Erick Akan Liquidasi BUMN Zombi
Menteri BUMN Erick Thohir akan melakukan likuidasi terhadap BUMN yang 'hidup segan tapi mati tak mau' alias seperti 'zombie'. Ia mencontohkan adalah PT Iglas (Persero).
Menteri BUMN Erick Thohir akan melakukan likuidasi terhadap BUMN yang 'hidup segan tapi mati tak mau' alias seperti 'zombie'. Ia mencontohkan adalah PT Iglas (Persero).
Jakarta, Bagus - PT Iglas (Persero), BUMN yang khusus memproduksi botol inu dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang.
Di sisi lain, Iglas juga memiliki utang Rp 1 triliun dan asetnya hanya tanah lokasi. BUMN ini sudah berhenti operasi sejak 2015, dan berdampak pada PHK hingga pesangon pekerjanya yang bermasalah.
"Ya kalau likuidasi contoh perusahaan-perusahaan seperti Iglas terus gimana? masak mati segan hidup tak mau. Semua serba segan ya nggak itu nggak sehatlah ngapain kita membohongi diri sendiri kepada sesuatu yang bukan ahlinya. Bahkan itu hanya kamuflase perusahaannya tidak ada pegawainya tak gajian buat apa kita lebih kejam lho," kata Erick di Jakarta, Minggu malam (22/12).
Dia bilang pemimpin itu harus bisa bisa membuat keputusan yang tepat. Termasuk dalam menentukan nasib perusahaan-perusahaan BUMN yang sudah tidak jelas bentuknya.
"Pegawai tidak gajian itu sama aja kejam lho, apa kita mau menjadi pemimpin seperti itu kan nggak mau", kata Erick.
Selain likuidasi, Erick juga sedang menyiapkan payung hukum dalam upaya merampingkan bisnis BUMN agar fokus pada bisnis intinya.
Ia ingin segala pembentukan anak usaha cucu BUMN harus ada alasan yang jelas.
"Bukan melarang (BUMN punya anak cucu). nanti kita menunggu PP yang bisa membuat peran kementerian BUMN lebih besar yaitu dengan merger ya kan atau likuidasi supaya kita bisa lebih efisien," katanya.
Foto : Instagram |
Jakarta, Bagus - PT Iglas (Persero), BUMN yang khusus memproduksi botol inu dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang.
Di sisi lain, Iglas juga memiliki utang Rp 1 triliun dan asetnya hanya tanah lokasi. BUMN ini sudah berhenti operasi sejak 2015, dan berdampak pada PHK hingga pesangon pekerjanya yang bermasalah.
"Ya kalau likuidasi contoh perusahaan-perusahaan seperti Iglas terus gimana? masak mati segan hidup tak mau. Semua serba segan ya nggak itu nggak sehatlah ngapain kita membohongi diri sendiri kepada sesuatu yang bukan ahlinya. Bahkan itu hanya kamuflase perusahaannya tidak ada pegawainya tak gajian buat apa kita lebih kejam lho," kata Erick di Jakarta, Minggu malam (22/12).
Dia bilang pemimpin itu harus bisa bisa membuat keputusan yang tepat. Termasuk dalam menentukan nasib perusahaan-perusahaan BUMN yang sudah tidak jelas bentuknya.
"Pegawai tidak gajian itu sama aja kejam lho, apa kita mau menjadi pemimpin seperti itu kan nggak mau", kata Erick.
Selain likuidasi, Erick juga sedang menyiapkan payung hukum dalam upaya merampingkan bisnis BUMN agar fokus pada bisnis intinya.
Ia ingin segala pembentukan anak usaha cucu BUMN harus ada alasan yang jelas.
"Bukan melarang (BUMN punya anak cucu). nanti kita menunggu PP yang bisa membuat peran kementerian BUMN lebih besar yaitu dengan merger ya kan atau likuidasi supaya kita bisa lebih efisien," katanya.