Kunjungi Korban Gempa di NTB, Ini yang Dilakukan Mensos

Menteri Sosial Idrus Marham mengunjungi dua posko pengungsi yang didirikan Kementerian Sosial yakni di Kecamatan Sembalun dan Kantor Desa Belanting, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Senin.  

Tiba di Posko Induk Kecamatan Sembalun, Mensos bergegas menuju ke Tenda Kesehatan. Sedikitnya ada 20 warga luka-luka dirawat. Seluruhnya adalah perempuan, lansia dan anak-anak. Untuk korban luka berat telah dirujuk ke Rumah Sakit Daerah Selong. 

"Ibu yang sabar dan tawakal ya. Allah sedang memberikan ujian bagi kita semua," tutur Mensos lirih seraya membetulkan posisi selimut seorang ibu yang terbaring di velbed.

Kepada ibu-ibu di tenda kesehatan itu Menteri menjelaskan kedatangannya adalah mewakili pemerintah untuk melihat langsung bagaimana bantuan untuk warga lainnya disalurkan. 

"Inshaa Allah semua diperhatikan kebutuhannya," tutur Mensos. 

Perempuan berkerudung hijau itu menitikkan air mata, demikian halnya pengungsi lain. Sejenak suasana hening, Mensos kemudian duduk di samping tempat tidur sambil menenangkan tangis sang ibu. 

"Kepada semua yang ada di sini saya ingin menyampaikan bahwa sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo seluruh masyarakat yang terkena dampak bencana ini harus segera ditolong, beliau menegaskan Negara harus hadir. Dalam pengertian pemerintah akan bertanggung jawab untuk segera memenuhi kebutuhan masyarakat. Bagi yang luka diberi bantuan dan pengobatan ditanggug pemerintah, yang meninggal diberikan santunan kepada ahli waris," terangnya. 

Idrus mengungkapkan sesuai tugas dan fungsi Kementerian Sosial dalam penanggulangan bencana, pada saat bencana Kemensos memiliki 3 tahapan langkah. 

Pertama, mengerahkan Tagana dan relawan sosial lainnya untuk melakukan evakuasi dan asesmen. 

Kedua, menyalurkan bantuan dan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan) dan penanganan khusus bagi kelompok rentan. 

Ketiga, melakukan advokasi sosial dan layanan dukungan psikososial. 

Menteri Idrus mengatakan untuk tahap awal, bantuan telah disalurkan berupa Paket Lauk Pauk, tenda gulung, matras, paket selimut, family kit, dan food ware. Bantuan ini berasal dari buffer stock atau stok penyangga di Dinas Sosial Provinsi NTB dan Dinas Sosial Kabupaten Lombok Timur. 

"Bantuan berikutnya segera disalurkan bertahap sambil menunggu proses asesmen berjalan. Nanti dari hasil asesmen tersebut kita akan ketahui kebutuhan mendesak pengungsi dan warga terdampak," katanya. 

Dalam kunjungan ini, Mensos juga menyerahkan santunan kepada ahli waris korban meninggal, bantuan untuk korban luka-luka, meninjau proses penyiapan makanan di Dapur Umum Tagana. 

"Atas nama pemerintah saya menyampaikan duka cita mendalam atas terjadinya musibah yang menimpa Bapak dan Ibu sekalian. Kita semua mendoakan kepada korban meninggal semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, kepada keluarga korban semoga diberikan kekuatan dan keikhlasan, serta kepada korban luka semoga segera pulih," tutur Mensos dihadapan para pengungsi. 

Hingga Senin pagi jumlah korban meninggal di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara sebanyak empat orang. Korban meninggal di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur sebanyak dua orang dan di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur sebanyak sembilan orang. 

"Jadi seluruhnya ada 15 orang. Hari ini akan diserahkan santunan untuk ahli waris sebesar Rp15 juta per jiwa dan bantuan untuk 40 orang korban luka-luka masing-masing sebesar Rp2,5 juta. Total bantuan yang disalurkan tahap pertama mencapai Rp657 juta," kata Menteri. 

Setelah menyerahkan bantuan, Mensos mengunjungi dapur umum untuk melihat sejauh mana proses penyiapan makanan untuk pengungsi. Kemensos mendirikan tiga dapur umum yakni Dapur Umum di Kantor Kecamatan Sembalun, Dapur Umum di Kantor Desa Belanting dan Dapur Umum di Kantor Desa Obel-obel Kecamatan Sambelia. Masing-masing dapur umum mampu menyiapkan 1.000—2.000 bungkus per hari. 

