Jubir PA 212 Soal HRS: Dana Masalah Kecil, Status Cekal Cabut Dulu!
Juru Bicara Persatuan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin merespon sejumlah komentar miring soal pemulangan Habib Rizieq Shihab (HRS). Menurut dia, pangkal perkara terkendalanya pemulangan petinggi FPI itu bukan di ongkos tiket atau ketidakmampuan membayar denda over-stay.
"Dana masalah kecil buat kita. Tapi yang pasti status pencekalan HRS dicabut dulu. Karena dicekal, jadi overstay bukan karna overstay baru dicekal," kata Novel tadi malam lewat pesan WhatsApp.
Ia menduga sejumlah elit dari kubu 01 yang turut serta dalam upaya pencekalan Rizieq agar tidak bisa kembali ke Indonesia. Sehingga terkesan "lepas tangan" dan tidak merasa berkepentingan.
"Kalau elit dari 01 bukan lepas tangan tapi sudah diduga kuat memang oknum-oknum itulah yang mempunyai wewenang untuk mencekal HRS," sebut Novel.
Menurutnya, kepergian Rizieq ke Arab Saudi karena merasa negara sudah tidak bisa lagi membela warga negaranya. Seperti diketahui, sebelum hengkang ke luar negeri, Rizieq tersangkut sejumlah kasus hukum antara lain tersangka dalam kasus dugaan chat berkonten pornografi dengan Firza Husein.
"Sehingga nyawa HRS sudah sangat terancam dan beliau mengikuti jejak kakeknya yaitu Rasulullah dengan cara berhijrah untuk terus menyusun perjuangan agar berlanjut," kata Novel.
Mantan Kepala BIN, A.M. Hendropriyono menanggapi santai ketika dimintai pendapatnya soal pemulangan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Dia malah mengutip penggalan lagu Rhoma Irama yang berjudul: Kegagalan Cinta. "Kau yang mulai, kau yang mengakhiri."
Penggalan lirik lagu itu dilantunkan tokoh militer dan intelijen Indonesia itu, merespon pertanyaan wartawan saat bertandang ke Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta kemarin.
Politisi senior Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mendatangi gedung parlemen dalam rangka menjumpai Ketua DPR Bambang Soesatyo. Mereka menggelar pertemuan tertutup. "Tukar pikiran tentang situasi nasional Indonesia," ungkap Hendro di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Ketika disinggung soal pemulangan Habib Rizieq, Hendropriyono sempat dua kali menanyakan kenapa Rizieq minta pulang. "Pulang saja. Kenapa minta pulang," tanya purnawirawan bintang empat itu.
Jika kendala kepulangan Rizieq adalah denda lantaran over stay yang mencapai sebesar Rp 110 juta per-kepala, menurut Hendropriyono, harusnya bukanlah perkara sulit bagi Rizieq. Tinggal bayar saja.
"Bayar aja susah amat. Begini dulu ada lagu, kau yang mulai, kau yang mengakhiri. Dia pergi, pulang sendiri," tandasnya.
Namun, ia tidak sependapat dengan iming-iming wacana rekonsiliasi, yang sempat didengungkan sejumlah kalangan. Menurutnya hal itu tidak lazim. Sebab, sedari awal, kata dia tidak ada yang menginginkan perpecahan.
"Siapa yang suruh bertentangan, sehingga ribut rekonsiliasi? Dalam demokrasi Pancasila tidak ada rekonsiliasi," sebut Hendropriyono.
"Karena tidak ada bermusuhan, persatuan Indonesia. Kalau dibiarin ribut terus, tentara ribut ama polisi, tentara polisi ribut ama rakyat, kapan berhentinya," sambungnya.
Selain itu, mantan Ketua Umum PKPI ini juga berkomentar soal kekuatan oposisi. Menurutnya, oposisi tidak perlu.
Dasar pijakan argumentasi dia itu adalah butir ketiga Pancasila, yakni persatuan Indonesia. Kekuatan oposisi memang dianggapnya tidak ada, sehingga tidak perlu diadakan rekonsiliasi.
"Kalau tidak ada oposisi, tidak usah kalian pada ribut. Rekonsiliasi begini tidak ada. Dalam Pancasila itu persatuan Indonesia, tidak ada oposisi. Semuanya memerintah bersama-sama," cetusnya.
Analis Politik dari Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai perkara Rizieq ini punya dampak politik. Sebab hingga saat ini pendukungnya masih banyak.
"Paling tidak polemik gaduh itu akan tetap ada. Cuma kan bagaimana pemerintah meminimalisir potensi kegaduhan ini," kata Pangi tadi malam.
"Karena Presiden nggak lagi ngurus Habib Rizieq harusnya. Tapi mengurus ekonomi, bagaimana ekonomi ini bisa terselamatkan. Dengan defisit kebijakan fiskal sekarang kan negara harus punya suntikan sana tambahan, pinjaman asing. Kalau Jokowi sibuk ngurusi Habib Rizieq, nanti Jokowi nggak jadi Presiden donk," tambahnya.
Kendati demikian, ia tidak bisa menampik alasan penegak hukum yang akan menyebut ranah tersebut tidak ada intervensi Presiden.
"Mungkin ingin memberi pembelajaran, bisa jadi. Atau memang ada jalan tengah. Saya sih harapnya ada jalan tengah. Supaya di bawah ini nggak riuh, nggak gaduh. Jadi guyub ," saran Pangi.
Guyub itu kata dosen Politik UIN Syarief Hidayatullah bisa terjadi kalau ada jaminan dari Jokowi terhadap Habib Rizieq. "Mungkin sudah pulang jauh-kauh hari. Sekarang belum pulang kan karena nggak ada jaminan itu," tandas Pangi.
