Dibela Senat, Didukung Putin: DPR AS Was-was Kirim Putusan Pemakzulan Trump
Setelah resmi dimakzulkan oleh DPR, Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru banjir dukungan. Selain dari Senat, yang dikuasai Partai Republik, Trump juga dibela oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Setelah resmi dimakzulkan oleh DPR, Presiden Amerika Serikat Donald Trump justru banjir dukungan. Selain dari Senat, yang dikuasai Partai Republik, Trump juga dibela oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
WASHINGTON, Bagus - Dalam konferensi pers akhir tahun, Putin menyematkan harapan agar 'konco' nya itu selamat dari pemakzulan. Dia ingin Partai Republik di Senat bisa menyelamatkannya.
Sebab, ia menilai upaya pemakzulan terhadap Trump terkesan dibuat-buat. Ia melihat, ambisi Demokrat menggulingkan Trump dilatarbelakangi oleh dendam politik karena kalah di pemilihan lalu.
"Partai Demokrat, sedang berusaha mencapai hasil dengan menggunakan metode dan cara lain," kata Putin, Kamis (19/12) dilansir CNN.
Selain pemakzulan, beberapa cara yang pernah dilakukan Demokrat untuk menjatuhkan Trump, sebut Putin antara lain dengan menyebut Presiden AS itu berkolusi dengan Rusia.
"Tapi kemudian ternyata tidak ada kolusi, ini tidak bisa menjadi dasar untuk pemakzulan. Sekarang mereka datang dengan isu baru, yakni tekanan pada Ukraina, saya tidak tahu apa," lanjutnya.
Ketua mayoritas Senat Amerika Serikat (AS) Mitch McConnell mengecam keras pemakzulan Presiden Donald Trump oleh House of Reprentatives(HOR) atau DPR AS. Menurutnya, pemakzulan Trump yang diloloskan Partai Demokrat adalah yang paling tidak adil dalam sejarah AS.
"Sebuah faksi politik dalam House of Representatives (DPR) telah menyerah pada kemarahan partisan," kata McConnell seperti dilansir AFP, kemarin.
Setelah keputusan DPR yang didominasi Demokrat itu, sebut McConnell, giliran Senat yang akan membalasnya. Ia mengajak seluruh Republikan yang menguasai Senat untuk merapatkan barisan. Memperbaiki keputusan pemakzulan tersebut. "Senat harus memperbaiki ini," ucapnya.
Ia menilai pemakzulan Trump, kekurangan bukti. Penyelidikan juga dilakukan secara serampangan. Selain itu, tuduhan-tuduhan terhadap Trump juga tidak koheren secara konstitusional.
"Tugas Senat sangat jelas. Ketika saatnya tiba, kita harus menjalankannya," ajak McConnell dalam pernyataannya.
Seperti diketahui, setelah diputuskan DPR pada Rabu (19/12) lalu, sidang pemakzulan berlanjut ke Senat AS. Senator AS lah nantinya yang berhak memutuskan Trump dicopot atau tidak dari Presiden.
Sejauh ini, Trump diprediksi akan selamat dari pemakzulan. Kubu pendukung pemakzulan Trump diyakini gagal merebut 2/3 suara senator. Karena senat AS didominasi oleh Republikan, partai pendukung Trump.
Komposisi kursinya: 53 Senator Republikan versus 45 Senator Demokrat. Dua senator independen tambahan yang berkoalisi dengan Demokrat pun tidak cukup untuk memenangkan voting di senat.
Sadar akan peta politik Senat yang didominasi Republikan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi menyatakan menunda meneruskan dakwaan pemakzulan Trump ke Senat untuk disidangkan. Pihaknya menunggu kepastian soal cara Senat AS menggelar sidang pemakzulan Trump. Ia membantah, jika penundaan itu karena bukti yang dimiliki DPR tidak cukup kuat untuk memakzulkan Trump.
"Kami (sebenarnya) siap," kata Pelosi.
|
WASHINGTON, Bagus - Dalam konferensi pers akhir tahun, Putin menyematkan harapan agar 'konco' nya itu selamat dari pemakzulan. Dia ingin Partai Republik di Senat bisa menyelamatkannya.
Sebab, ia menilai upaya pemakzulan terhadap Trump terkesan dibuat-buat. Ia melihat, ambisi Demokrat menggulingkan Trump dilatarbelakangi oleh dendam politik karena kalah di pemilihan lalu.
"Partai Demokrat, sedang berusaha mencapai hasil dengan menggunakan metode dan cara lain," kata Putin, Kamis (19/12) dilansir CNN.
Selain pemakzulan, beberapa cara yang pernah dilakukan Demokrat untuk menjatuhkan Trump, sebut Putin antara lain dengan menyebut Presiden AS itu berkolusi dengan Rusia.
"Tapi kemudian ternyata tidak ada kolusi, ini tidak bisa menjadi dasar untuk pemakzulan. Sekarang mereka datang dengan isu baru, yakni tekanan pada Ukraina, saya tidak tahu apa," lanjutnya.
Ketua mayoritas Senat Amerika Serikat (AS) Mitch McConnell mengecam keras pemakzulan Presiden Donald Trump oleh House of Reprentatives(HOR) atau DPR AS. Menurutnya, pemakzulan Trump yang diloloskan Partai Demokrat adalah yang paling tidak adil dalam sejarah AS.
"Sebuah faksi politik dalam House of Representatives (DPR) telah menyerah pada kemarahan partisan," kata McConnell seperti dilansir AFP, kemarin.
Setelah keputusan DPR yang didominasi Demokrat itu, sebut McConnell, giliran Senat yang akan membalasnya. Ia mengajak seluruh Republikan yang menguasai Senat untuk merapatkan barisan. Memperbaiki keputusan pemakzulan tersebut. "Senat harus memperbaiki ini," ucapnya.
Ia menilai pemakzulan Trump, kekurangan bukti. Penyelidikan juga dilakukan secara serampangan. Selain itu, tuduhan-tuduhan terhadap Trump juga tidak koheren secara konstitusional.
"Tugas Senat sangat jelas. Ketika saatnya tiba, kita harus menjalankannya," ajak McConnell dalam pernyataannya.
Seperti diketahui, setelah diputuskan DPR pada Rabu (19/12) lalu, sidang pemakzulan berlanjut ke Senat AS. Senator AS lah nantinya yang berhak memutuskan Trump dicopot atau tidak dari Presiden.
Sejauh ini, Trump diprediksi akan selamat dari pemakzulan. Kubu pendukung pemakzulan Trump diyakini gagal merebut 2/3 suara senator. Karena senat AS didominasi oleh Republikan, partai pendukung Trump.
Komposisi kursinya: 53 Senator Republikan versus 45 Senator Demokrat. Dua senator independen tambahan yang berkoalisi dengan Demokrat pun tidak cukup untuk memenangkan voting di senat.
Sadar akan peta politik Senat yang didominasi Republikan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi menyatakan menunda meneruskan dakwaan pemakzulan Trump ke Senat untuk disidangkan. Pihaknya menunggu kepastian soal cara Senat AS menggelar sidang pemakzulan Trump. Ia membantah, jika penundaan itu karena bukti yang dimiliki DPR tidak cukup kuat untuk memakzulkan Trump.
"Kami (sebenarnya) siap," kata Pelosi.