Mujiati, Sosok Nyata Pejuang Pendidikan

“Berjuang untuk pendidikan tidak mengenal suku, agama dan tanah kelahiran. Dimanapun tempatmu berpijak, kamu bisa menjadi pejuang pendidikan.” Agaknya prinsip itulah yang terus menghantarkan Bu Muji, konsisten bergerak untuk pendidikan Sula.

Muji tak bercita-cita  menjadi guru. Wanita kelahiran 1977 ini memilih untuk tetap berdiam di zona nyamannya ketika orang tua beliau bertransmigrasi dari pulau Jawa menuju Maluku Utara, tepatnya di desa Trans Modapuhi 24 tahun silam. Namun tiga tahun setelah sang ayah mencari nafkah di Indonesia Timur, beliau membawa Muji berharap ia bisa membantu keluarga di desa Trans. 

Muji punya garis tangan yang berbeda. Ketika melihat banyak anak-anak tidak sekolah, keresahan itu lahir. Mengagumkan ketika di usia 19 tahun, seorang Muji sudah mendirikan sebuah TK untuk anak-anak di desa Trans. 

Setelah mendulang nasib baik ditahun 2006, beliau mendapat tugas pertamanya sebagai guru PNS di SD Wainib, Kecamatan Sulabesi Selatan. Berjalan kaki selama tiga jam bukan hambatan, belum lagi di sana hanya ada Kepala Sekolah, Muji sebagai guru dan penjaga sekolah. 

Tentu mengajar enam kelas secara rangkap tak bisa dihindari, “Baju anak-anak selalu dalam keadaan kotor karena makan Jambu Mente, belum lagi rambut para siswa perempuan penuh kutu. Jadi selama seminggu giliran per kelas, saya kasih mandi anak-anak, potong rambut & potong kuku.” Kenang wanita sarjana PGSD tersebut diselingi tawa menceritakan kendala lainnya saat mengajar di SD Inpres Wainib kala itu.

Satu hal yang terpatri dalam pola pikir Bu Muji. Kurikulum yang sempurna dan fasilitas sekolah memadai, tak bisa menjadi penjamin kemajuan pendidikan. Ketika kualitas guru masih rendah maka mustahil untuk mencetak generasi yang pintar, berakhlak dan beragama. 

Setelah dimutasi, delapan tahun lamanya segenap ilmu dan tenaga beliau curahkan di SD Inpres 1, kecamatan Falabisahaya. Siapa sangka selama itu pula karir beliau terus menanjak. 

Pemateri Kelompok Kerja Guru di seluruh wilayah kecamatan se-Kabupaten Kep. Sula, Instruktur Kabupaten dalam pemantapan Kurikulum 2013 dipilih oleh LPMD Provinsi Maluku Utara, hingga puncaknya tahun 2014 beliau lolos seleksi calon kepala sekolah dengan nilai paling memuaskan se-kabupaten Kep. Sula & hasil laporan  magang beliau dikirim ke pusat sebagai contoh laporan terbaik. 

Tahun 2017, beliau akhirnya berpindah ke SD Negeri 1 Falabisahaya sebagai kepala sekolah, setelah setahun sebelumnya menjadi guru di SD Inpres 2 Falabisahaya. 

Tak sampai sebulan menjabat sebagai kepala sekolah, beliau kembali diberi ujian oleh Allah. Sebuah penyakit yang mengharuskan beliau melakukan beberapa kali kemoterapi. 

“Apapun niatmu selama itu baik, maka lanjutkan. Tuhan akan kabulkan dengan jalan-Nya.” Itulah motto hidup yang terus wanita 41 tahun ini pegang dalam menjalani kehidupan. Menjabat sebagai ketua induk klaster k13, Bu Muji mengayomi delapan SD imbas di Kecamatan Falabisahaya. 

Selama itu pula beliau menjadi motivator, memberi kepercayaan diri dan meningkatkan kualitas guru-guru binaannya. Walaupun sudah malang melintang, tidak serta merta membuat Bu Muji merasa senior, karena beliau sadar terkadang ada hal yang ia tidak tahu tetapi orang lain tahu. Maka selama itu pula ia menjadi fakir ilmu yang merasa perlu belajar lagi dan lagi. 

Terkadang beliau sering menitikkan air mata jika mengingat perjalanan selama 19 tahun bergelut dalam dunia pendidikan. Walaupun diselimuti rasa optimis, ada masa dimana beliau merasa berjalan sendiri menapaki jalan bebatuan untuk kemajuan pendidikan karena belum menemukan sosok yang benar-benar menjadi teman bercurah ide dan pikiran. 

Haparan beliau sangat sederhana, yaitu setiap masyarakat mau ikut melangkah menapaki jalan berbatu dan membahu bersama untuk pendidikan Sula yang lebih cerah.


Yosa Lanovastia