetap dijaga dan dipelihara oleh negara sesuai amanat pasal 34 UUD 1945.
Kemampuan ketiga adalah memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidangnya. Pemimpin harus memiliki pengetahuan luas serta memiliki keterampilan dan keahlian dalam bidang kepemimpinan. Oleh karena itu, pemimpin nasional yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat dituntut juga untuk memiliki pengetahuan dan kompetensi untuk merancang dan melaksanakan program-program pembangunan nasional.
Globalisasi serta interdependensi regional dan internasional telah menjadi kenyataan yang tidak dapat dihindari. Pemimpin nasional tidak hanya dituntut untuk berperan secara efektif di dalam negeri, tetapi juga harus mampu berkiprah di forum-forum regional dan internasional.
Masyarakat Indonesia telah menempatkan masalah kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) sebagai musuh utama bangsa yang harus diperangi. Pemimpin nasional diharapkan memiliki integritas dan moralitas yang tinggi, di samping menjunjung tinggi "rule of law" demi tegaknya "good governance" dan "clean government". Hanya dengan itu, pemimpin yang bersih dan berintegritas akan terwujud. Sudah cukup kita melihat pemimpin di pusat maupun daerah yang dicokok KPK atau Kejaksaan.
Kemampuan keempat seorang pemimpin harus memiliki soft skill yakni keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain maupun dirinya sendiri. Pemimpin yang memiliki soft skill berarti pemimpin yang mampu bekerja sama, memiliki motivasi kerja yang tinggi, bertanggung jawab, dapat mengatasi masalah dengan baik, jujur, mempunyai kepercayaan diri, ketrampilan berkomunikasi. Berbagai bukti-bukti menunjukkan bahwa penentu kesuksesan seorang pemimpin adalah personal yang memiliki keahilan dibidang soft skill.
Kemampuan lainnya adalah motivasi untuk menyelesaikan tugas. Pemimpin nasional yang memiliki motivasi kuat untuk menyelesaikan tugasnya akan mampu membawa negara atau daerah sampai ke puncak keberhasilan yaitu kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pemimpin nasional, selain mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, juga dapat mengoptimalkan semua bakat dan potensi sumber daya nasional yang dimiliki, bahkan meningkatkan nilai dari semua sumber daya yang dimiliki serta menghargai semua kualitas dan kompetensi sumber daya manusia.
Pemimpin nasional selalu meningkatkan interaksi antara dirinya dengan semua orang yang terlibat bersamanya dalam sebuah tugas ataupun pekerjaan.Interaksi menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa semua orang yang terlibat bersama sang pemimpin tidak tersingkir oleh jarak komunikasi. Lemhannas telah memiliki Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia yang sangat baik agar dapat digunakan dasar pengembangan kualitas Kepemimpinan di Indonesia yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Pemimpin nasional ini juga mampu mendorong rakyatnya untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam etika yang membangun kerjasama dan keyakinan dalam kepercayaan diri yang tinggi. Seorang pemimpin harus menjadi mentor buat anggotanya. Pemimpin yang baik harus dapat menjadi mentor yang dapat membimbing dan memberi dorongan motivasi, arahan dan pertimbangan serta menjadi inspirator bagi anggotanya. Pemimpin memiliki pengetahuan luas dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan anggotanya. Artinya pemimpin mampu membuat life skill anggotanya berkembang.
Seorang pemimpin yang menjadi mentor tidak memberikan ikan bagi anggotanya tetapi mengajarkan bagaimana membuat kail dan memancing ikan dengan tepat. Dengan demikian, Pemimpin nasional mampu mendorong rakyatnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aktivitas mentor dapat dibagi menjadi dua fungsi utama: pertama, mentor memberi bantuan untuk pengembangan diri anggotanya dan yang kedua mentor melakukan peran emosional dan sosial dengan menjadi rekan dekat yang dapat dipercaya oleh anggotanya.
Kemudian seorang pemimpin juga harus punya kemampuan membangun tim kerja. Pemimpin nasional yang dapat membangun tim kerja adalah Pemimpin yang membangun kesamaan visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai dengan terus melakukan brainstormingdengan seluruh tim sehingga sama-sama berusaha untuk mencapai tujuan. Pemimpin nasional menyadari bahwa tim yang mencapai tingkat kinerja yang tinggi tidak terdiri dari orang-orang yang benar-benar sama, melainkan tim yang terdiri dari para anggota yang mempunyai kecakapan-kecakapan yang saling melengkapi. "Leadership is getting objectives thru people" sehingga hasil tergantung dari effectiveness dari team work, bukan dari pemimpin seorang diri.
Fondasi dari sebuah tim kerja yang sukses dengan mengedepankan hubungan antar manusia, tim kerja yang efektif adalah saling mempedulikan satu dengan lainnya, membangun disiplin serta membangun komitmen agar tim dapat bekerja secara efektif.Pemimpin memiliki empati (empathy) sehingga mampu menyadari perasaan, kepentingan, kehendak, masalah atau kesusahan yang dirasakan oleh orang laindari perspektif mereka (Corey & Corey 1997; Rogers dlm Corey, Corey & Callahan 1998). Pemimpin yang memiliki sifat empati akan mampu mengembangkan potensi anggotanya, dan selalu berkeinginan untuk memenuhi kepentingan rakyatnya.
Menurut Khairul Ummah et al. (2003), sifat empati yang dimiliki pemimpin akan menghasilkan kepekaan, kepedulian terhadap kesulitan orang lain, dengan demikian Pemimpin akan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut dengan makna kita harus lebih competent dalam mendengar daripada berbicara, hindari "default listener" dan harus "open minded".
Dan yang tidak kalah penting seorang pemimpin harus memiliki communication skill. Pemimpin nasional yang berhasil pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga dapat meningkatkan partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin nasional yang piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal.Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan, dan lembut.
Komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh, sehingga Pemimpin tersebut mampu meyakinkan masyarakat dan mendapat dukungan dan kepercayaan dari rakyat untuk membawa dampak positif dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Indonesia adalah bangsa besar dengan potensi sumber daya alam yang melimpah serta jumlah penduduk terbanyak keempat dunia. Untuk menjadi bangsa yang maju, pilihlah pemimpin yang memiliki kemampuan teknis, dan soft skill yang dapat dilihat dari track record pemimpin pada masa sebelumnya.
Oleh: Edi Permadi
Peserta PPSA XXI Lemhannas RI