10 Pabrik Gula Rampung, Mentan: Sebentar Lagi Swasembada
Di akhir masa jabatannya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengaku bahagia. Karena target yang diberikan Presiden Joko Widodo untuk mendirikan 10 pabrik gula di tanah air, tercapai.
Di akhir masa jabatannya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengaku bahagia. Karena target yang diberikan Presiden Joko Widodo untuk mendirikan 10 pabrik gula di tanah air, tercapai.
BLITAR- Kesepuluh pabrik gula berbasis tebu sudah berdiri di sejumlah daerah, antara lain Kabupaten Blitar, Lamongan, Blora, Ogan Komering Ilir (OKI), Jeneponto dan Kabupaten Sumba NTT.
“Alhamdulillah," kata Mentan Amran kepada wartawan saat mengunjungi Pabrik Gula PT Rejoso Manis Indo (RMI), Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Rabu (9/10).
Dengan 10 pabrik ini, kata Amran produksi gula putih dapat digenjot hingga 3,5 juta ton. Dari sebelumnya 2,5 juta ton. Sehingga kekurangan 300-500 ribu ton selama ini akan tertutupi. Bahkan berlebih.
"Kalau ini semua bisa terlaksana secara optimal, maka kita sebentar lagi bisa swasembada gula putih. Tinggal 2 lagi yang belum diresmikan," tandasnya.
Pekerjaan rumah (PR) selanjutnya, kata Amran adalah membangun pabrik gula rafinasi. Gula untuk kebutuhan industri ini masih diimpor. Perkiraannya, butuh 10 sampai 15 pabrik gula rafinasi baru. Jika itu terlaksana, Indonesia tidak perlu impor gula rafinasi lagi. "Indonesia akan swasembada gula putih dan gula rafinasi," lanjutnya.
Namun, Amran menolak berbicara lebih jauh terkait kebijakan Kementan akan datang. Karena, saat ini dirinya sudah di akhir masa jabatan. 10 hari lagi. Saat dicandai wartawan, ia tidak tahu apakah jabatannya sebagai Mentan akan berlanjut atau tidak. "Ah wartawan memang paling pintar mancingnya," kelakarnya.
Namun, yang pasti upayanya dalam membangun pabrik gula baru itu harus melewati berbagai rintangan. Hingga saat ini, bahkan masih banyak yang meragukan produktifitas lahan tebu dan pabrik gula yang baru berdiri itu.
"Misalnya, ada yang protes bahwa lahan di Bombana tidak layak. Tapi terbukti produksinya 140 ton," tutur Amran.
Amran yang mengaku pernah puluhan tahun bekerja di pabrik tebu itu memberikan solusi untuk meningkatkan produktifitas panen tebu. Sebab, berdasarkan laporan PT RMI produktifitas lahan tebu yang memasok pabrik gula tersebut rata-rata masih di kisaran 60 ton perhektar. Saat ini, kata Amran sudah ada teknologi baru yang bisa menggenjot panen tebu di atas 100 ton per hektar.
"Seperti drip irrigation. Dengan penggunaan teknologi baru ini, produksi meningkat dua kali lipat,” jelasnya.
Ia optimis, perputaran ekonomi di daerah sekitar pabrik gula akan menggeliat. Selain membuka lapangan kerja baru sebagai pekerja pabrik dan perkebunan plasma, peluang bisnis lainnya juga otomatis akan terbuka.
"Karena pabrik gula merupakan usaha yang padat karya," tutupnya.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono juga mengaku bersyukur ke 10 pabrik gula akhirnya berdiri di Indonesia. Tugas selanjutnya kata Kasdi adalah bagaimana agar pasokan tebu ke pabrik-pabrik tersebut terpenuhi secara maksimal.
“Pemerintah akan membantu dalam perluasan areal plasma melalui penyediaan lahan, pembersihan lahan, pemberian bantuan benih dan pupuk, serta bimbingan teknis," tandas Kasdi.
BLITAR- Kesepuluh pabrik gula berbasis tebu sudah berdiri di sejumlah daerah, antara lain Kabupaten Blitar, Lamongan, Blora, Ogan Komering Ilir (OKI), Jeneponto dan Kabupaten Sumba NTT.
“Alhamdulillah," kata Mentan Amran kepada wartawan saat mengunjungi Pabrik Gula PT Rejoso Manis Indo (RMI), Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Rabu (9/10).
Dengan 10 pabrik ini, kata Amran produksi gula putih dapat digenjot hingga 3,5 juta ton. Dari sebelumnya 2,5 juta ton. Sehingga kekurangan 300-500 ribu ton selama ini akan tertutupi. Bahkan berlebih.
"Kalau ini semua bisa terlaksana secara optimal, maka kita sebentar lagi bisa swasembada gula putih. Tinggal 2 lagi yang belum diresmikan," tandasnya.
Pekerjaan rumah (PR) selanjutnya, kata Amran adalah membangun pabrik gula rafinasi. Gula untuk kebutuhan industri ini masih diimpor. Perkiraannya, butuh 10 sampai 15 pabrik gula rafinasi baru. Jika itu terlaksana, Indonesia tidak perlu impor gula rafinasi lagi. "Indonesia akan swasembada gula putih dan gula rafinasi," lanjutnya.
Namun, Amran menolak berbicara lebih jauh terkait kebijakan Kementan akan datang. Karena, saat ini dirinya sudah di akhir masa jabatan. 10 hari lagi. Saat dicandai wartawan, ia tidak tahu apakah jabatannya sebagai Mentan akan berlanjut atau tidak. "Ah wartawan memang paling pintar mancingnya," kelakarnya.
Namun, yang pasti upayanya dalam membangun pabrik gula baru itu harus melewati berbagai rintangan. Hingga saat ini, bahkan masih banyak yang meragukan produktifitas lahan tebu dan pabrik gula yang baru berdiri itu.
"Misalnya, ada yang protes bahwa lahan di Bombana tidak layak. Tapi terbukti produksinya 140 ton," tutur Amran.
Amran yang mengaku pernah puluhan tahun bekerja di pabrik tebu itu memberikan solusi untuk meningkatkan produktifitas panen tebu. Sebab, berdasarkan laporan PT RMI produktifitas lahan tebu yang memasok pabrik gula tersebut rata-rata masih di kisaran 60 ton perhektar. Saat ini, kata Amran sudah ada teknologi baru yang bisa menggenjot panen tebu di atas 100 ton per hektar.
"Seperti drip irrigation. Dengan penggunaan teknologi baru ini, produksi meningkat dua kali lipat,” jelasnya.
Ia optimis, perputaran ekonomi di daerah sekitar pabrik gula akan menggeliat. Selain membuka lapangan kerja baru sebagai pekerja pabrik dan perkebunan plasma, peluang bisnis lainnya juga otomatis akan terbuka.
"Karena pabrik gula merupakan usaha yang padat karya," tutupnya.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono juga mengaku bersyukur ke 10 pabrik gula akhirnya berdiri di Indonesia. Tugas selanjutnya kata Kasdi adalah bagaimana agar pasokan tebu ke pabrik-pabrik tersebut terpenuhi secara maksimal.
“Pemerintah akan membantu dalam perluasan areal plasma melalui penyediaan lahan, pembersihan lahan, pemberian bantuan benih dan pupuk, serta bimbingan teknis," tandas Kasdi.