Trump Berubah Dari Musuhan Jadi Penggemar Berat Erdogan, Kok Bisa?
Ucapan itu seakan melupakan tegangnya hubungan pemimpin kedua negara itu. Trump justru berkeras bahwa dia memiliki hubungan dekat dengan Erdogan. "Kami telah berteman lama," sebutnya seakan lupa dengan isi surat yang bernada ancaman yang dikirimkan kepada Erdogan sebelumnya.
Setelah menyurati Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan kata-kata "bodoh" dan "keras" dalam sebuah surat bertanggal 9 Oktober 2019, Presiden Amerika Serikat Donald Trump malah mengaku sebagai penggemar berat Erdogan.
Presiden Turki dengan jantan mengembalikan surat yang ditulis Trump tersebut ketika berkunjung ke Washington, Rabu (13/11) lalu. Kunjungan itu dilakukan saat hubungan kedua negara sedang bersitegang karena berbagai isu.
Mulai dari kekecewaan Amerika karena Turki beli sistem pertahanan rudal Rusia S-400, hingga serangan terhadap milisi Kurdi di Suriah yang dilakukan Ankara.
"Surat ini diberikan kembali kepada Tuan Presiden siang ini," kata Erdogan dalam konferensi pers bersama Trump di Gedung Putih, seperti dilansir POLITICO, Rabu (13/11).
Ketika diberondong wartawan dengan pertanyaan mengapa ia mengabaikan permintaan Trump dalam surat tersebut, Erdogan bungkam. Ia menegaskan, bahwa kedatangannya untuk mengembalikan surat itu. "Kami mengembalikan surat yang telah kami terima," lanjutnya.
Sedangkan Trump, dalam konferensi menunjukkan kekaguman terhadap Presiden Turki tersebut. Bahkan ia mengaku sebagai penggemar berat Erdogan.
"Saya penggemar berat Presiden (Erdogan)," ujar Trump pada awal konferensi pers bersama seperti dilansir AFP.
Lebih lanjut, Trump menyebut Turki sebagai sekutu penting AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). "Mitra strategis Amerika Serikat," sambungnya.
Ucapan itu seakan melupakan tegangnya hubungan pemimpin kedua negara itu. Trump justru berkeras bahwa dia memiliki hubungan dekat dengan Erdogan. "Kami telah berteman lama," sebutnya seakan lupa dengan isi surat yang bernada ancaman yang dikirimkan kepada Erdogan sebelumnya.
Dalam surat tiga paragraf yang diteken Trump itu diawali dengan ajakan untuk bekerja sama dengan baik. Dia yakin, Erdogan tidak ingin bertanggung jawab atas pembantaian ribuan orang. Begitupula Trump yang mengaku tidak ingin bertanggung jawab untuk menghancurkan ekonomi Turki. "Dan saya akan melakukannya," ancam Trump.
Di paragraf kedua, Trump mengungkit kerja kerasnya untuk menyelesaikan beberapa masalah Erdogan. "Jangan mengecewakan dunia," tulis Trump, seraya menyebutkan Erdogan bisa membuat kesepakatan bagus.
Pemimpin Kurdi Jenderal Mazloum Abdi, sebut Trump sudah bersedia bernegosiasi dengan Erdogan. Panglima Angkatan Bersenjata Suriah itu kata Trump juga bersedia membuat kesepakatan yang belum pernah dumua lakukan.
Kata-kata bodoh dan keras termuat di kalimat penutup, pada paragraf terakhir. Menurut Trump, sejarah akan mencatat Erdogan sebagai orang baik jika menuruti ajakannya. Atau sebaliknya, pemimpin Turki itu akan dikenang sebagai orang jahat selamanya. "Jangan jadi eras kepala. Jangan bodoh!," bunyi surat tersebut.
Surat "cinta" Trump tersebut kabarnya ditulis tepat di hari yang sama ketika Turki melancarkan operasi militer melawan kelompok Kurdi di Suriah Utara.
Ajakan gencatan senjata oleh Trump tidak digubris Erdogan. Sejumlah sanksi diberlakukan kepada Turki karena membandel, tidak mau mendengarkan Amerika. Kedua negara ini, ketika itu disebut-sebut sudah saling "enggak cinta" lagi.
