Dua Pekan Jadi Menteri, Nadiem Masih Enggan Buka Mulut, Baru Pasang Kuping Saja
Dua pekan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Budayawan (Mendikbud, red), Nadiem Makarim masih pelit bicara. Belum beri komando ke bawahan, atau sekedar komentar ke awak media. Yang dilakukan, baru pasang kuping saja.
Dua pekan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Budayawan (Mendikbud, red), Nadiem Makarim masih pelit bicara. Belum beri komando ke bawahan, atau sekedar komentar ke awak media. Yang dilakukan, baru pasang kuping saja.
JAKARTA - Dari pagi hingga sore, tidak terlihat mobil dengan plat polisi RI 27 parkir di depan Gedung A. Tempat Mendikbud berkantor. Satpam yang berjaga-jaga di pintu utama gedung, juga mengaku belum melihat bosnya itu.
Begitupun dengan wartawan. Di satu sisi, mereka mendapat kabar ada Nadiem di lantai 2. Di sana, bekas bos Gojek itu melakukan pertemuan dengan asosiasi guru. Tapi, pertemuan itu tertutup.
Beberapa kali wartawan mencoba menerobos acara tersebut, untuk memastikan keberadaan Nadiem. Namun tidak berhasil. Di mulut tangga lantai 2, ada petugas keamanan berpakaian safari hitam menghalangi.
Berjam-jam wartawan menanti di lobi gedung A. Sebagian terpencar di perpustakaan, dimana ruangannya masih satu gedung, berdekatan dengan lobi. Semua berkeyakinan, Menteri Nadiem ada. Tapi dimana?
Sekitar pukul 15.35 saya berjalan kaki menuju gedung C. Gedung Sekretariat Jenderal. Tempat orang nomor dua di Kemendikbud berkantor. Saya menebak-nebak, bisa saja Nadiem keluar-masuk lewat gedung itu.
Sebab, antara gedung A, B dan C terkoneksi. Kalau tidak keluar lewat gedung A, tentu bisa lewat kedua gedung lainnya. Ada jembatan penghubung antar ketiga gedung itu. Meskipun letaknya terpisah.
Tapi, adalah gedung C yang paling memungkinkan. Karena ada motor patwal polisi yang parkir agak sedikit tersembunyi di sisi kiri gedung itu.
Belum semenit saya tiba di serambi gedung itu, tampak sesosok pria berkacamata menenteng ransel berwarna hitam berjalan cepat keluar dari dalam gedung. Matanya menatap lekat-lekat ponselnya, sambil berjalan. Sementara kedua tangannya sibuk menari-nari di layarnya, mengetik sesuatu.
Awalnya, saya mengira adalah mahasiswa. Ternyata ketika semakin dekat, baru jelas terlihat dia adalah Nadiem. Mendikbud. Penampilan pria 35 tahun itu bukan style menteri pada umumnya. Tapi lebih mirip mahasiswa.
Sebab, penampilannya cukup kasual hari itu. Hanya berkemeja biru lengan panjang, dipadu dengan celana bahan warna krim. Postur badannya yang kecil, juga tidak terlalu menjadi pusat perhatian bahwa yang sedang lewat adalah sesosok menteri.
Ketika disapa, Nadiem hanya menoleh. Ia hanya tersenyum saat diminta wawancara. Tanpa basa-basi ia langsung memilih masuk ke mobil Toyota Alphard hitam yang sudah stand-by menunggu di depan gedung. Mobil dengan plat polisi B 1397 RFR itu langsung membawa Nadiem keluar dari komplek gedung yang berlokasi di Jalan Sudirman, Senayan Jakarta itu sekitar pukul setengah 4 sore.
Kepala Bagian Hubungan Antar Lembaga Kemdikbud Taufik Dahlan mengatakan bos barunya itu memang belum mau diliput atau diwawancara. Sebab, jebolan Harvard University ini sebelumnya mengaku masih nol pengalaman di kementerian. Sehingga butuh waktu untuk merumuskan kebijakannya. Hingga saat ini, ia memilih lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
"Dalam sebulan ini, beliau masih fokus melakukan rapat-rapat internal tertutup," kata Taufik ketika dihubungi kemarin.
Direktur Eksekutif Center For Education Regulations dan Development Analysis (Cerdas) Indra Charismiadji yang ditemui usai mengikuti pertemuan dengan Mendikbud Nadiem juga mengatakan hal yang senada. "Nadiem masih banyak mendengarkan," kata Indra kemarin.
Dia mengatakan ada 32 asosiasi guru yang hadir dalam pertemuan tertutup itu. Masing-masing perwakilan diberikan waktu berbicara maksimal 3 menit. "Banyak yang curhat, termasuk persoalan guru honorer," ungkapnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 1 jam itu, Nadiem kata Indra juga belum mau memberikan arahan. Bahkan ia mengingatkan bahwa pandangan dia tentang sekolah saat masih menjabat sebagai CEO Gojek tidak dibenarkan untuk dijadikan sebagai arahan kebijakannya.
