Permudah Peraturan Mobil Listrik, Luhut: Bukan Hanya Hyundai Saja

Hyundai menggelontorkan investasi senilai USD 1,5 miliar. Mereka membangun pabrik di Bekasi. Targetnya, 2021 sudah produksi.
Hyundai menggelontorkan investasi senilai USD 1,5 miliar. Mereka membangun pabrik di Bekasi. Targetnya, 2021 sudah produksi.

DOK. Kemenko Maritim dan Investasi    

BUSAN - Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan pemerintah serius mendukung keberhasilan investasi mobil listrik di Indonesia.

Peraturan-peraturan untuk keberhasilan investasi mobil listrik itu, kata Luhut dilakukan. Salah satu pabrikan mobil yang sudah menyatakan minatnya auntuk berinvestasi adalah Hyundai.

Luhut berharap, dengan kemudahan itu dapat menarik investor lainnya. "Bukan hanya untuk Hyundai saja," kata Menko Luhut setelah mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan Perjanjian Kerja Sama (MoU) antara pemerintah Indonesia yang diwakili Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dengan CEO Hyundai Motor Company, Won Hee Lee untuk investasi mobil listrik.

Kedua belah pihak bersama-sama ingin mengembangkan dan memproduksi kendaraan dengan model baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen Asia dan Australia.

Kemudahan itu, lanjut Luhut diberikan karena menginginkan adanya diversifikasi produsen mobil di Indonesia. Agar tidak hanya satu merk saja yang menguasai pasar.

Menko Luhut mengaku bahagia akhirnya pembicaraan tentang investasi ini yang dimulai sekitar setahun lalu akhirnya terealisasi. Sehingga keinginan pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, tidak cuma pasar akhirnya terwujud.

Hyundai menggelontorkan investasi senilai 1,5 miliar USD. Mereka membangun pabrik di Bekasi.

Targetnya, bulan Maret 2021 sudah mulai produksi. Kapasitas produksinya diperkirakan mencapai 250 ribu mobil pertahunnya, termasuk mobil listrik.

Di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Korea Selatan yang berlangsung pada 25-26 November 2019, Luhut dan beberapa menteri juga ikut mendampingi Presiden saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Moon Jae-in, bertemu dengan beberapa CEO Korea Selatan, dan pertemuan dengan kelompok ilmuwan dan peneliti muda Indonesia di Korea Selatan.

Salah satu yang paling mengesankan adalah saat bertemu dengan para ilmuwan dan peneliti muda Indonesia yang sedang menempuh studi Doktor dan post-doctoral dari berbagai cabang ilmu.

"Presiden menyarankan mereka untuk kalau bisa bekerja dulu di sini agar mereka bisa mendapatkan ilmu yang lebih, dan bisa menerapkannya di Indonesia. Karena kami lihat sistem 5G mereka sudah sangat maju, kami terbuka oleh teknologi dari mana saja. Dari Korea Selatan, dari Amerika, dari Cina," ungkap Menko Luhut.