Nasdem Jenguk PKS Yang Ditinggal "Sendirian" Oposisi, What Next?

Dalam kunjungan itu, Ketum Partai Nasdem Surya Paloh memboyong rombongan besar. Ada 13 pengurus pusat yang dibawa dengan menggunakan bis. Mereka tiba sekitar pukul 4 sore. 
Partai Nasdem bertandang ke markas PKS di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, kemarin sore. Mereka datang menjenguk sang oposisi yang lagi "sendiri". Ditinggal partai-partai rival Jokowi di Pilpres lalu, putar haluan mendukung pemerintahan.

  • SALAM KOMANDO. Ketum Partai Nasdem Surya Paloh saat bersilaturahmi ke markas PKS di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, kemarin. Foto: Twitter @PKSejahtera

JAKARTA - Dalam kunjungan ini, Ketum Partai Nasdem Surya Paloh memboyong rombongan besar. Ada 13 pengurus pusat yang dibawa dengan menggunakan bis. Mereka tiba sekitar pukul 4 sore.

Sang ketum tampak turun terlebih dahulu. Menyusul kemudian Sekjen NasDem Jhony Plate, Bendahara Umum NasDem Ahmad Ali dan para Ketua DPP NasDem seperti Rachmad Gobel, Taufik Basari, Hasan Aminudin, Willy Aditya, Martin Manurung, Zulfan Lindan, Sugeng Suparwoto dan Taufiq Qulhadi. Termasuk Sekretaris Fraksi Partai NasDem Saan Mostafa.

Paloh tampil dengan jas hitam dan kemeja putih di dalamnya. Sementara yang lain kompak berseragam almamater biru. Dengan logo Partai Nasdem melekat di dada sebelah kiri.

Di halaman kantor, kedatangan mereka disambut lebih dulu oleh Sekjen PKS Mustafa Kamal dan beberapa pengurus Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) PKS. Sementara para petinggi lainnya menunggu di dalam. "Assalamualaikum," ucap Paloh. "Waalaikumsalam," jawab para petinggi PKS kompak, yang sudah stand-by, berdiri.

Paloh menghampiri Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Aljufri. Dia berdiri di posisi paling depan. Keduanya bersalaman, cipika-cipiki dan tampak sejenak bercakap-cakap. Lalu menyalami Presiden PKS Sohibul Iman, Wakil Majelis Syuro Hidayat Nur Wahid, dan petinggi PKS lainnya.

Suasana kehangatan dan keakraban terpancar dari penyambutan ini. Tak hanya dengan Paloh, tapi juga terhadap pengurus Nasdem lainnya. Seperti sebuah keluarga yang lama tak berjumpa.

"Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan penuh rasa persaudaraan, Partai NasDem, Bang Surya, menyebut PKS saudara tua. Ini kami sangat tersanjung sebagai tuan rumah," beber Sekjen Mustafa usai pertemuan, kemarin.

Pertemuan kedua partai ini berlangsung sekitar 1 jam. Hasilnya, ada 3 kesepahaman politik yang disepakati.

"Pertama, saling menghormati sikap konstitusional dan pilihan politik masing-masing partai. Partai Nasdem menghormati sikap dan pilihan politik PKS untuk berjuang membangun bangsa dan negara dari luar pemerintahan. Di saat yang sama, PKS juga menghormati sikap dan pilihan politik Nasdem yang berjuang di dalam pemerintahan," baca Mustafa.

Perbedaan sikap politik kedua partai tersebut, lanjut dia, tidak menjadi penghalang bagi NasDem dan PKS untuk berjuang bersama-sama menjaga demokrasi agar tetap sehat. Dengan memperkuat fungsi checks and balances di DPR RI. Demokrasi yang sehat itu penting, untuk mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia baik di bidang politik, ekonomi, keagamaan, pendidikan, kesehatan, budaya dan lainnya.

Kedua, senantiasa menjaga kedaulatan NKRI dengan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan UUD NKRI Tahun 1945 dengan baik dan benar, keluhuran akhlak dan keteladanan para elit sebagai dasar-dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta tidak memberikan tempat kepada tindakan separatisme, komunisme, terorisme, radikalisme, intoleransi dan lainnya yang bertentangan dengan empat konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Ketiga, kami menyadari bahwa takdir sosiologis dan historis bangsa Indonesia adalah warisan sejarah kerja sama para pendiri bangsa antara kelompok nasionalis yang memuliakan nilai-nilai Agama dengan kelompok Islam yang memegang teguh nilai-nilai kebangsaan," sambungnya.

Oleh karena itu, baca Mustafa bagi generasi penerus dari dua komponen bangsa tersebut harus mampu menjaga warisan sejarah pendiri bangsa ini dengan saling menghormati, saling memahami dan saling bekerjasama, dalam rangka menjaga kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan partai atau golongan.