"Ketika itu ia berbicara dalam kapasitas sebagai CEO start up, tapi sekarang Mendikbud. Posisinya beda. Sekarang kepentingannya adalah kepentingan nasional," lanjut Indra mencoba merangkum pernyataan Nadiem.
Seperti diketahui, sebelumnya Presiden Joko Widodo memberikan waktu selama 100 hari kepada Nadiem untuk merancang sistem aplikasi pendidikan. Target itu diberikan, kata Jokowi sesuai dengan permintaan Nadiem sendiri.
"Mas menteri mengatakan 'Beri waktu saya Pak 100 hari untuk menyiapkan dan merancang itu"," kata Jokowi menirukan ucapan Nadiem saat bernincang dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/11) lalu.
Meskipun, Jokowi mengakui bahwa untuk menciptakan sebuah aplikasi sistem pendidikan tidak mudah. Butuh waktu. Mengingat kesenjangan kualitas pendidikan di tiap wilayah di Indonesia masih cukup lebar.
Sehingga untuk membuat standarisai yang bisa diikuti oleh semua sekolah cukup sulit. Apalagi, jangkauan sektor pendidikan Indonesia cukup besar dan luas. Yaknu 3,5 juta guru, 300 ribu sekolah dan 50 juta pelajar.
"Sehingga diperlukan sebuah keberanian, terobosan-terobosan yang tidak biasa kita lakukan," lanjutnya.
Untuk membantu Nadiem, belakangan Istana membuka peluang untuk menyediakan pos Wakil Menteri. Presiden sudah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2019 yang mengatur tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Dalam Perpres itu dijelaskan, Presiden Jokowi akan menunjuk seorang wakil menteri untuk mendampingi Mendikbud Nadiem Makarim. Penunjukan wamen dilakukan untuk menjamin efektivitas dalam bekerja.
Namun, sekalipun posnya sudah ada, Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyebut, posisi wamendikbud belum akan diisi dalam waktu dekat. "Belum ada. Kalau ada pos posisi kan iya, tapi kan tidak berarti harus selalu diisi. Tapi kalau dibutuhkan, tentu saja akan diisi," ujar Pratikno di gedung Krida Bhakti, Jl Veteran III, Jakarta Pusat, Senin (4/11).
Hingga saat ini, Presiden Jokowi belum memutuskan untuk menunjuk orang yang akan mendampingi Mendikbud Nadiem. "Jadi sampai sekarang ini presiden belum memutuskan. Nanti pasti akan bicara dengan Mendikbud," imbuhnya.
Pratikno juga menambahkan, posisi wamen akan dievaluasi Presiden setiap saat. Presiden juga akan memberi penugasan kepada para "pendamping' menteri ini. Siapa yang akan mengisi posisi wamen "tersisa" ini nantinya? Dari parpol atau profesional? "Belum ada," jawab Pratikno, singkat.***
|
Begitupun dengan wartawan. Di satu sisi, mereka mendapat kabar ada Nadiem di lantai 2. Di sana, bekas bos Gojek itu melakukan pertemuan dengan asosiasi guru. Tapi, pertemuan itu tertutup.
Beberapa kali wartawan mencoba menerobos acara tersebut, untuk memastikan keberadaan Nadiem. Namun tidak berhasil. Di mulut tangga lantai 2, ada petugas keamanan berpakaian safari hitam menghalangi.
Berjam-jam wartawan menanti di lobi gedung A. Sebagian terpencar di perpustakaan, dimana ruangannya masih satu gedung, berdekatan dengan lobi. Semua berkeyakinan, Menteri Nadiem ada. Tapi dimana?
Sekitar pukul 15.35 saya berjalan kaki menuju gedung C. Gedung Sekretariat Jenderal. Tempat orang nomor dua di Kemendikbud berkantor. Saya menebak-nebak, bisa saja Nadiem keluar-masuk lewat gedung itu.
Sebab, antara gedung A, B dan C terkoneksi. Kalau tidak keluar lewat gedung A, tentu bisa lewat kedua gedung lainnya. Ada jembatan penghubung antar ketiga gedung itu. Meskipun letaknya terpisah.
Tapi, adalah gedung C yang paling memungkinkan. Karena ada motor patwal polisi yang parkir agak sedikit tersembunyi di sisi kiri gedung itu.
Belum semenit saya tiba di serambi gedung itu, tampak sesosok pria berkacamata menenteng ransel berwarna hitam berjalan cepat keluar dari dalam gedung. Matanya menatap lekat-lekat ponselnya, sambil berjalan. Sementara kedua tangannya sibuk menari-nari di layarnya, mengetik sesuatu.
Awalnya, saya mengira adalah mahasiswa. Ternyata ketika semakin dekat, baru jelas terlihat dia adalah Nadiem. Mendikbud. Penampilan pria 35 tahun itu bukan style menteri pada umumnya. Tapi lebih mirip mahasiswa.
