Diterpa Isu 'Polisi Geng Solo', Ini Bantahan Mabes Polri
Institusi Polri sedang diterpa tudingan adanya penunjukan posisi-posisi strategis tidak berdasarkan kompetensi, tapi didominasi oleh orang-orang dekat Presiden Joko Widodo atau diistilahkan 'Polisi Geng Solo'.
JAKARTA, Bagus – Surakarta atau Solo menjadi kota yang menyumbang posisi pejabat terbanyak dalam tubuh Polri. Entah kebetulan atau memang sengaja dipilih untuk mengisi posisi jabatan strategis.
Indonesia Police Watch (IPW) merinci sejumlah posisi yang belum lama ini diisi oleh 'Polisi Geng Solo'.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol M Iqbal membantah tudingan tersebut. Ia mengatakan pilihan jabatan Polri berasal dari “Solo” sudah sesuai prisedur. “Proses pergeseran jabatan di Bhayangkara didasarkan pada golongan tertentu secara pengelompokannya dan telah sesuai dengan prosedur yang ada," katanya Selasa (24/12).
Iqbal menjelaskan, promosi yang didapat setiap perwira didasarkan pada rekam jejak yang ditorehkannya selama mengabdi. Bagi yang berprestasi tentu akan mendapat promosi, begitu pula sebaliknya.
“Dalam hal ini untuk mutasi jabatan di Polri, harus ada prosedurnya. Tidak ada parameter geng-gengnya,” lanjut dia.
Kapolri Jenderal Pol Idham Azis menunjuk Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Irjen Pol Nana Sujana untuk mengisi posisi Kapolda Metro Jaya. Setelah itu, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono dipromosikan sebagai Wakapolri, menggantikan Komjen Pol Ari Dono Sukmanto yang akan pensiun tidak lama lagi.
Di lihat dari latar belakangnya, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai Jokowi berpihak kepada geng solo.
Sebab, Nana pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo pada tahun 2010 yang mana bertepatan dengan Jokowi sebagai Wali Kota Solo.
Di satu sisi, prestasi Nana selama menjabat di kepolisian. Namun, di sisi lain Nana disebut memiliki prestasi yang baik semasa memimpin sebagai Kapolresta Solo. Banyak kasus-kasus yang terselesaikan dimasanya.
DOK. IST
|
JAKARTA, Bagus – Surakarta atau Solo menjadi kota yang menyumbang posisi pejabat terbanyak dalam tubuh Polri. Entah kebetulan atau memang sengaja dipilih untuk mengisi posisi jabatan strategis.
Indonesia Police Watch (IPW) merinci sejumlah posisi yang belum lama ini diisi oleh 'Polisi Geng Solo'.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol M Iqbal membantah tudingan tersebut. Ia mengatakan pilihan jabatan Polri berasal dari “Solo” sudah sesuai prisedur. “Proses pergeseran jabatan di Bhayangkara didasarkan pada golongan tertentu secara pengelompokannya dan telah sesuai dengan prosedur yang ada," katanya Selasa (24/12).
Iqbal menjelaskan, promosi yang didapat setiap perwira didasarkan pada rekam jejak yang ditorehkannya selama mengabdi. Bagi yang berprestasi tentu akan mendapat promosi, begitu pula sebaliknya.
“Dalam hal ini untuk mutasi jabatan di Polri, harus ada prosedurnya. Tidak ada parameter geng-gengnya,” lanjut dia.
Kapolri Jenderal Pol Idham Azis menunjuk Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) Irjen Pol Nana Sujana untuk mengisi posisi Kapolda Metro Jaya. Setelah itu, Irjen Pol Gatot Eddy Pramono dipromosikan sebagai Wakapolri, menggantikan Komjen Pol Ari Dono Sukmanto yang akan pensiun tidak lama lagi.
Di lihat dari latar belakangnya, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menilai Jokowi berpihak kepada geng solo.
Sebab, Nana pernah menjabat sebagai Kapolresta Solo pada tahun 2010 yang mana bertepatan dengan Jokowi sebagai Wali Kota Solo.
Di satu sisi, prestasi Nana selama menjabat di kepolisian. Namun, di sisi lain Nana disebut memiliki prestasi yang baik semasa memimpin sebagai Kapolresta Solo. Banyak kasus-kasus yang terselesaikan dimasanya.