"Dia bebas atau ditahan. Cuma dua itu pilihannya," pungkasnya.
|
"Dana masalah kecil buat kita. Tapi yang pasti status pencekalan HRS dicabut dulu. Karena dicekal, jadi overstay bukan karna overstay baru dicekal," kata Novel tadi malam lewat pesan WhatsApp.
Ia menduga sejumlah elit dari kubu 01 yang turut serta dalam upaya pencekalan Rizieq agar tidak bisa kembali ke Indonesia. Sehingga terkesan "lepas tangan" dan tidak merasa berkepentingan.
"Kalau elit dari 01 bukan lepas tangan tapi sudah diduga kuat memang oknum-oknum itulah yang mempunyai wewenang untuk mencekal HRS," sebut Novel.
Menurutnya, kepergian Rizieq ke Arab Saudi karena merasa negara sudah tidak bisa lagi membela warga negaranya. Seperti diketahui, sebelum hengkang ke luar negeri, Rizieq tersangkut sejumlah kasus hukum antara lain tersangka dalam kasus dugaan chat berkonten pornografi dengan Firza Husein.
"Sehingga nyawa HRS sudah sangat terancam dan beliau mengikuti jejak kakeknya yaitu Rasulullah dengan cara berhijrah untuk terus menyusun perjuangan agar berlanjut," kata Novel.
Mantan Kepala BIN, A.M. Hendropriyono menanggapi santai ketika dimintai pendapatnya soal pemulangan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Dia malah mengutip penggalan lagu Rhoma Irama yang berjudul: Kegagalan Cinta. "Kau yang mulai, kau yang mengakhiri."
Penggalan lirik lagu itu dilantunkan tokoh militer dan intelijen Indonesia itu, merespon pertanyaan wartawan saat bertandang ke Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta kemarin.
Politisi senior Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mendatangi gedung parlemen dalam rangka menjumpai Ketua DPR Bambang Soesatyo. Mereka menggelar pertemuan tertutup. "Tukar pikiran tentang situasi nasional Indonesia," ungkap Hendro di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Ketika disinggung soal pemulangan Habib Rizieq, Hendropriyono sempat dua kali menanyakan kenapa Rizieq minta pulang. "Pulang saja. Kenapa minta pulang," tanya purnawirawan bintang empat itu.
Jika kendala kepulangan Rizieq adalah denda lantaran over stay yang mencapai sebesar Rp 110 juta per-kepala, menurut Hendropriyono, harusnya bukanlah perkara sulit bagi Rizieq. Tinggal bayar saja.
"Bayar aja susah amat. Begini dulu ada lagu, kau yang mulai, kau yang mengakhiri. Dia pergi, pulang sendiri," tandasnya.
Namun, ia tidak sependapat dengan iming-iming wacana rekonsiliasi, yang sempat didengungkan sejumlah kalangan. Menurutnya hal itu tidak lazim. Sebab, sedari awal, kata dia tidak ada yang menginginkan perpecahan.
"Siapa yang suruh bertentangan, sehingga ribut rekonsiliasi? Dalam demokrasi Pancasila tidak ada rekonsiliasi," sebut Hendropriyono.
"Karena tidak ada bermusuhan, persatuan Indonesia. Kalau dibiarin ribut terus, tentara ribut ama polisi, tentara polisi ribut ama rakyat, kapan berhentinya," sambungnya.
Selain itu, mantan Ketua Umum PKPI ini juga berkomentar soal kekuatan oposisi. Menurutnya, oposisi tidak perlu.
Dasar pijakan argumentasi dia itu adalah butir ketiga Pancasila, yakni persatuan Indonesia. Kekuatan oposisi memang dianggapnya tidak ada, sehingga tidak perlu diadakan rekonsiliasi.
"Kalau tidak ada oposisi, tidak usah kalian pada ribut. Rekonsiliasi begini tidak ada. Dalam Pancasila itu persatuan Indonesia, tidak ada oposisi. Semuanya memerintah bersama-sama," cetusnya.
Analis Politik dari Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai perkara Rizieq ini punya dampak politik. Sebab hingga saat ini pendukungnya masih banyak.
"Paling tidak polemik gaduh itu akan tetap ada. Cuma kan bagaimana pemerintah meminimalisir potensi kegaduhan ini," kata Pangi tadi malam.
"Karena Presiden nggak lagi ngurus Habib Rizieq harusnya. Tapi mengurus ekonomi, bagaimana ekonomi ini bisa terselamatkan. Dengan defisit kebijakan fiskal sekarang kan negara harus punya suntikan sana tambahan, pinjaman asing. Kalau Jokowi sibuk ngurusi Habib Rizieq, nanti Jokowi nggak jadi Presiden donk," tambahnya.
Kendati demikian, ia tidak bisa menampik alasan penegak hukum yang akan menyebut ranah tersebut tidak ada intervensi Presiden.
"Mungkin ingin memberi pembelajaran, bisa jadi. Atau memang ada jalan tengah. Saya sih harapnya ada jalan tengah. Supaya di bawah ini nggak riuh, nggak gaduh. Jadi guyub ," saran Pangi.
Guyub itu kata dosen Politik UIN Syarief Hidayatullah bisa terjadi kalau ada jaminan dari Jokowi terhadap Habib Rizieq. "Mungkin sudah pulang jauh-kauh hari. Sekarang belum pulang kan karena nggak ada jaminan itu," tandas Pangi.
"Dia bebas atau ditahan. Cuma dua itu pilihannya," pungkasnya.