Curhat Gagal Jadi Wapres, Mahfud Ingin Jadi Bola Karet: Jatuh, Mantul Lagi
Mantan Ketua MK itu menyinggung soal profesionalitas kerja. Dia mewanti-wanti anak buahnya agar tidak cari uang untuknya. Sebab, banyak yang sudah kena getahnya.
Kemarin, Menko Polhukam Mahfud MD curhat di hadapan anak buahnya. Ia mengaku pernah sedih dan marah karena gagal jadi Cawapres Jokowi di Pilpres lalu. Mahfud mengibaratkan dirinya seperti bola karet, yang jatuh. Tapi mantul lagi.
JAKARTA, Bagus - Curahan hati itu disampaikan Mahfud saat mendapat kesempatan berbicara di acara silaturahmi bersama para eselon I dan II Kemenko Polhukam, kemarin.
Awalnya, mantan Ketua MK itu menyinggung soal profesionalitas kerja. Dia mewanti-wanti anak buahnya agar tidak cari uang untuknya. Sebab, banyak yang sudah kena getahnya.
"Tahu nggak, di kantor-kantor banyak sekjen cari uang untuk bosnya. Semua masuk penjara akhirnya. Jangan carikan uang untuk saya, yang ada saja sudah," kata Mahfud di hadapan anak buahnya, Jakarta, kemarin.
Di luar yang disediakan negara, Mahfud mengaku bisa cari uang sendiri. Lagipula operasionalnya sebagai Menko Polhukam sudah ditanggung oleh negara, berdasarkan Undang-undang. "Saya bisa minta kalau perlu. Kalau saya nggak minta, jangan," tegasnya.
Ia kemudian berkaca pada pengalamannya ketika menjabat sebagai Ketua MK. Dimana, keluarganya dilarang punya hubungan dengan pejabat atau pegawai MK.
"Tidak boleh ada family saya, keluarga saya, anak saya, teman saya bahkan yang memerintah atas nama saya. Saya yang akan memerintah. Saya bilang gitu ke Sekjen waktu di MK," tutur Mahfud.
Urusan dan kebutuhan keluarga lanjut Mahfud, hanya boleh disampaikan kepadanya. Baru dia yang kemudian menyampaikan ke MK. Tidak boleh ada hubungan langsung antara keluarganya dengan pejabat atau pegawai MK. Apalagi ikut-ikutan urusan kantor seperti soal perkara.
"Jangan ikut-ikut urusan kantor yang menyangkut perkara, urusan anda administrasi. Saya yang ngurus perkara. Kalau Anda lakukan ini bagus dengan saya. Saya bilang gitu," kisahnya.
Baru kemudian, Mahfud curhat tentang kegagalannya menjadi Cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Ketika, ia mengaku tidak dapat membohongi rasa kecewanya, meskipun ia menerima keputusan tersebut.
"Saya sudah pasti dua jam sebelum penentuan (calon) wakil presiden, sudah pasti saya, udah dipanggil. Tapi tiba-tiba ndak jadi. Itu jatuh luar biasa," ungkap Mahfud.
Namun, Mahfud kemudian berpikir bahwa marah bukanlah solusi. Sebab, dirasa tidak baik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. "Nggak bagus bagi bangsa ini," ucapnya.
Akan tetapi, Mahfud tetap bersyukur. Sebab, meskipun tidak jadi Wapres, ia bisa jadi Menko Polhukam. Pada titik itulah, Mahfud kemudian menganalogikan kehidupan manusia seperti bola karet.
"Kalau jatuh itu mantul lagi. Semakin terbanting pantulannya makin tinggi. Saya selalu ingin menjadi bola karet," tandasnya.
|
JAKARTA, Bagus - Curahan hati itu disampaikan Mahfud saat mendapat kesempatan berbicara di acara silaturahmi bersama para eselon I dan II Kemenko Polhukam, kemarin.
Awalnya, mantan Ketua MK itu menyinggung soal profesionalitas kerja. Dia mewanti-wanti anak buahnya agar tidak cari uang untuknya. Sebab, banyak yang sudah kena getahnya.
"Tahu nggak, di kantor-kantor banyak sekjen cari uang untuk bosnya. Semua masuk penjara akhirnya. Jangan carikan uang untuk saya, yang ada saja sudah," kata Mahfud di hadapan anak buahnya, Jakarta, kemarin.
Di luar yang disediakan negara, Mahfud mengaku bisa cari uang sendiri. Lagipula operasionalnya sebagai Menko Polhukam sudah ditanggung oleh negara, berdasarkan Undang-undang. "Saya bisa minta kalau perlu. Kalau saya nggak minta, jangan," tegasnya.
Ia kemudian berkaca pada pengalamannya ketika menjabat sebagai Ketua MK. Dimana, keluarganya dilarang punya hubungan dengan pejabat atau pegawai MK.
"Tidak boleh ada family saya, keluarga saya, anak saya, teman saya bahkan yang memerintah atas nama saya. Saya yang akan memerintah. Saya bilang gitu ke Sekjen waktu di MK," tutur Mahfud.
Urusan dan kebutuhan keluarga lanjut Mahfud, hanya boleh disampaikan kepadanya. Baru dia yang kemudian menyampaikan ke MK. Tidak boleh ada hubungan langsung antara keluarganya dengan pejabat atau pegawai MK. Apalagi ikut-ikutan urusan kantor seperti soal perkara.
"Jangan ikut-ikut urusan kantor yang menyangkut perkara, urusan anda administrasi. Saya yang ngurus perkara. Kalau Anda lakukan ini bagus dengan saya. Saya bilang gitu," kisahnya.
Baru kemudian, Mahfud curhat tentang kegagalannya menjadi Cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Ketika, ia mengaku tidak dapat membohongi rasa kecewanya, meskipun ia menerima keputusan tersebut.
"Saya sudah pasti dua jam sebelum penentuan (calon) wakil presiden, sudah pasti saya, udah dipanggil. Tapi tiba-tiba ndak jadi. Itu jatuh luar biasa," ungkap Mahfud.
Namun, Mahfud kemudian berpikir bahwa marah bukanlah solusi. Sebab, dirasa tidak baik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. "Nggak bagus bagi bangsa ini," ucapnya.
Akan tetapi, Mahfud tetap bersyukur. Sebab, meskipun tidak jadi Wapres, ia bisa jadi Menko Polhukam. Pada titik itulah, Mahfud kemudian menganalogikan kehidupan manusia seperti bola karet.
"Kalau jatuh itu mantul lagi. Semakin terbanting pantulannya makin tinggi. Saya selalu ingin menjadi bola karet," tandasnya.