Di luar 3 kesepahaman itu, pertemuan tersebut kata Paloh tidak membahas masalah Pilpres 2024. "Masih jauh sekali. Doakan aja agar kami tetap sehat wal afiat," kata Paloh, menjawab pertanyaan wartawan.

Dia melanjutkan, bahwa semangat dari pertemuan ini adalah membangun kebersamaan. Mencari lebih banyak persamaan dan mencoba untuk menepis perbedaan yang ada.

Termasuk soal kemungkinan NasDem menjadi oposisi pemerintah. Menurut Paloh, kemungkinan menjadi oposisi itu selalu ada. “Seluruh kemungkinan kan ada saja,” sebutnya.

Begitu pula sebaliknya. Bisa saja, kata Paloh, PKS yang kini berkeras berada di luar pemerintahan, ikut merapat ke pemerintahan.

Terlepas dari semua itu, ia meyakini bahwa demokrasi yang sehat membutuhkan check and balances. Pemerintahan yang sehat, kata dia, pasti memerlukan kritik. Ia mengaku khawatir jika kritik hilang dalam demokrasi.

“Tapi yang kami sepakati pikiran kritis ini dilandasi oleh niat baik,” imbuhnya.

Sementara Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan bahwa pertemuan antara Nasdem dan PKS ini sebenarnya adalah Pertemuan lanjutan. Sebelumnya Sohibul mengaku sudah lebih dulu ke tempat Paloh. "Walaupun tidak di kantor Nasdem bang ya?," tutur Sohibul, sambil menoleh ke Paloh. Lalu direspons Paloh dengan anggukan.

Akan tetapi, pertemuan itu, lanjut Sohibul berlangsung sebelum Pilpres. Dia tidak datang sendiri. Melainkan ditemani oleh Sekjen dan Bendum PKS. Sementara Paloh, ketika itu ditemani Sekjen Jhony Plate dan Willy Aditya. "Nah dari situ, terjadilah komunikasi antara saya dan Bang Surya," sebutnya.

Komunikasi dengan Nasdem terus berlanjut, kata Sohibul ketika menghadiri Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden belum lama ini. Yang kebetulan, ketika itu jadwal pelantikan sempat molor.

"Nah dari situlah Bang Surya menyampaikan: Dinda, udah kita bikin pertemuan yang lebih formal antara Nasdem dan PKS. Saya akan datang ke PKS," imbuh Sohibul menirukan perkataan Paloh ketika berbincang dengannya.

Bos PKS itu menegaskan bahwa, pertemuan ini adalah bagian dari ikhtiar partai politik untuk membangun kualitas demokrasi yang lebih baik. Sebab melihat dinamika politik dewasa ini, orang dapat dengan mudah menuduh posisi politik yang berbeda sebagai permusuhan. Nah, pandangan demikian terbantahkan oleh pertemuan ini.

"Bang Surya di dalam pemerintahan, kami di luar pemerintahan, tidak menyebabkan kami bermusuhan. Kami bisa bersinergi," tegasnya.

Sinergi yang dimaksud, kata Sohibul antara lain bisa dijalin di parlemen. Baik antara fraksi PKS dengan fraksi Nasdem, maupun di tingkatan kepengurusan DPP. Presiden PKS itu juga membantah pertemuan tersebut membahas masalah Pilpres 2024.

"Boro-boro Pilpres 2024, Pilkada 2020 pun tidak disinggung sama sekali," tandas Sohibul, seraya menambahkan bahwa komunikasi soal itu tidak tertutup kemungkinan menjadi agenda yang dibicarakan oleh kedua partai.

Meskipun dibantah oleh kedua partai, pengamat politik KedaiKOPI Hendri Satrio menilai pertemuan itu digelar dalam rangka menjelang Pilkada 2020. Kalau Pilpres 2024 kejauhan, katanya.

"Konteks pilkada beda dengan nasional dan tidak ada oposisi abadi dalam politik," papar Hensat, sapaan akrabnya ketika berbincang tadi malam.

Sedangkan Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai pertemuan ini adalah bagian dari upaya Paloh dalam memperluas jejaring pertemanan antar partai. Untuk membangun kekuatan politik lintas koalisi.

"Baik kawan di internal koalisi Jokowi. Maupun kawan di oposisi," kata Ujang lewat pesan tertulism

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu menambahkan, pertemuan ini juga merupakan langkah antisipasi jika sewaktu-waktu Nasdem sudah tidak nyaman lagi di koalisi Jokowi.

"Maka berkomunikasi dengan partai oposisi seperti PKS adalah cara yang tepat untuk berteman dengan partai di luar pemerintah," tandasnya.