Stunting di Banten Meningkat, Ini Penyebabnya...

Tahun ini, penderita gizi buruk atau stunting pada balita di Kota Serang, Banten, meningkat dibanding 2018.

DOK. Kementerian Kesehatan RI    

Tercatat sebanyak 86 balita menderita stunting saat ini, sementara pada 2018 hanya 62 balita. Jika dikalkulasi, total penderita stunting di Provinsi Banten pada awal tahun 2019 sebanyak 2.934 anak.

Wali Kota Serang, Syafrudin, mengatakan penderita stunting pada balita paling banyak terdapat di Kecamatan Kasemen, Serang, Banten. Di kecamatan tersebut, memang terkenal sebagai kawasan yang kumuh.

"Data penderita stunting ini lebih tinggi dari bulan November tahun 2018 yang hanya 62 balita. Saat ini kasus stunting masih ada di Kota Serang, jumlahnya ada 86 balita,” kata Syafrudin beberapa waktu lalu.

Sementara Tiara Luthfie, Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi, pada Dinkes Banten ditemui disela-sela acara sosialisasi pangan sehat yang diadakan PP Aisyiyah mengatakan penyebab balita stunting di Banten sebagian besar disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga.

“Sebanyak 50% penyebabnya adalah ekonomi dan kurangnya pengetahuan orang tua, 37% karena kesalahan pola asuh dan 13% karena adanya penyakit penyerta,” papar Tiara.

Salah satu yang sering ditemui adalah kesalahan pemberian makanan pendamping ASI.

“Masyarakat memberikan makanan pendamping ASI nya itu macam-macam dan tidak berkualitas, bubur campur kecap, susu formula dan susu kental manis,” kata Tiara.

“Saya sangat tidak menganjurkan anak dibawah 2 tahun diberikan susu kental manis, karena kandungan gulanya sangat tinggi,” terangnya.

Kota Serang menargetkan pada 2020 mendatang sudah tidak ada lagi gizi buruk di Serang. Upaya penanganannya terus dilakukan dengan memberi bantuan kesehatan gizi, susu dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit yang mengandung karbohidrat dan lemak supaya cukup gizi bagi kondisi balita yang tidak stabil.