Dapur umum dikelola oleh Tagana. Jumlah Tagana Provinsi NTB yang dilibatkan sebanhak 100 orang. Dengan rincian yang berada di Kecamatan Sembalun sebanyak 30 orang, di Kecamatan Sambelia sebanyak 60 orang, dan di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara sebanyak 10 orang.

"Selain mengelola dapur umum, personel Tagana juga dikerahkan untuk memberikan Layanan Dukungan Psikososial bersama Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos). Tujuannya membantu pemulihan psikologis korban. Jangan sampai mereka mengalami stres maupun depresi karena bencana," tutur Mensos serius. 

LDP bagi anak-anak dilakukan dengan bermain, menceritakan dongeng, menyanyikan lagu-lagu, dan berbagai kegiatan kesenian lainnya. Sedangkan untuk orang dewasa trauma healing yang dilakukan berupa konseling. Harapannya, para korban bencana mampu melupakan kejadian gempa tersebut.

Selain trauma healing, hal paling penting lainnya adalah mitigasi, pelatihan dan persiapan untuk korban bencana sebelum bencana terjadi.

Sementara itu Ibu Hendi (42) yang tinggal di Tenda Kesehatan Posko Induk Kecamatan Sembalun mengaku tak menyangka gempa merobohkan seluruh bangunan rumahnya. Sambil mengusap air mata dengan ujung jilbabnya, manran TKI ini berkisah tentang kejadian gempa di Minggu pagi itu. 

"Saya sedang bersiap memasak, di rumah sedang ada 18 tamu dari Malaysia. Mereka baru menyelesaikan pendakian Rinjani. Saat gempa terjadi, semua berhamburan keluar. Tapi satu orang tamu tertinggal karena dia masih tidur," tuturnya terbata-bata. 

Di tengah kepanikan semua orang, Ibu Hendi mendengar suara anak perempuannya memanggil dari balik reruntuhan bangunan rumah. Ia pun bergegas mencari asal suara dan menemukan anak bungsu dari dua bersaudara itu kakinya tertimbun tembok dan atap yang roboh. 

"Setelah anak saya selamat kami mencari satu orang tamu yang juga tertimbun, namun ternyata saat ditemukan sudah meninggal dunia," kata dia. 

Anggota Tagana Lombok Timur Tahraini mengungkapkan warga merasakan trauma mendalam sejak gempa pertama kali mengguncang pada Mingg (29/7) pagi pukul 06.47 WITA. Gempa berkekuatan 6,4 SR itu berkedalaman 10 km terus diikuti gempa susulan hingga berpuluh-puluh kali. 

"Saya tak bisa lagi menghitung berapa kali gempa terjadi dan berapa kalinkami harus berlarian ke jalan raya. Frekuensinya sangat sering hingga warga tak ada yang berani tidur di dalam ruamg pada Minggu malam," katanya. 

Eni, demikian ia biasa disapa, menuturkan warga tidur di tenda-tenda yang mereka dirikan dengan terpal secara swadaya. Tenda mereka dirikan di depan rumah dan tak jauh dari tenda, sepeda motor warga terparkir rapi.

Berdasarkan pantauan, sepanjang jalan yang membentang antara Kecamatan Sembalun hingga Kecamatan Sambelia warga mendirikan tenda yang dihuni beberapa keluarga. Penghuni renda diprioritaskan pada anak-anak, para ibu dan lansia. Sementara para laki-laki berjaga tak jauh dari kendaraan yang mereka parkir.

"Sebagian mengungsi ke tenda Kemensos, tapi biasanya hanya sebentar untuk mengambil makanan. Lalu mereka kembali bertahan di dekat rumah karena mereka tidak mau meninggalkan harta benda atau karena mereka memiliki hewan ternak," katanya

Seperti diketahui pada Minggu (29/7) telah terjadi bencana gempa bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya 28 km barat laut Lombook Timur, NTB. Gempa berkekuatan 6,4 SR dengan kedalaman 10 km. Gempa terjadi pukul 06.47 WITA. Gempa tidak berpotensi tsunami.

Wilayah terdampak gempa bumi antara lain Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Barat. 

*Biro Hubungan Masyarakat* 
*Kementerian Sosial RI*