Menag Jamu Komisi VIII DPR Di Hotel: Silaturahmi Biasa Atau Biar Apa Ya?

Yandri mengaku tidak tahu menahu terkait besaran anggaran dari pertemuan yang digelar di hotel mewah itu. Sebab, kata dia, yang menginisiasi acara itu adalah Kemenag.
Jelang Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VIII DPR pada Kamis (7/11) nanti, Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menjamu sejumlah wakil rakyat di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin. Katanya dalam rangka silaturahmi. Apa iya?

  • Menteri Agama Fachrul Razi menjamu Komisi VIII DPR di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin. Foto: @Kemenag_RI

JAKARTA - Pertemuan itu kabarnya diinisiasi oleh Kemenag. Tapi anggota DPR yang membidangi agama, sosial, perempuan dan anak itu tampak sudah hadir lebih dulu. Baru kemudian Menag Fachrul tiba sekitar pukul 4.10 sore.

Datang dengan mengenakan peci hitam, jenderal purnawirawan itu disambut Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi PAN, Yandri Susanto dan sejumlah wakil pimpinan Komisi VIII. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid juga tampak hadir, menyusul atasannya.

Acara baru dimulai pukul 4.15 sore. Atau molor lebih dari satu jam dari yang diagendakan sebelumnya, yakni pukul 3.

Menag Fachrul mengawali pertemuan itu dengan memperkenalkan satu-persatu pejabat di kementerian yang dipimpinnya yang hadir pada hari itu.

Yandri juga turut memperkenalkan 4 wakil pimpinan Komisi VIII yang ikut hadir dalam acara itu, antara lain Marwan Dasopang (Fraksi PKB), Ihsan Yunus (Fraksi PDIP), Ace Hasan Syadzily (Fraksi Partai Golkar), dan Moekhlas Sidik (Fraksi Partai Gerindra). Ditambah perwakilan Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Komisi VIII.

Dalam pertemuan itu, Menag Fachrul ikut menyinggung pernyataannya yang menuai kontroversi. Yakni terkait aturan penggunaan celana cingkrang, definisi radikalisme, dan penggunaan cadar.

Menurutnya, pernyataan itu memang sengaja dilontarkan agar ketika pemerintah mulai memberlakukan aturan itu, masyarakat tidak kaget. "Kalau itu menimbulkan beberapa gesekan-gesekan ya mohon maaf,” ucap Fachrul.

Namun, ia merasa tidak ada yang salah dari pernyataannya itu. Kajiannya, cadar itu bukan ukuran ketakwaan seseorang. Mantan Wakil Panglima TNI era Presiden Gusdur itu kemudian menganalogikan larangan cadar dengan aturan buka helm di tempat-tempat tertentu. "Supaya bisa dilihat siapa yang masuk, bisa dilihat CCTV, orang enggak terkejut lagi," tandasnya.

Usai pertemuan, Ketua Komisi VIII Yandri mengatakan pertemuan ini sebetulnya bukan agenda rapat resmi. Karena itu digelar di hotel. Bukan di gedung parlemen. "Kalau kita undang ke DPR, ya itu rapat resmi, raker," terangnya usai pertemuan itu, kemarin.

Menurutnya, pertemuan itu hanya sebatas ajang perkenalan. Khususnya untuk orang-orang baru di Komisi VIII maupun di Kemenag. Termasuk dirinya dan Menag. "Saya kan baru juga di Komisi VIII," lanjutnya.

Yandri mengaku tidak tahu menahu terkait besaran anggaran dari pertemuan yang digelar di hotel mewah itu. Sebab, kata dia, yang menginisiasi acara itu adalah Kemenag.

Kendati demikian, ia mengapresiasi pertemuan itu. Supaya lebih akrab satu sama lain. Diharapkan, bisa menjadi awal yang baik bagi Komisi VIII dengan mitra kerjanya: Kemenag. "Ya bagus saja dan enggak ada masalah," imbuh Yandri.

Senada, Wakil Ketua Komisi VIII Ace Hasan Syadzily juga mengatakan demikian. Sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama dengan Menteri Sosial Juliari Batubara. “Silaturahmi biasa," kata Ace kemarin.

Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai pertemuan itu bukan sebatas silaturahmi biasa. "Kemungkinan lobi-lobi politik. Tak ada asap jika tak ada api. Tak akan ada pertemuan di hotel Sultan, jika tak akan ada Raker hari Kamis nanti," kata Ujang saat berbincang dengan Rakyat Merdeka tadi malam.

Ia menduga, pertemuan itu untuk mengkondisikan Komisi VIII agar jangan terlalu galak dan keras dalam Raker nanti. Pertemuan seperti ini, nilainya bisa memantik kecurigaan publik.

"Walaupun dibalut dengan istilah silaturahmi agar akrab. Disaat yang sama ada kepentingan politik yang mengitari," pungkasnya.