Sebab, penampilannya cukup kasual hari itu. Hanya berkemeja biru lengan panjang, dipadu dengan celana bahan warna krim. Postur badannya yang kecil, juga tidak terlalu menjadi pusat perhatian bahwa yang sedang lewat adalah sesosok menteri.
Ketika disapa, Nadiem hanya menoleh. Ia hanya tersenyum saat diminta wawancara. Tanpa basa-basi ia langsung memilih masuk ke mobil Toyota Alphard hitam yang sudah stand-by menunggu di depan gedung. Mobil dengan plat polisi B 1397 RFR itu langsung membawa Nadiem keluar dari komplek gedung yang berlokasi di Jalan Sudirman, Senayan Jakarta itu sekitar pukul setengah 4 sore.
Kepala Bagian Hubungan Antar Lembaga Kemdikbud Taufik Dahlan mengatakan bos barunya itu memang belum mau diliput atau diwawancara. Sebab, jebolan Harvard University ini sebelumnya mengaku masih nol pengalaman di kementerian. Sehingga butuh waktu untuk merumuskan kebijakannya. Hingga saat ini, ia memilih lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
"Dalam sebulan ini, beliau masih fokus melakukan rapat-rapat internal tertutup," kata Taufik ketika dihubungi kemarin.
Direktur Eksekutif Center For Education Regulations dan Development Analysis (Cerdas) Indra Charismiadji yang ditemui usai mengikuti pertemuan dengan Mendikbud Nadiem juga mengatakan hal yang senada. "Nadiem masih banyak mendengarkan," kata Indra kemarin.
Dia mengatakan ada 32 asosiasi guru yang hadir dalam pertemuan tertutup itu. Masing-masing perwakilan diberikan waktu berbicara maksimal 3 menit. "Banyak yang curhat, termasuk persoalan guru honorer," ungkapnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 1 jam itu, Nadiem kata Indra juga belum mau memberikan arahan. Bahkan ia mengingatkan bahwa pandangan dia tentang sekolah saat masih menjabat sebagai CEO Gojek tidak dibenarkan untuk dijadikan sebagai arahan kebijakannya.
"Ketika itu ia berbicara dalam kapasitas sebagai CEO start up, tapi sekarang Mendikbud. Posisinya beda. Sekarang kepentingannya adalah kepentingan nasional," lanjut Indra mencoba merangkum pernyataan Nadiem.
Seperti diketahui, sebelumnya Presiden Joko Widodo memberikan waktu selama 100 hari kepada Nadiem untuk merancang sistem aplikasi pendidikan. Target itu diberikan, kata Jokowi sesuai dengan permintaan Nadiem sendiri.
"Mas menteri mengatakan 'Beri waktu saya Pak 100 hari untuk menyiapkan dan merancang itu"," kata Jokowi menirukan ucapan Nadiem saat bernincang dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/11) lalu.
Meskipun, Jokowi mengakui bahwa untuk menciptakan sebuah aplikasi sistem pendidikan tidak mudah. Butuh waktu. Mengingat kesenjangan kualitas pendidikan di tiap wilayah di Indonesia masih cukup lebar.
Sehingga untuk membuat standarisai yang bisa diikuti oleh semua sekolah cukup sulit. Apalagi, jangkauan sektor pendidikan Indonesia cukup besar dan luas. Yaknu 3,5 juta guru, 300 ribu sekolah dan 50 juta pelajar.
"Sehingga diperlukan sebuah keberanian, terobosan-terobosan yang tidak biasa kita lakukan," lanjutnya.
Untuk membantu Nadiem, belakangan Istana membuka peluang untuk menyediakan pos Wakil Menteri. Presiden sudah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2019 yang mengatur tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Dalam Perpres itu dijelaskan, Presiden Jokowi akan menunjuk seorang wakil menteri untuk mendampingi Mendikbud Nadiem Makarim. Penunjukan wamen dilakukan untuk menjamin efektivitas dalam bekerja.
Namun, sekalipun posnya sudah ada, Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyebut, posisi wamendikbud belum akan diisi dalam waktu dekat. "Belum ada. Kalau ada pos posisi kan iya, tapi kan tidak berarti harus selalu diisi. Tapi kalau dibutuhkan, tentu saja akan diisi," ujar Pratikno di gedung Krida Bhakti, Jl Veteran III, Jakarta Pusat, Senin (4/11).
Hingga saat ini, Presiden Jokowi belum memutuskan untuk menunjuk orang yang akan mendampingi Mendikbud Nadiem. "Jadi sampai sekarang ini presiden belum memutuskan. Nanti pasti akan bicara dengan Mendikbud," imbuhnya.
Pratikno juga menambahkan, posisi wamen akan dievaluasi Presiden setiap saat. Presiden juga akan memberi penugasan kepada para "pendamping' menteri ini. Siapa yang akan mengisi posisi wamen "tersisa" ini nantinya? Dari parpol atau profesional? "Belum ada," jawab Pratikno, singkat.***