Sanksi ekonomi yang sempat diteken Trump bulan lalu antara lain dinaikkannya tarif baja Turki hingga 50 persen dan penghentian negosiasi perdagangan yang tengah berlangsung antara kedua negara.
|
Presiden Turki dengan jantan mengembalikan surat yang ditulis Trump tersebut ketika berkunjung ke Washington, Rabu (13/11) lalu. Kunjungan itu dilakukan saat hubungan kedua negara sedang bersitegang karena berbagai isu.
Mulai dari kekecewaan Amerika karena Turki beli sistem pertahanan rudal Rusia S-400, hingga serangan terhadap milisi Kurdi di Suriah yang dilakukan Ankara.
"Surat ini diberikan kembali kepada Tuan Presiden siang ini," kata Erdogan dalam konferensi pers bersama Trump di Gedung Putih, seperti dilansir POLITICO, Rabu (13/11).
Ketika diberondong wartawan dengan pertanyaan mengapa ia mengabaikan permintaan Trump dalam surat tersebut, Erdogan bungkam. Ia menegaskan, bahwa kedatangannya untuk mengembalikan surat itu. "Kami mengembalikan surat yang telah kami terima," lanjutnya.
Sedangkan Trump, dalam konferensi menunjukkan kekaguman terhadap Presiden Turki tersebut. Bahkan ia mengaku sebagai penggemar berat Erdogan.
"Saya penggemar berat Presiden (Erdogan)," ujar Trump pada awal konferensi pers bersama seperti dilansir AFP.
Lebih lanjut, Trump menyebut Turki sebagai sekutu penting AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). "Mitra strategis Amerika Serikat," sambungnya.
Ucapan itu seakan melupakan tegangnya hubungan pemimpin kedua negara itu. Trump justru berkeras bahwa dia memiliki hubungan dekat dengan Erdogan. "Kami telah berteman lama," sebutnya seakan lupa dengan isi surat yang bernada ancaman yang dikirimkan kepada Erdogan sebelumnya.
Dalam surat tiga paragraf yang diteken Trump itu diawali dengan ajakan untuk bekerja sama dengan baik. Dia yakin, Erdogan tidak ingin bertanggung jawab atas pembantaian ribuan orang. Begitupula Trump yang mengaku tidak ingin bertanggung jawab untuk menghancurkan ekonomi Turki. "Dan saya akan melakukannya," ancam Trump.
Di paragraf kedua, Trump mengungkit kerja kerasnya untuk menyelesaikan beberapa masalah Erdogan. "Jangan mengecewakan dunia," tulis Trump, seraya menyebutkan Erdogan bisa membuat kesepakatan bagus.
Pemimpin Kurdi Jenderal Mazloum Abdi, sebut Trump sudah bersedia bernegosiasi dengan Erdogan. Panglima Angkatan Bersenjata Suriah itu kata Trump juga bersedia membuat kesepakatan yang belum pernah dumua lakukan.
Kata-kata bodoh dan keras termuat di kalimat penutup, pada paragraf terakhir. Menurut Trump, sejarah akan mencatat Erdogan sebagai orang baik jika menuruti ajakannya. Atau sebaliknya, pemimpin Turki itu akan dikenang sebagai orang jahat selamanya. "Jangan jadi eras kepala. Jangan bodoh!," bunyi surat tersebut.
Surat "cinta" Trump tersebut kabarnya ditulis tepat di hari yang sama ketika Turki melancarkan operasi militer melawan kelompok Kurdi di Suriah Utara.
Ajakan gencatan senjata oleh Trump tidak digubris Erdogan. Sejumlah sanksi diberlakukan kepada Turki karena membandel, tidak mau mendengarkan Amerika. Kedua negara ini, ketika itu disebut-sebut sudah saling "enggak cinta" lagi.
Sanksi ekonomi yang sempat diteken Trump bulan lalu antara lain dinaikkannya tarif baja Turki hingga 50 persen dan penghentian negosiasi perdagangan yang tengah berlangsung antara kedua negara.