Kantor Wapres: Minim Informasi Adalah Penyebab Terjadinya Stunting

Pemerintah menyiapkan rencana bersama pelaksanaan kampanye perubahan perilaku untuk mendukung percepatan pencegahan stunting. Langkah Ini ditempuh agar mengefektifkan penyelenggaraan kampanye, sehingga bisa mendongkrak kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang stunting dan mendorong perubahan perilaku masyarakat.

  • Penandatanganan komitmen oleh 72 kepala daerah kabupaten/kota prioritas nasional untuk percepatakan pencegahan stunting, Juli lalu. (Foto: Sekretariat Wakil Presiden)

"Rencana bersama ini disusun dengan menyelaraskan kegiatan yang dikelola Kemenkes dan Kominfo, sehingga kampanye bisa maksimal, mendukung percepatan pencegahan stunting. Dua lembaga ini adalah koordinator penyelenggaraan Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan Perilaku dalam Program Percepatan Pencegahan Stunting," ungkap Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Kantor Wakil Presiden RI, Bambang Widianto di sela-sela Workshop Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan Perilaku di Hotel Morrisey, Jakarta, Kamis (1/8).

Penyelarasan yang dilakukan menjadi dasar pelaksanaan aksi komunikasi yang konvergen hingga tingkat desa, dimana ada konsistensi pesan, saluran, materi kampanye, bahkan indikator pemantuan kegiatan dan evaluasi. Konsistensi ini akan membuat penyebaran pesan jadi lebih efektif, sehingga diharapkan mempercepat penciptaan pemahaman tentang stunting dan mendukung perubahan perilaku masyarakat.

Bambang mengatakan, stunting atau kerdil pada anak sebagai akibat kekurangan gizi kronis tidak hanya dialami keluarga miskin, namun juga mereka yang berstatus keluarga mampu atau berada. Stunting, kata dia, tidak hanya menganggu pertumbuhan fisik, namun juga terganggunya perkembangan otak.

Berdasarkan Global Nutrition Report 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami beban gizi ganda. Namun demikian, dalam kurun waktu lima tahun terakhir telah terjadi penurunan prevalensi stunting dari 37,2 persen di 2013 menjadi 30,8 persen di 2018.

Salah satu penyebab masih tingginya angka stunting di Indonesia, lanjut Bambang, adalah kurangnya informasi pada masyarakat tentang pentingnya memperhatikan asupan gizi dan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak dibawah usia dua tahun.

 "Masyarakat kerap memandang sepele soal pemberian makan untuk anak, juga kebersihan diri, termasuk cuci tangan pakai sabun (CTPS), atau efek dari buang air besar (BAB) sembarangan karena enggan menggunakan jamban. Padahal faktor-faktor tersebut sangat berkaitan erat dengan stunting," tuturnya.

Kasubdit Komunikasi Informasi dan Edukasi, Kementerian Kesehatan, Herawati Hana mengatakan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) menjadi kunci dalam upaya perubahan perilaku untuk pencegahan stunting di Indonesia. Kementerian Kesehatan akan memaksimalkan peran tenaga kesehatan dan kader posyandu untuk mengkomunikasikan pesan-pesan mendukung perubahan perilaku di seluruh pelosok Indonesia.

"Ada 6 perilaku utama pencegah stunting yang menjadi fokus pesan kampanye, yaitu ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD), termasuk rutin mengikuti kelas ibu hamil; Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA); mengunjungi posyandu sebulan sekali untuk memantau tumbuh kembang anak, penggunaan jamban sehat, dan cuci tangan pakai sabun (CTPS)," paparnya.

Sementara itu, Direktur Informasi dan Komunikasi PMK, Kementerian Komunikasi dan Informatika Wiryanta mengatakan sebagai koordinator kampanye nasional, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan kampanye menggunakan berbagai media, TV, Radio, media cetak, online, medsos sampai pertunjukan rakyat dan forum. Berbagai aksi komunikasi tersebut mayoritas menyasar perempuan usia remaja, ibu hamin dan ibu dengan anak usia di bawah dua tahun. (*)